Senior dan junior sebutan dari
hierarki dari kata benda (manusia) yang mempunyai kesamaan tugas. Pada sistem
pendidikan senior dan junior menyangkut hierarki kelas antar angkatan. Bidang
profesi juga sering menyebutkan antara seseorang yang telah lama sudah bekerja
yang patut disebut senior dan bagi seseorang sesudahnya disebut junior. Entah
ini masih dalam koridor benar atau salah penggunaan senior dan junir pada
hierarki keluarga yaitu bapak dan anak. Adapun kesamaan dari kata benda
(manusia) dalam konteks hadirnya di dunia sebagai pemimpin.
Mengapa
manusia dikatakan sebagai pemimpin?
Dari pengetahuan yang ada dalam diri aku,
manusia telah lahir di dunia telah banyak dibekali berbagai macam modal baik
fisik berupa anggota badan, akal berupa cara menganalisis berfikir, jiwa yang
harus dibekali energi positif.
***
Sabtu sehabis maghrib Ardi sudah
berada di depan rumah, “Gimana sudah siap berangkat?”, langkahnya bergerak dari
depan mobil melangkah masuk rumah.
Ayya yang masih berada di dalam mobil
bersama Fatan anak semata wayang yang rupanya sore itu tertidur pulas semenjak
perjalanan.
“Oke, sebentar lagi
aku ganti celana dulu”, sapa aku masuk kamar sembari mengambil celana jeans hitam.
Ardi masih berada
luar rumah mungkin pilihan itu agar keadaan lebih cepat menuju ke rumah Widya
alias Mas Bos. Ritual ganti pakaian telah selesai aku keluar rumah kemudian
berkata kepada ardi, “Yuk di..berangkat”, sapa Ardi di depan rumah hingga dia
tak menjawab apapun kemudian berjalan dari samping menuju pintu kemudi, mesin
mobil pun di starter bersama itu kami
berempat jenguk juniornya Mas Bos.
Aku duduk di kursi
tengah, Fatan masih tidur terlelap kata ibunya dari sore tadi belum sempat
tidur. Saat diperjalanan langsung nyeyak.
Menuju ke pantura
sebelum pertigaan jalan raya, Ardi bertanya kepadaku mengenai Imam yang 3 jari
yang lalu bertemu di warung angkringan bersama Ardi juga.
“Si Imam jadi mau
ikutan ke Mas Bos, Kron?”, tanya Ardi sambil
nyetir sesekali ia melihat spion ke belakang.
Handphone
aku
buka lalu memlilih aplikasi whatsapp aku
memastikan Imam jadi ikutan atau tidak, selang waktu singkat ada panggilan
masuk dari Imam, “Maaf bro...aku gak jadi ikutan soalnya perut istriku sedang
sakit”, jawab beliau saat telp masuk.
“Oh iya mam...ini aku
masih otewe...siap gak apa-apa mam lanjut ajah” sapaku
melalui telp. Ardi memilih jalan langsung menuju ke rumahnya Mas Bos.
Sesampainya di depan
rumah terlihat Mas Bos sedang menggendong balita rupanya dia anaknya kakaknya
Mas Bos. Mobilnya Ardi di parkir tepat dihalaman kosong depan rumahnya Mas Bos.
Ardi turun dari mobil berjalan menuju
pintu samping kala itu Ayya sedang menggendong Fatan. Kami pun segera masuk
pintu bagian utara rumah.
“Hayy....halo kamu
akhirnya kesini”, sapa Dhani istri Mas Bos kepada Fatan yang digendong ibunya. Dari
luar tampak keranjang bayi yang terbuat dari kayu, sepertinya disitu pun
juniornya Mas Bos sedang tidur pulas.Tanpa basa-basi penasaran melihat wajah isi
dalam keranjang bayi itu. Tidak salah lagi wajah mungil kemerah-merahan merona
sendu sedang tidur berbalut kain,
juniornya Mas Bos
telah berusia 3
minggu.
“Silakan duduk didepan sini, kron”, pinta Mas Bos berjalan menuju ruang tamu. Kita pun ngobrol ngalor-ngidul mengenai curhatan ibu-ibu
muda bareng istrinya Mas Bos dan Ardi. Perasaan sumringah senang terpancar
keluarga kecil ini. Sudah lengkap diberi rezeki berupa anak laki-laki buat
pasangannya Mas Bos.
Alur waktu luang
bagiku sangat berbeda dengan Ardi, Mas Bos ataupun teman-teman lainnya disaat
waktu libur mereka luang, aku masih berkutat dengan rutinitas sebagai pelayanan
masyarakat, begitupun sebaliknya. Sepertinya
baru kali ini dari sekian waktu kesempatan itu terjadi maka alhamdulillah Allah
SWT mempertemukan dalam kesempatan 1 hingga 2 jam di rumahnya Mas Bos.
Tidak ada keheningan
selain tidurnya si junior lelap meski lingkungan banyak sekali hilir mudik
berkelakar tak ubahnya bergerak sekalipun hanya merengek sejenak kemudian
terpulas kembali.
Sejenak Mas Bos
bercerita mengenai proses kelahiran si junior yang beberapa jam sebelum lahir
sang ibu yaitu Dhani merasakan kontraksi hebat disekitar perut. Atas nama
kehendak Allah SWT prosesi kelahiran itu lancar tanpa halangan apapun.
“Aku sudah ndak tega lagi kron, melihat keadaan Dhani yang menahan sakit hebat sebelum persalinan itu”, papar Mas Bos masih teringang saat detik-detik persalinan juniornya di salah satu rumah sakit swasta di daerah Pekalongan.
Semuanya telah
berjalan atas kuasa dari kekuatan Maha Pencipta makhluk dan Maha Pemberi rezeki
manusia hanya melakoni sebagai wayang yang diperintah atas kedaulatan hak
dari-Nya. Junior itu lahir sebagai perekat hubungan cinta ditengah keluarga.
Akan ada yang dirindukan oleh seorang ayah yaitu Mas Bos disaat merasakan letihnya bekerja. Melihat laporan bulanan yang sebegitu banyaknya maka akan lenyap sudah pikiran itu disaat melihat gelak canda tawanya sampainya di rumah.
Begitu pun Dhani hampir semua waktu yang diperuntukkan bagi si junior malam menjadi pagi, pagi menjadi siang dan siang menjadi malam. Kehidupan rutinitas berubah total menjadi seorang ibu bagi juniornya sekaligus menjalankan perannya sebagai istri.
Kemuliaan bagi perempuan terletak pada kasih sayang mempertaruhakan buah cinta sekalipun itu nyawa sebagai taruhannya. Sedangkan bagi laki-laki adalah menanggung semua tanggung jawab atas taruhan tersebut sebagai bentuk perintah mensyukuri nikmat dari Tuhannya.
Pancaran kasih sayang Mas Bos kepada istrinya Dhani terlihat penuh bunga-bunga kebahagiaan saat buah cinta melengkapi cerita perjalanan hidup menempuh asam garam, manis pahit kehidupan berumah tangga, aku pun banyak belajar hidup bersama mereka.
Foto : Dhany DK Gallery
No comments:
Post a Comment