Catatan ini tidak bermaksud untuk
mengkritisi bahkan menyalahkan orang lain yang memanfaatkan facebook sebagai media berdagang atau sejenisnya.
Saya pun juga memanfaatkanya untuk berjualan yang sepatutnya bisa saya jual.
Hindari berfikir terlalu linier menganggap kegiatan berinternet sebagai
pelarangan terhadap dampak negatif yang terjadi atau berhubungan dengan fatwa
pada agama tertentu, tapi mengusahakannya agar kegiatan tersebut sesuai tujuan
positif, dosis serta sesuai kapasitas sebagaimana mestinya.
Facebook sudah terlalu sering dikunjungi
hampir setiap orang mempunyai akun di media sosial tertinggi penggunanya di
Indonesia. Ternyata benar di perkotaan besar bahkan daerah mulai anak seusia SD
kelas 6 sudah banyak mempunyai akun facebook. Meskipun aktifitas berselancar
anak-anak tidak terlalu sering seperti kebanyakan anak remaja maupun dewasa.
Ada beberapa pengguna facebook yang
sengaja membuat akun anaknya yang masih balita dengan melengkapi album fotonya
dari semenjak lahir mengikuti perkembangan tumbuh kembangnya. Bukan hal tidak
tepat menanggapi fenomena yang terjadi, ada beberapa penyebab yang pasti
facebook tidak ada batasan usia bagi penggunanya atau penyebab berikutnya gaya
meniru dari kalangan artis yang senantiasa menshare kegiatan buah hatinya ke
dalam media sosial. Sangat berpengaruh sekali antara fasilitas dan duplikasi
eksistensi yang terus merambah hingga ke penggemar setianya.
Mengingatkan kembali bahwa catatan ini
tidak menceritakan kehidupan orang lain, hanya sebuah hasil berfikir karena
secara tegas bahwa head line di
facebook tertulis, Apa yang Anda Pikirkan? Tentunya sudah semestinya saya melakukan
sesuatu, karena sudah membaca lebih lanjut tentang manual book (buku panduan)
dari facebook yang sudah saya laksanakan sebagaimana mestinya.
Facebook meningkatkan intelektual masyarkat
Indonesia untuk berfikir dan menganalisa mengenai sesuatu apapun yang berada
disekitarnya. Tentunya tetap masih ada koridor-koridor pemikiran yang menjadi
batas dari norma yang berlaku di negara kita. Hasil pemikiran manusia tidak
serta merta datang dan terjadi namun melalui tahapan pembelajaran tidak cukup
dengan formal. Pengalaman hidup yang dialami manusia sebagai barang berharga bagi
kehidupan positif orang lain hal terkecil tersebut bisa bermanfaat bagi
pembacanya.
Facebook menjadi kebutuhan serta
aktifitas setiap orang. Dunia maya dan dunia nyata ibarat dua sisi koin yang
tidak dapat dipisahkan. Terlalu lama membuka aplikasi facebook kemudian
berselancar ternyata juga kurang baik bagi penggunanya. Arti kata membuka bukan
hanya kepentingan untuk merespon sebuah status pemikiran secara luas membuka
aplikasi facebook menjadi kebutuhan diwaktu senggang bahkan diluangkan dengan
mengorbankan waktu produktifitasnya.
Nomophobia salah satu kelainan
psikologi disaat seseorang lupa membawa smartphone sebagai tanda ketergantungan
terhadap penggunaan media sosial. Sekali lagi saya tidak menyalahkan bagi
mereka yang sangat membutuhkan media sosial untuk pekerjaannya. Tapi lebih
karena sudah menjadi candu kehidupan yang cukup unik yang selalu mengeksiskan
diri dan memperhatikan aktifitas orang lain bagi yang sekedar meluangkan
waktunya.
Candu terus dibawa dalam benaknya dan
fasilitas terus digenggamnya seakan tidak akan pernah lupa. Aktifitasnya akan
berakhir disaat istirahat artinya bangun tidur hingga kembali pun terus
dibukanya. Dampak candu itu lebih panjang akibatnya, waktu 15 menit bagi saya
terlalu singkat untuk berselancar meneliti status hasil pemikiran teman
facebook atau melihat foto-foto yang di unggahnya. Saya menyalahkan diri
sendiri bukan karena facebooknya, waktu terbuang suntuk melihat smartphone
tiada habisnya. Pekerjaan yang lebih baik atuapun lebih penting dan
menghaslilkan nilai positif meski cukup untuk memungut satu sampah didepan
terasa sangat berat. Artinya aktifitas ber-facebook an lebih menjanjikan serta
menyenangkan dari pada membersihkan lantai yang juga lebih bermanfaat.
Dampak candu mengalihkan aktifitas
manusia dari aktifitas untuk lebih berproduktif. Rata-rata orang yang banyak
kegiatan didunia nyata sangat jarang menyentuh layar smartphone nya. Secara
nyata seorang anak muda putus pendidikan SMP dari semenjak subuh disibukkan
kegiatan di pasar hanya sepele memindah barang dagangan dari truk ke kios
jualannya. Jam 8 pagi aktifitasnya sarapan dilanjutkan dengan berdagang hingga
sore hari. Sampai rumah jam 5 sore, untuk sekedar membuka smartphone bisa dilakukannya
malam hari. Berbeda dengan pekerjaan yang masih ada waktu untuk membuka
smartphone kalaupun sudah ada peraturan untuk berfokus dalam pekerjaan tapi
namanya sudah menjadi candu, waktu tersebut akan dimanfaaakannya meskipun waktu
tersebut sudah dibayar secara profesional sebagai waktu produktif.
Sekarang dapat dihitung dengan jari
antara seseorang yang sibuk bersungguh-sungguh atau hanya sesorang menyibukkan
diri. Tentunya seseorang yang sibuk bersungguh-sungguh dapat didiskripsikan dari
peristiwa di atas. Menyibukkan diri patut ditelusuri hasil dari kesibukannya
lebih ke arah positif bagi dirinya ataupun positif bagi orang lain.
Mengurangi aktifitas candu smartphone
termasuk facebook didalamnya menurut saya sangat penting untuk memberikan jarak
aman bagi kehidupan lebih indah. Berkomunikasi kepada teman, istri, tetangga
atau orang didekat nya akan lebih indah agar mata lebih rileks dari ketegangan
sinar yang ditimbulkan oleh smartphone. Percaya maupun tidak, saya pernah
menanyakan kepada ahli optik kacamata terbesar di Pekalongan, Mengapa kok
sekarang pelanggan kacamata semakin banyak bahkan dari usia anak-anak? Kemudian
ahli optik pun memberikan tanggapan bahwa, Selain juga tersedianya akses asuransi
kesehatan jaminan sosial aktifitas sering menggunakan smartphone turut
berkontribusi masyarakat mengenakan kacamata. Artinya kelainan mata masyarakat
tiap tahunnya bertambah banyak.
Bagaimana mengurangi dampak candu
tersebut?
Melatih jiwa agar ketergantungan dapat
dikurangi, dengan meyakinkan diri untuk memisahkan aktifitas dunia maya didalam
kehidupannya. Tidak membawa smartphone disaku adalah contoh terkecil. Level
lebih tinggi dengan memberikan waktu bermedia sosial di jam luang. Artinya boleh
bermedia sosial apabila seluruh pekerjaan
wajibnya sudah diselesaikan berlaku di tempat bekerja maupun di rumah.
Apabila semuanya dapat dilakukan maka tingkatkanlah dengan berniat satu hari
dalam satu minggu tanpa menggunakan media sosial. Serasa tidak mungkin tapi
tidak salahnya jika saya mencoba lebih sebagai upaya pembenahan diri sendiri
yang masih terus diperbaiki. Hari Jumat adalah hari yang saya pilih tanpa
membuka facebook, semoga niat ini dapat selalu saya lakukan dan memberikan
dampak baik bagi hidup saya maupun orang-orang disekitar.
Media sosial tidak dapat dihindari
secara massal penggunaannya. Mengurangi aktifitas bermedia sosial sebagai
langkah bijak membagi waktu dan membedakannya sebagai produktifitas paling
utama. Mempuasakan diri dari media sosial menjadi pilihan utama dengan cara
terkecil tidak membawa smartphone disaku, memberikan waktu bermedia sosial di
jam luang dan memberikan waktu minimal satu hari tanpa menggunakan smartphone.
Perhatikan istilah candu dan facebook,
candu lebih ke arah akibat kesalahan manusia yang ketergantungan sedangkan
facebook sendiri bukan hal yang disalahkan.
No comments:
Post a Comment