Kata
mudik konon dari Bahasa Jawa, "Mulik dilik / dhisik " artinya pulang
sebentar. Menurut Wikipedia, mudik terbesar perpindahan masyarakat di Jakarta
ke Jawa Tengah dan sekitarnya. Tapi menurutku hampir disetiap daerah ikut
merasakan sensasi kebiasaan mudik ini.
Keistimewaan
mudik terasa sekali saat perjalanannya menuju rumah. Ada keakraban tersendiri
yang dirasakan warga perantauan menuju daerahnya secara bersamaan. Jangankan
debu yang hinggap dipelupuk mata, bawaan beserta segenap oleh-olehnyaa tak lupa
dari penataan "uborampe" nya dikendaraan yang ditungganginya.
Semoga
sifat orang jawa, "tepo seliro" (tenggang rasa) ,masih di
"ugemi" (dipegang) baik dijalanan maupun telah sampai dikampung
halamannya.
"Tepo
seliro" terhadap pengendara lainnya baik sesama pemudik atau warga lokal
penghuni daerah yang masih juga berkepentingan menggunakan jalan raya.
Ritme
nafas dan denyut jantung selalu disiapkan karena suatu saat ada pengguna jalan
yang tiba - tiba nyeberang seenaknya sendiri. Mungkin dia masih terenyuh
memikirkan harga ayam yang ternyata naik 3 kali lipatnya, hingga tak terasa
menyebrang seakan melintas jalan setapak yang begitu sepinya.
Simpan
atau buang jauh-jauh kebencian kepada petugas yang bertugas di jalan, momen ini
ada kebaikan tersendiri bagi mereka. Kita tidak tahu, jikalau mereka masih
puasa dan tetap bekerja betapa Tuhan sangat mencintainya.
Mereka
masih sibuk mengayomi pejalan kaki yang akan menyeberang ke pasar, ah...begitu
mulia kebesaran hati nya.
Kebencian
manusia jangan terlalu membabi buta. Tuhan mengharapkan akan penilaian baik
kebaikan kepada sesamanya. Maka
jika Tuhan mencintainya, masa manusia akan selalu menaruh benci kepadanya?
Hati
hati bapak yang bertugas, istri cantik selalu menunggu dirumah, bergegaslah.
Selamat
Mudik jangan lupa Sungkem.
No comments:
Post a Comment