Saturday, 2 July 2016

Mudik

Kata mudik konon dari Bahasa Jawa, "Mulik dilik / dhisik " artinya pulang sebentar. Menurut Wikipedia, mudik terbesar perpindahan masyarakat di Jakarta ke Jawa Tengah dan sekitarnya. Tapi menurutku hampir disetiap daerah ikut merasakan sensasi kebiasaan mudik ini.

Keistimewaan mudik terasa sekali saat perjalanannya menuju rumah. Ada keakraban tersendiri yang dirasakan warga perantauan menuju daerahnya secara bersamaan. Jangankan debu yang hinggap dipelupuk mata, bawaan beserta segenap oleh-olehnyaa tak lupa dari penataan "uborampe" nya dikendaraan yang ditungganginya.

Semoga sifat orang jawa, "tepo seliro" (tenggang rasa) ,masih di "ugemi" (dipegang) baik dijalanan maupun telah sampai dikampung halamannya.

"Tepo seliro" terhadap pengendara lainnya baik sesama pemudik atau warga lokal penghuni daerah yang masih juga berkepentingan menggunakan jalan raya.

Ritme nafas dan denyut jantung selalu disiapkan karena suatu saat ada pengguna jalan yang tiba - tiba nyeberang seenaknya sendiri. Mungkin dia masih terenyuh memikirkan harga ayam yang ternyata naik 3 kali lipatnya, hingga tak terasa menyebrang seakan melintas jalan setapak yang begitu sepinya.

Simpan atau buang jauh-jauh kebencian kepada petugas yang bertugas di jalan, momen ini ada kebaikan tersendiri bagi mereka. Kita tidak tahu, jikalau mereka masih puasa dan tetap bekerja betapa Tuhan sangat mencintainya.

Mereka masih sibuk mengayomi pejalan kaki yang akan menyeberang ke pasar, ah...begitu mulia kebesaran hati nya.
Kebencian manusia jangan terlalu membabi buta. Tuhan mengharapkan akan penilaian baik kebaikan kepada sesamanya. Maka jika Tuhan mencintainya, masa manusia akan selalu menaruh benci kepadanya?

Hati hati bapak yang bertugas, istri cantik selalu menunggu dirumah, bergegaslah.

Selamat Mudik jangan lupa Sungkem.


No comments:

Post a Comment