Bulan
April tahun 2016 kemarin saat itu saya memulai masuk komunitas blog sebagai
bagian merangkai kata berbentuk softcopy.
Seakan memperoleh spirit kenangan pertama kalinya bertatapan langsung
dengan simbah yang sering disebut oleh kaum mahasiswa saat beliau “menengok”
anak beserta cucu-cucunya di Semarang.
Meski
terbilang telat mendalami cara berfikirnya secara terperinci, saya masih
meraba-raba bagian mana yang cocok yang patut sesuai dari kedalaman wadah yang
saya miliki. Berbagai persepsi khalayak merujuk menanggapinya dengan hati-hati
lebih tepatnya menyeleksi atas sebuah kemurnian berfikir. Anggapan itu semua
luluh lantak karena sangat jelas tercermin dari gaya bahasa dan cara
hidupnya beliau.
Terlintas
pernyataan mendasar tidak salahnya dicatat dalam sebuah blog agar bisa dilihat
kembali tulisan-tulisan lama agar tidak begitu saja menguap lalu menghilang.
Itu sebabnya yang melatarbelakangi alasan saya melakukan hal demikian. Energi
pengaruh itu lebih besar membangkitkan kemauan berfikir analisis bahkan tidak
serta merta menerima hal secara satu arah atau mungkin membutuhkan perenungan
sebagai cara menilai dan memberikan respon kedekatan sebuah masalah.
Secara
tidak langsung tanggung jawab itu harus saya pangku penuh kehati-hatian
meskipun asas publik yang merekomendasikan bebas bahkan berdalih asas demokrasi
setiap warga negara. Tentunya kebebasan yang terlalu fulgar sangat tidak elok atas
prinsip “memangku kebebasan yang tidak
juga bebas” demikian seharusnya. Maka dunia maya bukan berarti tipu
muslihat namun suatu saat bisa menjerat dan sungguh semua itu harus dihindari
atas sesuatu hal yang dapat merugikan.
Setiap
nafas adalah tulisan yang berhembus kemudian berharap, kiranya kegemaran ini hanya asas memanfaatkan notebook pemberian dari
ibu saya agar bisa dinikmati bersama. Akhirnya saya pun bersyukur blog ini
berumur satu tahun di bulan April 2017, Alhamdulillah “Matur nuwun Gusti, mugi saged nambahing kaberkahan”, Amien.
No comments:
Post a Comment