Tuesday, 21 February 2017

Nengok Juniornya Mas Bos

Senior dan junior sebutan dari hierarki dari kata benda (manusia) yang mempunyai kesamaan tugas. Pada sistem pendidikan senior dan junior menyangkut hierarki kelas antar angkatan. Bidang profesi juga sering menyebutkan antara seseorang yang telah lama sudah bekerja yang patut disebut senior dan bagi seseorang sesudahnya disebut junior. Entah ini masih dalam koridor benar atau salah penggunaan senior dan junir pada hierarki keluarga yaitu bapak dan anak. Adapun kesamaan dari kata benda (manusia) dalam konteks hadirnya di dunia sebagai pemimpin.

Mengapa manusia dikatakan sebagai pemimpin?

Dari pengetahuan yang ada dalam diri aku, manusia telah lahir di dunia telah banyak dibekali berbagai macam modal baik fisik berupa anggota badan, akal berupa cara menganalisis berfikir, jiwa yang harus dibekali energi positif.

***         
Sabtu sehabis maghrib Ardi sudah berada di depan rumah, “Gimana sudah siap berangkat?”, langkahnya bergerak dari depan mobil melangkah masuk rumah.
Ayya yang masih berada di dalam mobil bersama Fatan anak semata wayang yang rupanya sore itu tertidur pulas semenjak perjalanan.
“Oke, sebentar lagi aku ganti celana dulu”, sapa aku masuk kamar sembari mengambil celana jeans hitam.

Ardi masih berada luar rumah mungkin pilihan itu agar keadaan lebih cepat menuju ke rumah Widya alias Mas Bos. Ritual ganti pakaian telah selesai aku keluar rumah kemudian berkata kepada ardi, “Yuk di..berangkat”, sapa Ardi di depan rumah hingga dia tak menjawab apapun kemudian berjalan dari samping menuju pintu kemudi, mesin mobil pun di starter bersama itu kami berempat jenguk juniornya Mas Bos.

Aku duduk di kursi tengah, Fatan masih tidur terlelap kata ibunya dari sore tadi belum sempat tidur. Saat diperjalanan langsung nyeyak.

Menuju ke pantura sebelum pertigaan jalan raya, Ardi bertanya kepadaku mengenai Imam yang 3 jari yang lalu bertemu di warung angkringan bersama Ardi juga.
“Si Imam jadi mau ikutan ke Mas Bos, Kron?”, tanya Ardi sambil nyetir sesekali ia melihat spion ke belakang.

Handphone aku buka lalu memlilih aplikasi whatsapp aku memastikan Imam jadi ikutan atau tidak, selang waktu singkat ada panggilan masuk dari Imam, “Maaf bro...aku gak jadi ikutan soalnya perut istriku sedang sakit”, jawab beliau saat telp masuk.

“Oh iya mam...ini aku masih otewe...siap gak apa-apa mam lanjut ajah” sapaku melalui telp. Ardi memilih jalan langsung menuju ke rumahnya Mas Bos.

Sesampainya di depan rumah terlihat Mas Bos sedang menggendong balita rupanya dia anaknya kakaknya Mas Bos. Mobilnya Ardi di parkir tepat dihalaman kosong depan rumahnya Mas Bos. Ardi turun dari mobil  berjalan menuju pintu samping kala itu Ayya sedang menggendong Fatan. Kami pun segera masuk pintu bagian utara rumah.
                                                                                                                                     
“Hayy....halo kamu akhirnya kesini”, sapa Dhani istri Mas Bos kepada Fatan yang digendong ibunya. Dari luar tampak keranjang bayi yang terbuat dari kayu, sepertinya disitu pun juniornya Mas Bos sedang tidur pulas.Tanpa basa-basi penasaran melihat wajah isi dalam keranjang bayi itu. Tidak salah lagi wajah mungil kemerah-merahan merona sendu sedang tidur  berbalut kain, juniornya Mas Bos
telah berusia 3 minggu.

“Silakan duduk didepan sini, kron”, pinta Mas Bos berjalan menuju ruang tamu. Kita pun ngobrol ngalor-ngidul mengenai curhatan ibu-ibu muda bareng istrinya Mas Bos dan Ardi. Perasaan sumringah senang terpancar keluarga kecil ini. Sudah lengkap diberi rezeki berupa anak laki-laki buat pasangannya Mas Bos.

Alur waktu luang bagiku sangat berbeda dengan Ardi, Mas Bos ataupun teman-teman lainnya disaat waktu libur mereka luang, aku masih berkutat dengan rutinitas sebagai pelayanan masyarakat, begitupun sebaliknya.  Sepertinya baru kali ini dari sekian waktu kesempatan itu terjadi maka alhamdulillah Allah SWT mempertemukan dalam kesempatan 1 hingga 2 jam di rumahnya Mas Bos.

Tidak ada keheningan selain tidurnya si junior lelap meski lingkungan banyak sekali hilir mudik berkelakar tak ubahnya bergerak sekalipun hanya merengek sejenak kemudian terpulas kembali.

Sejenak Mas Bos bercerita mengenai proses kelahiran si junior yang beberapa jam sebelum lahir sang ibu yaitu Dhani merasakan kontraksi hebat disekitar perut. Atas nama kehendak Allah SWT prosesi kelahiran itu lancar tanpa halangan apapun.

“Aku sudah ndak tega lagi kron, melihat keadaan Dhani yang menahan sakit hebat sebelum persalinan itu”, papar Mas Bos masih teringang saat detik-detik persalinan juniornya di salah satu rumah sakit swasta di daerah Pekalongan.

Semuanya telah berjalan atas kuasa dari kekuatan Maha Pencipta makhluk dan Maha Pemberi rezeki manusia hanya melakoni sebagai wayang yang diperintah atas kedaulatan hak dari-Nya. Junior itu lahir sebagai perekat hubungan cinta ditengah keluarga.

Akan ada yang dirindukan oleh seorang ayah yaitu Mas Bos disaat merasakan letihnya bekerja. Melihat laporan bulanan yang sebegitu banyaknya maka akan lenyap sudah pikiran itu disaat melihat gelak canda tawanya sampainya di rumah.

Begitu pun Dhani hampir semua waktu yang diperuntukkan bagi si junior malam menjadi pagi, pagi menjadi siang dan siang menjadi malam. Kehidupan rutinitas berubah total menjadi seorang ibu bagi juniornya sekaligus menjalankan perannya sebagai istri.

Kemuliaan bagi perempuan terletak pada kasih sayang mempertaruhakan buah cinta sekalipun itu nyawa sebagai taruhannya.  Sedangkan bagi laki-laki adalah menanggung semua tanggung jawab atas taruhan tersebut sebagai bentuk perintah mensyukuri nikmat dari Tuhannya.

Pancaran kasih sayang Mas Bos kepada istrinya Dhani terlihat penuh bunga-bunga kebahagiaan saat buah cinta melengkapi cerita perjalanan hidup menempuh asam garam, manis pahit kehidupan berumah tangga, aku pun banyak belajar hidup bersama mereka.

Foto : Dhany DK Gallery


No comments:

Post a Comment