Kesalahpahaman terjadi tentang
kebiasaan penyebutan makanan seperti kakak beradik, yaitu cilok dan cimol
berasal dari tanah Pasundan. Saat malam tadi saat ada kesempatan ngobrol bareng teman lama bernama Saifudin
alias Odhen membahas seluk beluk pengalaman berdagang cimol di Pekalongan. Saya
belum memasuki satu pemikiran definisi cimol berikut bentuk fisiknya pun saat itu saya
belum pernah melihat. Lalu asumsi cimol yang saya akui sudah pernah makan
kemudian langsung dipatahkan oleh Saifudin ternyata saya gagal paham atas definisi
tersebut.
Terlibat dalam diskusi singkat di sebuah
Warung Lontong Dhe Ipah saat itu alhamdulillah tidak hujan, “Cimol yang kamu buat
sebesar apa bro?”, tanyaku sambil merasakan sambal lontong tahu yang rasanya
ada gosong-gosongnya.
“Cimol buatanku ukurannya ya besarnya
hampir sama dengan bakso”, celetuk Odhen keringat di pelipis bercucuran akibat
rasa pedas lontong tahu.
Kembali lagi saya menjelaskan,“Ukuran
cimol yang pernah saya makan buletanya lebih kecil dari ukuran bakso bro,
dalemnya ada uratnya bentuk kuahnya dari saos kecap”, nada santai saya
bercerita.
“Hahaaaa...hahaha...kelakar Odhen
penuh tawa”, sejenak bergeser dari tempat duduk. Saya merasa aneh ada
kejanggalan dari pebicaraan terakhir dan saya pun masih terhentak menunggu
penjelasannya.
“Itu namanya cilok bro...soalnya ada
isian uratnya, walah....walah...gak bisa bedakan bro, antara cilok dan cimol?”,
tanya Odhen keheranan.
“Bedha tho antara cilok dan cimol? Bukannya
kakak beradik tapi bentuknya sama?iya kan bro?”, masih kekeh pendapat saya.
“Iya beda dong penyajiannya aja kalau
cilok cuma dikukus sedangkan cimol harus digoreng. Wuaahahaha...hahaa...beda
kan bro?mudheng?, ejek Odhen tanpa
hentinya.
Begitulah arus perkembangan kuliner
dari daerah Pasundan sangat digemari juga di daerah lain. Pekalongan misalnya,
meski penikmat cimol kala pagi hari seringnya siswa sekolah dasar hingga malam
hari terus didagangkan kepada penikmat cilok rata-rata orang dewasa.
Bagi Odhen yang telah bergelut dengan
usaha bidang kuliner cimol merasakan keberkahan tersendiri atas hasil usahanya
selama ini. Berangkat dari pengalaman bersama rekan kerjanya, beliau memulai
usaha dirintis bertahap dari belajar membuat adonan pencetakan berbentuk
bulat-bulat hingga teknik penggorengan yang beresiko dapat meletup jika panas
minyak gorengnya tidak sesuai. Menikmati dan selalu bersyukur cara beliau mengajari
berbagi pengalaman hidup.
No comments:
Post a Comment