Aktifitas
berawal dari rasa ingin mencoba meniru gaya maskulin laki-laki bagi seorang
remaja. Usia perokok pemula pada rentan usia 13-17 tahun atau usia remaja.
Tingkat remaja sekolah memasuki masa pubertas mempunyai rasa ingin tahu yang
lebih besar dan mempunyai kecenderungan meniru dari sesorang yang di idolakan
atau diganderungi.
Saya
mencoba mengingat kembali masa SMP menikmati masa bermain bersama menginjak
masa remaja. Berinteraksi saling mengenal sesama teman yang mempunyai latar
belakang tingkatan ekonomi yang hampir sama. Aktifitas bermain bersepeda malam
keliling pedesaan bersama hingga larut malam kemudian berakhir berkumpul
disalah satu rumah teman. Kegiatan tersebut dilsayakan setiap akhir pekan yaitu
malam minggu yang tiap edisi minggunya berganti dari satu rumah teman ke teman
lainnya.
Diantara
idola atau kegemaran tiap teman berbeda-beda ada yang menyukai olah raga
basket, sepak bola, bermusik atau tidak ada kegemaran satupun yang menonjol
seperti lainnya. Pada periode fase waktu, rasa ingin tahu mengenai aktifitas
merokok datang secara tiba-tiba. Meski ada hanya satu atau dua orang yang
memulainya secara langsung ikut sama-sama ingin mencoba menikmati hisapan rokok
yang sebagian orang dewasa melsayakannya. Ajakan dari teman menawarkan rokok
sebagai belajar lifestyle atau gaya
seorang laki-laki yang seakan tampil lebih maskulin.
Saya
pun mulai mencoba menikmati hisapan rokok kala itu. Uang jajan saya kumpulkan 2
hari, satu bungkus rokok akhirnya terbeli. Berangkat meniru jenis rokok yang
disukai oleh om saya yaitu rokok putih yang katanya nikotinnya lebih rendah.
Hanya bermodal tiru meniru sebagai anak baru gedhe kalau “gak seperti” belum
asyik. Merokok secara sembunyi-sembunyi dikala bapak dan ibu tidak berada
dirumah.
Rokok
Sampoerna Mild isi 12 saya beli dari warung beserta korek apinya, setalah
kondisi rumah kosong saya segera menuju ke kamar lagu-lagu slank saya mainkan
dari tape recorder lalu rokok saya
bakar dan kuhisap pelan-pelan sembari menikmati Kaka Slank nyanyi. Terasa cowok
banget, gentle dan sangar tentunya.
Hanya bertahan 2 minggu kebiasaan itu
sudah mulai bosan. Saat rokok saya hirup seringnya tenggorokan semakin kering
dan tersedak hingga batuk-batuk. Tenggorokan semakin gak nyaman ruang gerak merokok di rumah semakin sempit, saat itu pula saya putuskan untuk berhenti merokok dan alhamdulillah hingga sekarang
kebiasaan itu tidak sampai kambuh lagi.
Pada akhirnya merokok itu nikmat bagi yang bisa menikmati hingga hisapan terakhir.
Pada akhirnya merokok itu nikmat bagi yang bisa menikmati hingga hisapan terakhir.
No comments:
Post a Comment