Undian doorprize hampir tiap kali ada di acara
formal seperti seminar, talk show, pameran
dan sebagainya. Seringnya kegiatan undian ditempatkan pada posisi paling akhir
dari beberapa rangkaian acara inti. Oleh
panitia, pengundian dilakukan pengundian
melalui karcis, kuitansi, nomor urut pendaftaran ada pula yang menggunakan
tanda khusus seperti ada secarik kertas yang ditempatkan pada kursi peserta
bagi siapa saja yang kebetulan ada tanda tersebut, dialah yang berhak menjadi
pemenangnya.
Bentuk lain undian
berhadiah dalam penjualan barang, tujuan utamanya sebagai pemikat konsumen.
Semakin banyak membeli barang yang ditawarkan maka kupon undian akan lebih
banyak didapatkan sehingga kesempatan memiliki hadiah akan semakin besar pula.
Rumus ini mendekati benar apabila pesaing dari peserta lebih sedikit dan nasib
mujur juga berpihak pada kita. Program ini dikatakan berhasil apabila tingkat
penjualan barang meningkat drastis dan peserta mengikuti undian semakin
banyak.
Harapan semu peserta
ujian paling ngenes bagi pembeli yang
sudah merelakan membeli barang begitu banyak namun pada akhirnya harus mengakui
kekalahan. Bagi pembeli bernasib baik yang hanya membeli 1 barang harus tertawa
terkekeh-kekeh menerima rezeki nomplok berupa hadiah dan itu pun tidak disengaja
mengikutinya.
Bukan orang Indonesia
kalau rasa ingin mencoba sangat tinggi selagi hal positif, mengapa tidak?
Alasan tersebut salah
satunya yang menjadi penyebab kegiatan undian terus ada. Slogan “Siapa tau
rezeki kita?” menjadi modal utama mencoba menjadi salah satu peserta adu nasib
secara gambling.
Sangat benar kalau
rezeki tak kemana, ini sangat didukung dengan asumsi mengikuti undian sekedar
iseng-iseng berhadiah. Wah...wah...sangat deg-degan
sekali mendengarkan panitia membacakan satu persatu kupon atau karcis
undian jangan-jangan saya ini yang dapat?. Rasa ke GR an ini terkadang bisa
mengecewakan tatkala harus merelakan waktu yang digunakan mengikuti undian tapi
hadiah tak kunjung tiba.
No comments:
Post a Comment