Bagi
laki-laki memang sudah dari suratan menyukai sesuatu yang enak dilihat oleh
keindahan, keanggunan termasuk kecantikan oleh seorang perempuan. Meski bukan
yang utama bagi laki-laki namun pandangan pertama yang bisa melihat secara
fisik keadaan baik rupa maupun etika. Perempuan pun juga mengetahui adanya,
semenjak masa anak-anak bisa menilai fisik dari teman perempuan sebayanya
bahkan bisa menilai keadaan diri terhadap pantasnya memutuskan teman akrabnya
yang dinilai bisa memberikan satu titik prinsip kesamaan dan kenyamanan.
Dari
masa anak-anak, perempuan yang mempunyai fisik good looking akan menjadi bahan obrolan teman-temannya. Ejekan-ejekan
kecil menggelitik terus bertaburan tatkala satu diantara teman laki-laki hanya
sebatas misalnya sering meminjam buku pelajaran. Tak heran masa kecil terkadang
membuat hal sepele namun dibuat gosip lelucon ejekan sepulang sekolah.
Membahas
perempuan bagi laki-laki terasa asyik, mungkin begitu pula sebaliknya perempuan
juga melakukan hal sama lebih sering disaat keduanya sama-sama belum menikah.
Tabiat manusia suka mencari perhatian dan suka diperhatikan dari masa pubertas
mereka sama-sama mengalami rasa ketertarikan kepada lawan jenis yang
membedakannya yaitu relativitas cara pengekspresiannya. Laki-laki lebih aktif
mengekspresikan segala perasaan melalui lisan atau perkataan, sedangkan
perempuan lebih mengedepankan rasa, perasaan dan bahasa tubuh sebagai cara
penyampaian yang hanya beberapa laki-laki mengerti dan memahami. Adanya
perbedaan ini Tuhan membuat manusia berpasang-pasang saling mengisi dan
melengkapi hidup. Maka dari itu kewajiban manusia hanya bisa berusaha
memantaskan kerpibadian diri menuai janji Tuhan dengan segala penuh Rahmat.
Perempuan
menginjak kedewasaannya mendekati matang disaat usianya mulai memasuki 20
tahun. Berbagai perspektif pemikiran sudah tidak remaja lagi yang penuh hingar
bingar, grudhak-grudhuk layaknya
seorang remaja mengalami masa pubertas. Porsi masa depan mulai berkecimuk
sedikit mengenai pasangan yang kelak akan menjadi panutan, pengayom serta
pendidik tabiat wanita karena bagi perempuan akan berani diatur atau ditata
dalam bahasa Jawa berarti wani ditoto (berani
ditata).
Perempuan terasa sudah menginjak pada zona nyaman adalah jika telah
ada sesorang yang mencalonkan diri sebagai suami terlepas melalui cara apapun,
saya tidak akan menjustifikasi kebenaran cara. Setiap manusia hanya bisa
memilih dan meyakini caranya karena kedaulatan pilihan itu bersifat personal
sekalipun terhadap semua resiko yang ditimbulkan. Entah melalui proses panjang
pacaran, proses singkat perkenalan, ta’aruf dalam sekejap atau cara lain Tuhan
mempertemukan jodohnya. Semuanya ada persamaan yaitu sama-sama menapaki ujian
baik senang ataupun sedih, mudah ataupun sulit, lapang maupun sempit dan semua
narasi kehidupan yang bagi Tuhan.
Bertambah
usia menjadi 25 tahun rasa cemas perempuan sudah mulai dirasakan. Menunggu
dalam penantian saat laki-laki belum mengetuk hati dan perasaan sembari membawa
bunga cinta menuju mahligai rumah tangga. Berbagai usaha dari memantaskan diri
mendekat kepada Tuhannya, bersolek merawat segala macam pernak pernik dari
ujung rambut hingga ujung kaki, saat yang kini menjadi tren yaitu eksis dalam
media sosial dan masih banyak sekali upaya-upaya yang perempuan lakukan demi
merubah statusnya.
Bagi
perempuan dipinang oleh seorang laki-laki adalah sesuatu yang membahagian dalam
hidupnya. Apalagi rasa cinta itu bagi perempuan yang mengerti kesabaran
menunggu sangatlah mulia. Harapan baginya laki-laki yang disebut suami itu akan
membimbing ke arah lebih baik terlenih apabila Tuhan memberikan rezeki berupa
keturunan maka akan bisa membawakan kebahagiaan melengkapi rumah tangga
sebagaimana cita-cita yang mereka banggakan.
Sumber gambar : google toyyibah.com
No comments:
Post a Comment