Gedung Kantor Kepala
Desa Rowokembu Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan menjadi tempat acara
Maiyah Suluk Pesisiran edisi 16 Juli 2016 dengan mengambil tema Riya (ya)
Dunia. Lantunan sholawat duror pembuka acara maiyahan oleh segenap IPNU
Kecamatan Wonopringgo, terus berkumandang menghangatkan suasana keakraban yang
terjalin atas dasar sebuah rasa kebersamaan
Acara maiyahan
dihadiri nara sumber diantaranya adalah Pak Suryo Sukarno (selaku pengamat
sosial budaya), Gus Mansyur (ulama) dan Cak Mufid (ustadz). Bapak Hasbi Riski
selaku Kepala Desa Rowokembu juga ikut berpartisipasi melakukan sambutan acaara
Suluk Pesisiran. Dalam pembukanya Pak Suryo menjelaskan tentang sejarah halal
bi halal di Indonesia. Selain itu beliau memaparkan melestarikan budaya riyoyo
yang bermakna merayakan Hari Raya Idul Fitri.
Pembahasan tema lebih
mengerucut saat Gus Mansyur mulai membicarakan unsur manusia yang terdiri dari
4 bagian. Pertama unsur api
(nariyyah) yang berarti semangat. Unsur yang
kedua unsur air berarti kemanfaatan.
Unsur ketiga khayawaniyyah yang
berarti nafsu. Unsur terakhir keempat unsur
batu yang berarti kekuatan. Dari semua unsur
tersebut Allah SWT membekali akal dan pikiran kepada manusia untuk mensinergi
akar setiap unsur tidak ada yang lebih dominan satu sama lain. Apabila unsur
api lebih tinggi maka manusia cenderung lebih suka mempertahankan egonya atau
keinginannya. Contoh lain misalnya apabila unsur air lebih dominan maka manusia
akan lebih memanfaatkan sepenuhnya dirinya untuk orang lain akan tetapi dia
tidak memperhitungkan keadaan dirinya bahkan melupakannya. Dalam prosesnya
manusia harus melewati usaha memperbaiki diri dan menundukkan ke empat unsur
tersebut dalam sebuah ibadah yang berupa puasa. Para wali zaman dahulu
memberikan pengajaran pengendalian ke empat unsur tersebut melalui contoh
tradisi disaat lebaran. Dimulai dengan tradisi menyembelih ayam lebih tepatnya
ayam jago, lambang jenis ayam jago lebih menampakkan sifatnya egonya yang
begitu tinggi maka dengan disembelihnya ayam jago sebagai simbol hilangnya ke
egoan diri manusia. Dilanjutkan dengan
membuat ketupat terbuat dari janur kuning yang dianyam tumpang tindih
menandakan bahwa sifat manusia yang dinamis berubah kemudian diisi beras putih
(kebaikan). Tidak hanya itu apabila ketupat telah matang maka harus dibelah
menjadi dua bermakna bahwa seluruh manusia dihari raya membuka hatinya untuk
menyadari semua kesalahan yang telah diperbuatnya.
Menyinggung masalah
riya Gus Mansyur memberikan prinsip bahwa penilaian riya hanya manusia dan
Allah SWT yang mengetahui. Malaikat pencatat amal pun tidak pernah tahu
keberadaan niat riya yang dilakukan oleh manusia. Kemudia beliau bercerita
tentang manusia fi sabilillah sekaligus ahli ibadah seluruh hidupnya bahkan
semua hartanya digunakan sepenuhnya untuk agama. Para malaikat bertasbih
memberikan saksi bahwa tipe manusia seperti ini sangatlah istimewa, jarang ditemui jenisnya. Disaat meninggal
seluruh amalnya dibawa oleh malaikat kemudian diperlihatkan kepada Allah SWT.
Majlis malaikat memberikan penghargaan kepada manusia fi sabilillah tersebut.
Namun, Allah SWT menolak semua amal ibadahnya, kemudian malaikat merasa bingung
dan bertanya lagi kepada Allah SWT, mengenai alasan penolakan amalnya. Allah
SWT menjawab bahwa seluruh amal manusia fi sabilillah tersebut sudah
mendapatkan balasan ketika di dunia. Pengharapan pujian dalam beribadah
membuatnya dia selalu bangga disaat orang lain menyanjungnya. Jihad fi
sabilliahnya berniat untuk disebut paling berani bagi sesamanya. Alasan riya tersebut
menjadi penyebab tertolaknya seluruh amal ibadahnya.
Sebagai penghangat
suasana agar lebih menambah kemesraan Mas Joko mengingatkan kepada grup musik
akustik dan perkusinya akan segera tampil ke depan. Persiapan tidak begitu lama
grup musik ini melantunkan lagu religinya milik ungu dan maherzain nuansa pop
religius sangat mengatmosfer dalam sebuah gedung acara maiyahan. Nyanyi bersama
jamaah maiyah menjadikan momen paling istimewa ternyata begitu singkatnya dua
lagu yang telah dilantunkan harus berakhir dan suara tepuk tangan yang meriah
menutup perfom dari grup musik akustik tersebut.
Sesi selanjutnya
adalah diskusi tanya jawab atau sekedar memberikan tanggapan dari pemaparan
nara sumber. Mas Abdul Ghoni adalah audien pertama yang akan menanggapi bahwa
“riyoyo” merupakan hari perayaan yang telah disiapkan bulan sebelumnya dari
bulan. Selanjutnya audien kedua yang akan menanggapi diskusi yaitu Muhammad
Tifani yang bercerita menganai sejarah tradisi lebaran ternyata sudah ada pada
tahun 1725 M, dimasa pemerintahan Raja Mangkunegara I. Tanggapan terakhir dilakukan oleh Mas Antoni yang
melihat kebiasaan autoselfi
masyarakat berupa perayaan Idul Fitri merupakan sebagai ungkapan kegembiraan.
Gus
Mansyur memberikan tanggapan secara keseluruan mengenai tema riya dunia bahwa
kita dibimbing untuk melihat masalah secara lebih jauh bukan hanya sekedar riya
saja. Waktu satu bulan lamanya digembleng ibadah puasa di Bulan Ramadhan
hendaknya kita tidak lengah terhadap tipu daya dunia. Disaat lebaran tiba
manusia kembali ke fitri, iblis pun merasa kecewa melihat keadaan manusia yang
begitu sucinya hingga seperti ia baru lahir. Iblis sangat kecewa saat takbir
berkumandang karena segala daya dan upayanya berakhir sia-sia, karena segala
dosa kesalahan manusia akan terhapus menjadi keadaan fitri (seperti bayi yang
baru lahir). “Apakah iblis akan diam saja tanpa menggoda manusia lagi?”.
Tentunya itu tidak terjadi selama manusia itu hidup dunia maka iblis akan
senantiasa menggodanya. Setelah manusia melaksanakan Sholat Idul Fitri iblis
kembali datang merusak kesucian hati sanubari manusia dengan tipu daya
keduniaan menjadikan manusia salah fokus dan melupakan esensi manusia hidup
didunia bahwa suatu saat manusia harus kembali
kepada Allah SWT.
Janganlah
manusia melakukan hal yang berlebihan dan sia-sia. Setelah manusia melewati
Bulan Ramadhan maka tidak ada lagi batasan rukun ibadah melakukan hal yang
disukainya. Makan dan minum misalnya, di Bulan Ramadhan mulut manusia sangat
tertib melakukannya. Namun setelah melewatinya maka manusia seakan bebas
terkekang dari semua yang melarangnya. Hal itu jangan sampai membuat manusia
menjadi lupa dengan usahanya selama satu bulan. Langkah penuh barokah menjadi
nilai yang sia-sia. Gus Mansyur juga mengingatkan untuk selalu ingat membacar pesan
pesan dari simbol tradisi kebudayaan misalnya lopis raksasa yang belum lama
diselenggarakan di Pekalongan.
Cak Mufid memuncaki
acara maiyahan dengan memberikan asal kata riya dari dua kata ru’ya dan ro’ a
keduanya mempunyai makna memperlihatkan. Apabila dilihat dari bahasa maka
seluruh aktifitas ibadah manusia termasuk riya karena makna tersebut berarti
memperlihatkan misalnya ketika melangkahkan kaki ke masjid maka secara langsung
kita memperlihatkan langkah kita untuk beribadah ke masjid. Apabila dilihat
dari tasawuf maka riya mempunyai arti membanggakan amal ibadah kepada orang
lain. Letaknya riya ada dalam hati manusia yang ingin selalu memperlihatkan
amal ibadahnya. Dalam konteks realitas ibadah riya yang bermakna tasawuf ini
dilarang karena yang dimaksud riya sesungguhnya. Sedangkan makna riyoyo dalam
bahasa jawa berarti perayaan hari raya yang
dibolehkan asalkan tidak menyalahi syariat yang Allah SWT tetapkan.
Tepat pada pukul
00.30 Mas Joko memberi tanda untuk segera mengakhiri acara maiyahan segenap
penggiat memberikan instruksi untuk melingkar bersama dengan para jamaah yang
hadir. Lampu utama gedung dipadamkan sholawat shohibul baiti mengiringi acara
penutup Gus Mansyur memimpin doa bersama dilanjutkan dengan bersalaman.
No comments:
Post a Comment