Wednesday, 1 February 2017

Senyuman dari Instagram

Terasa betapa suntuk keadaan hati ini, sepi, gundah, tidak mengerti tentang langkah semakin terkekang yaitu tentang rencana hidup Dharma. Harapan bagi Dharma ingin sekali lepas dari jeratan yang mengikat perasaannya. Ingin sekali berlari, namun langkah semakin berat pangilan kata “jangan” kemudian menjerit, menangis terisi sakit perih dan tidak bisa terhindarkan.

Padam ruang kosong udara pengap lalu nafas tersengal-sengal sebagai akibat batasan pikiran dilalui dengan sadar. Tuhan membisikkan kata dari jari-jari indah, dibukanya jendela hidup penuh berbagai macam tipuan. Menipu setiap mata yang melihatnya dari pose-pose, depan belakang, kiri kanan, jungkir bali segala macam lalu hiasan pesolek digital digunakan sebagai “bumbu penyedap” sebelum disajikan. Jendela ruang hati membuka peluang-peluang lain yang dengan sebuah harapan bisa ada sesuatu keajaiban itu datang seperti harapan pujangga menanti pujaan hatinya.

Perlahan-lahan Dharma membuka jendela melihat sisi kanan kiri, atas bawah dan depan belakang mengenai berbagai macam bentuk dari jendela tersebut. Jendela yang berada di pojok kiri kamarnya itu bernamakan instagram. Awal pertama kali jendela dibuka seperti tidak ada yang istimewa tentang kehidupan luar sana. Keadaan pikiran semakin membuncah saat ego-ego berbicara lantang harus bangkit agar kuat bisa mengenyam proses hidup dengan arah tujuan. Telinga Dharma terus ditutup oleh kedua tangannya kemudian dia berteriak ingin lari dan terus berlari melihat kenyataan yang menghimpit ruang hati penuh emosi.

Semakin lelah mata sejenak beristirahat menatap keceriaan perempuan saat tersenyum indah diantara bidadari samping kiri dan kanannya. Semangat Dharma bangkit melihat ada lentera dari timur bersahaja menghibur dirinya dikala sedu sedih memilukan. Sinar yang datang dari bola matanya yang begitu indah kemudaian lentik bulu mata berbicara keindahan itu benar-benar nyata adanya. Dharma seketika itu jatuh cinta.


Angan terus memaksa Dharma tentang senyuman mengitari seluruh alam pikiran mengharap benar-benar kesempurnaan bagi hidupnya. Semacam rasa jatuh cinta yang ingin segera dihalalkan, bagaikan menemukan bidadari disiang hari ingin dibawanya pergi menempuh perjalanan hidup penuh warna-warni. Wajahnya begitu kecut serta pucat saat ternyata harapan itu pupus kandas disaat perempuan itu berkata ternyata sudah ada yang punya. Kembali hati Dharma terluka tak berdaya menata kembali hati yang lagi-lagi berserakan. Hidup ini ujian bagi Dharma sebagai hamba yang tak mempunyai daya dan upaya.

sumber gambar : bp.blogspot.com 

No comments:

Post a Comment