Tuesday, 19 July 2016

Terima Kasih Pemudik

Menyebutmu dengan sebutan pemudik terasa masih ada batas diantara kita. Maka agar lebih akrab sudah semestinya kami  sebagai Saudara ku se-Indonesia.

Terima kasih Saudara ku, Engkau masih ingat tempat lahirmu sedangkan kami hampir tiap hari selalu merindukanmu.
Terima kasih Saudara ku, begitu sibuknya Engkau masih masih menyempatkan bertemu sedangkan Kami masih bingung naik apa dan turun dimana? untuk berjumpa denganmu.

Terima kasih Saudara ku, Kami gembira saat mendengar sebentar Engkau akan kembali, sedangkan tentunya Kami lebih banyak salahnya karena belum sempat meminta maaf denganmu tapi ternyata Engkau yang begitu baiknya datang lebih dahulu.

Terima kasih Saudara ku, Kami menantimu tapi kerisauan itu datang setelah melihat begitu susahnya dalam perjalananmu, maka sekali lagi maafkan kami belum bisa meringankan bebanmu dan bahkan menolongmu.

Terima kasih Saudara ku, kami belajar ilmu ikhlas atas kedatanganmu. Namun kami malu ternyata engkau lebih ikhlas menerima keadaan Ibu Kota sedangkan Kami tak mampu menjadi sepertimu.

Terima kasih Saudara ku, saat engkau berhenti sejenak mempersilakan ibu-ibu menyeberang dengan wajah kebingungan tidaklah engkau tahu bahwa ia masih terus larut dalam kesedihan karena sudah dua tahun lamanya anak semata wayangnya belum pernah kembali dari perantauan sedangkan belum lama suaminya meninggal dunia dan ia pun tinggal sendirian.

Terima kasih Saudara ku, Kami melihat dikemacetan engkau masih bertahan dengan segala panas udara serta kejenuhan waktu menunggu.

Terima kasih Saudara ku, engkau mengajari makna ibadah disetiap perjalananmu. Masjid kami terasa lebih hangat saat langkahmu menapak di lantai kemudian engkau bersujud. Sedangkan malaikat menurunkan keberkahan karena mereka mengetahui engkau musafir dalam kebaikan usahamu.

Terima kasih Saudara ku, begitu relanya menyisihkan infaq parkir sedangkan tentunya engkau tidak akan berharap sesuatu melainkan ridho yang selalu berlimpah. Maka jika ingin tahu infaqmu dijadikan sebuah teras masjid dapat bermanfaat kalanya ada seorang tua renta yang berteduh kedinginan  menunggu hujan yang reda. Dibawah teras itu, ia menggigil padahal dua hari yang lalu masjid itu belum berteras apapun.

Terima kasih Saudaraku, Suatu saat aku berharap engkau pulang dengan sejuta pengalamanmu membuat usaha di kampungmu agar masyarakat bisa merasakan cinta dari hati mu.

No comments:

Post a Comment