Menyebutmu dengan
sebutan pemudik terasa masih ada batas diantara kita. Maka agar lebih akrab
sudah semestinya kami sebagai Saudara ku
se-Indonesia.
Terima kasih Saudara
ku, Engkau masih ingat tempat lahirmu sedangkan kami hampir tiap hari selalu
merindukanmu.
Terima kasih Saudara
ku, begitu sibuknya Engkau masih masih menyempatkan bertemu sedangkan Kami
masih bingung naik apa dan turun dimana? untuk berjumpa denganmu.
Terima kasih Saudara
ku, Kami gembira saat mendengar sebentar Engkau akan kembali, sedangkan
tentunya Kami lebih banyak salahnya karena belum sempat meminta maaf denganmu
tapi ternyata Engkau yang begitu baiknya datang lebih dahulu.
Terima kasih Saudara
ku, Kami menantimu tapi kerisauan itu datang setelah melihat begitu susahnya
dalam perjalananmu, maka sekali lagi maafkan kami belum bisa meringankan
bebanmu dan bahkan menolongmu.
Terima kasih Saudara
ku, kami belajar ilmu ikhlas atas kedatanganmu. Namun kami malu ternyata engkau
lebih ikhlas menerima keadaan Ibu Kota sedangkan Kami tak mampu menjadi
sepertimu.
Terima kasih Saudara
ku, saat engkau berhenti sejenak mempersilakan ibu-ibu menyeberang dengan wajah
kebingungan tidaklah engkau tahu bahwa ia masih terus larut dalam kesedihan
karena sudah dua tahun lamanya anak semata wayangnya belum pernah kembali dari
perantauan sedangkan belum lama suaminya meninggal dunia dan ia pun tinggal
sendirian.
Terima kasih Saudara
ku, Kami melihat dikemacetan engkau masih bertahan dengan segala panas udara serta
kejenuhan waktu menunggu.
Terima kasih Saudara
ku, engkau mengajari makna ibadah disetiap perjalananmu. Masjid kami terasa
lebih hangat saat langkahmu menapak di lantai kemudian engkau bersujud.
Sedangkan malaikat menurunkan keberkahan karena mereka mengetahui engkau
musafir dalam kebaikan usahamu.
Terima kasih Saudara
ku, begitu relanya menyisihkan infaq parkir sedangkan tentunya engkau tidak
akan berharap sesuatu melainkan ridho yang selalu berlimpah. Maka jika ingin
tahu infaqmu dijadikan sebuah teras masjid dapat bermanfaat kalanya ada seorang
tua renta yang berteduh kedinginan
menunggu hujan yang reda. Dibawah teras itu, ia menggigil padahal dua
hari yang lalu masjid itu belum berteras apapun.
Terima kasih
Saudaraku, Suatu saat aku berharap engkau pulang dengan sejuta pengalamanmu
membuat usaha di kampungmu agar masyarakat bisa merasakan cinta dari hati mu.
No comments:
Post a Comment