Postingan melalui
media sosial memang bisa menjadi alat mempertemukan pertemanan kembali. Dari
tautan mengenai reportase gowes, salah satu teman SMP mengomentari menanyakan
agar bisa gowes bareng beberapa waktu mendatang.
"Ayo katanya mau gowes?", tanya Arif teman SMP yang rumahnya hanya
beda desa namun jarang bisa ketemu karena kesibukan.
Selang satu hari
setelah itu ada kesempatan yang memungkinkan gowes bersama. Tepatnya hari
Jum'at tanggal 23 Febuari 2017, alhamdulillah pagi yang cukup cerah menyambut
hari penuh barokah dan sangat cocok sebagai ajang menyambung tali silaturahmi pertemanan.
Melalui pesan singkat aku bertanya,
"Jadi gowes rif, pagi ini ya?", berharap ia mempunyai waktu luang
yang sama.
"Oiya, bisa nih ketemuan di perempatan jalan ya?", jawab
Arif yang sepertinya harus menjadwalkan kembali aktifitas hari Jum'at ketika
saya ajak gowes bareng.
Perjalanan kurang lebih 5 menit dari rumah saya menuju perempatan
sebagaimana kesepakatan yang disetujui bersama. Kemudian sampailah ditempat
tujuan, namun Arif masih belum tampak datang. Konfirmasi itu berlanjut saat
saya memberi tahu keadaan saya sekarang sudah tiba. Tak lama kemudian, ketika
saya masih sedang membuka hasi foto di layar handphone, tiba-tiba Arif datang
menggunakan sepeda Polygon Siskiu,
"Weey...sori aku datengnya telat karna anakku pengen ikut gowes
juga".
Bagi saya itu tidak
akan berpengaruh apa-apa karena saya pun memahami kesibukan pagi di setiap
keluarga sudah sangat mahfum terjadi. Perjalanan gowes pun dimulai, melalui
rute jalan pedesaan bersama menelusuri melihat kesibukan masyarakat pagi ini.
Ada yang berangkat ke sawah, mengantarkan anaknya ke sekolah dan kebetulan para
pedagang tidak banyak berseliweran mungkin karena hari ini Jum'an Kliwon pasar
tradisional tidak begitu tampak keramaian signifikan atas aktifitasnya.
Nostalgia setiap
kayuhan mengingatkan kesibukan teman-teman lama yang dahulu pernah satu nasib
sebagai pelajar SMP kini tidak sempat bertemu kembali.
"Masih sering ketemu teman-teman SMP, rif?", dari belakang saya
pastikan aman untuk menyalip agar bisa berjejer ngobrol ringan.
"Paling si Rossid terakhir BBM an, kron", jawab Arif
yang masih asyik menikmati setiap hentakan ayunan sepeda fullsus saat
melibas jalanan bertekstur agak kasar.
Dari setiap
percakapan terjadi kelenjar keringat perlahan mulai bekerja. Ditambah dengan
sinar matahari memudahkan pembakaran kalori agar mencapai titik optimal.
Rute yang cukup
singkat namun efektif diakhiri di kawasan Lapangan Gemek Kecamatan Kedungwuni.
Ternyata keadaan ini bertolak belakang dengan pasar tradisional, malahan
pedagang disini lebih banyak,
"Kalau Jum'at Kliwon di Bebekan itu akan lebih rame dibandingkan Jum'at
bisanya", jelas Arif yang memilih istirahat sekedar duduk-duduk di depan
SMA Kedungwuni.
Obrolan berlanjut
mengenai pengalaman-pengalaman setelah lulus SMP hingga sekarang. Ketika ia
pernah mengurus Surat Izin Mengemudi (SIM) ada teman satu angkatan SMP yang
bertugas di medical chek up dan sempat menanyakan asal sekolahnya,
"Ini Arif alumni SMP 1 Wiradesa kan?", tanya Mbak-mbak penuh
penasaran.
Arif pun sedikit
kaget atas pertanyaan itu sedang ia pun tidak begitu familiar dengan wajahnya
itu.
Hingga akhir pemeriksaa, Arif pun tidak dikasih tahu nama teman
seangkatan yang bertugas sebagai asisten medical check up di Kantor Kepolisian
tersebut.
Sekilas mendengar
cerita yang penuh tawa dengan segenap gelagat "pangkling", menandakan
bahwa setiap manusia pada titik tertentu ada perubahan baik fisik maupun
ingatan.
Untuk apa Tuhan memberikan perubahan itu?
Agar manusia terus
mengingat kepada waktu yang terus berjalan serta menganalisa
perubahan-perubahan agar sesuai jalur ketetapan-Nya. Seperti pagi ini waktu
singkat semoga bisa memberi manfaat menyambung silaturahmi sebagai perintah
agar manusia selalu diikat dalam sebuah persaudaraan. Olah raga itu sebagai
alat sedangkan esensi dari semuanya itu adalah sambung secara fisik dan batin
sebagai makhluk mempunyai rasa.
"Andaikan
setiap alumni mempunyai hobi yang sama seperti ini, mungkin kita bisa ketemu
lagi ya", ungkap Arif setelah meneguk air putih dari botol tupperware.
Analisanya sangat
memungkinkan terjadi. Pertemanan melalui media sosial tidak menjamin kedekatan
jiwa saling mengerti keadaan. Bahkan cenderung cepat mengambil keputusan
menilai keadaan atas pemikiran dari setiap status yang diunggahnya. Sedangkan
bertemu langsung bisa melihat wajah kita, sorot mata, gaya bahasa serta
perilaku yang tidak banyak embel-embel dan dihadapkan di dunia nyata.
Hikmah terindah
disaat berceloteh di media sosial seperti facebook tidak dianjurkan sebagaimana
justifikasi keadaan seseorang. Itu semua sebagaimana alat sedangkan yang
terpenting komunikasi nyata dari setiap individu agar terjalin begitu erat.
Suasana matahari
naik bertanda siang hari kan menjelang. Aktifitas lain juga masih banyak harus
dikerjakan. Pada akhirnya kita pulang menuju rumahnya masing-masing.
Salam hangat buat teman-teman alumni SMP 1 Wiradesa.
No comments:
Post a Comment