Thursday, 21 July 2016

Hari Tanpa Facebook, Akankah Terjadi?

Catatan ini tidak bermaksud untuk mengkritisi bahkan menyalahkan orang lain yang memanfaatkan facebook sebagai media berdagang atau sejenisnya. Saya pun juga memanfaatkanya untuk berjualan yang sepatutnya bisa saya jual. Hindari berfikir terlalu linier menganggap kegiatan berinternet sebagai pelarangan terhadap dampak negatif yang terjadi atau berhubungan dengan fatwa pada agama tertentu, tapi mengusahakannya agar kegiatan tersebut sesuai tujuan positif, dosis serta sesuai kapasitas sebagaimana mestinya.

Facebook sudah terlalu sering dikunjungi hampir setiap orang mempunyai akun di media sosial tertinggi penggunanya di Indonesia. Ternyata benar di perkotaan besar bahkan daerah mulai anak seusia SD kelas 6 sudah banyak mempunyai akun facebook. Meskipun aktifitas berselancar anak-anak tidak terlalu sering seperti kebanyakan anak remaja maupun dewasa.

Ada beberapa pengguna facebook yang sengaja membuat akun anaknya yang masih balita dengan melengkapi album fotonya dari semenjak lahir mengikuti perkembangan tumbuh kembangnya. Bukan hal tidak tepat menanggapi fenomena yang terjadi, ada beberapa penyebab yang pasti facebook tidak ada batasan usia bagi penggunanya atau penyebab berikutnya gaya meniru dari kalangan artis yang senantiasa menshare kegiatan buah hatinya ke dalam media sosial. Sangat berpengaruh sekali antara fasilitas dan duplikasi eksistensi yang terus merambah hingga ke penggemar setianya.

Mengingatkan kembali bahwa catatan ini tidak menceritakan kehidupan orang lain, hanya sebuah hasil berfikir karena secara tegas bahwa head line di facebook tertulis, Apa yang Anda Pikirkan? Tentunya sudah semestinya saya melakukan sesuatu, karena sudah membaca lebih lanjut tentang manual book (buku panduan) dari facebook yang sudah saya laksanakan sebagaimana  mestinya.

Facebook meningkatkan intelektual masyarkat Indonesia untuk berfikir dan menganalisa  mengenai sesuatu apapun yang berada disekitarnya. Tentunya tetap masih ada koridor-koridor pemikiran yang menjadi batas dari norma yang berlaku di negara kita. Hasil pemikiran manusia tidak serta merta datang dan terjadi namun melalui tahapan pembelajaran tidak cukup dengan formal. Pengalaman hidup yang dialami manusia sebagai barang berharga bagi kehidupan positif orang lain hal terkecil tersebut bisa bermanfaat bagi pembacanya.

Facebook menjadi kebutuhan serta aktifitas setiap orang. Dunia maya dan dunia nyata ibarat dua sisi koin yang tidak dapat dipisahkan. Terlalu lama membuka aplikasi facebook kemudian berselancar ternyata juga kurang baik bagi penggunanya. Arti kata membuka bukan hanya kepentingan untuk merespon sebuah status pemikiran secara luas membuka aplikasi facebook menjadi kebutuhan diwaktu senggang bahkan diluangkan dengan mengorbankan waktu produktifitasnya.

Nomophobia salah satu kelainan psikologi disaat seseorang lupa membawa smartphone sebagai tanda ketergantungan terhadap penggunaan media sosial. Sekali lagi saya tidak menyalahkan bagi mereka yang sangat membutuhkan media sosial untuk pekerjaannya. Tapi lebih karena sudah menjadi candu kehidupan yang cukup unik yang selalu mengeksiskan diri dan memperhatikan aktifitas orang lain bagi yang sekedar meluangkan waktunya.

Candu terus dibawa dalam benaknya dan fasilitas terus digenggamnya seakan tidak akan pernah lupa. Aktifitasnya akan berakhir disaat istirahat artinya bangun tidur hingga kembali pun terus dibukanya. Dampak candu itu lebih panjang akibatnya, waktu 15 menit bagi saya terlalu singkat untuk berselancar meneliti status hasil pemikiran teman facebook atau melihat foto-foto yang di unggahnya. Saya menyalahkan diri sendiri bukan karena facebooknya, waktu terbuang suntuk melihat smartphone tiada habisnya. Pekerjaan yang lebih baik atuapun lebih penting dan menghaslilkan nilai positif meski cukup untuk memungut satu sampah didepan terasa sangat berat. Artinya aktifitas ber-facebook an lebih menjanjikan serta menyenangkan dari pada membersihkan lantai yang juga lebih bermanfaat.

Dampak candu mengalihkan aktifitas manusia dari aktifitas untuk lebih berproduktif. Rata-rata orang yang banyak kegiatan didunia nyata sangat jarang menyentuh layar smartphone nya. Secara nyata seorang anak muda putus pendidikan SMP dari semenjak subuh disibukkan kegiatan di pasar hanya sepele memindah barang dagangan dari truk ke kios jualannya. Jam 8 pagi aktifitasnya sarapan dilanjutkan dengan berdagang hingga sore hari. Sampai rumah jam 5 sore, untuk sekedar membuka smartphone bisa dilakukannya malam hari. Berbeda dengan pekerjaan yang masih ada waktu untuk membuka smartphone kalaupun sudah ada peraturan untuk berfokus dalam pekerjaan tapi namanya sudah menjadi candu, waktu tersebut akan dimanfaaakannya meskipun waktu tersebut sudah dibayar secara profesional sebagai waktu produktif.

Sekarang dapat dihitung dengan jari antara seseorang yang sibuk bersungguh-sungguh atau hanya sesorang menyibukkan diri. Tentunya seseorang yang sibuk bersungguh-sungguh dapat didiskripsikan dari peristiwa di atas. Menyibukkan diri patut ditelusuri hasil dari kesibukannya lebih ke arah positif bagi dirinya ataupun positif bagi orang lain.

Mengurangi aktifitas candu smartphone termasuk facebook didalamnya menurut saya sangat penting untuk memberikan jarak aman bagi kehidupan lebih indah. Berkomunikasi kepada teman, istri, tetangga atau orang didekat nya akan lebih indah agar mata lebih rileks dari ketegangan sinar yang ditimbulkan oleh smartphone. Percaya maupun tidak, saya pernah menanyakan kepada ahli optik kacamata terbesar di Pekalongan, Mengapa kok sekarang pelanggan kacamata semakin banyak bahkan dari usia anak-anak? Kemudian ahli optik pun memberikan tanggapan bahwa, Selain juga tersedianya akses asuransi kesehatan jaminan sosial aktifitas sering menggunakan smartphone turut berkontribusi masyarakat mengenakan kacamata. Artinya kelainan mata masyarakat tiap tahunnya bertambah banyak.

Bagaimana mengurangi dampak candu tersebut?
Melatih jiwa agar ketergantungan dapat dikurangi, dengan meyakinkan diri untuk memisahkan aktifitas dunia maya didalam kehidupannya. Tidak membawa smartphone disaku adalah contoh terkecil. Level lebih tinggi dengan memberikan waktu bermedia sosial di jam luang. Artinya boleh bermedia sosial apabila seluruh pekerjaan  wajibnya sudah diselesaikan berlaku di tempat bekerja maupun di rumah. Apabila semuanya dapat dilakukan maka tingkatkanlah dengan berniat satu hari dalam satu minggu tanpa menggunakan media sosial. Serasa tidak mungkin tapi tidak salahnya jika saya mencoba lebih sebagai upaya pembenahan diri sendiri yang masih terus diperbaiki. Hari Jumat adalah hari yang saya pilih tanpa membuka facebook, semoga niat ini dapat selalu saya lakukan dan memberikan dampak baik bagi hidup saya maupun orang-orang disekitar.

Media sosial tidak dapat dihindari secara massal penggunaannya. Mengurangi aktifitas bermedia sosial sebagai langkah bijak membagi waktu dan membedakannya sebagai produktifitas paling utama. Mempuasakan diri dari media sosial menjadi pilihan utama dengan cara terkecil tidak membawa smartphone disaku, memberikan waktu bermedia sosial di jam luang dan memberikan waktu minimal satu hari tanpa menggunakan smartphone.

Perhatikan istilah candu dan facebook, candu lebih ke arah akibat kesalahan manusia yang ketergantungan sedangkan facebook sendiri bukan hal yang disalahkan.


No comments:

Post a Comment