Thursday, 28 July 2016

Menyingsing Fajar Senja Akan Tenggelam

Mencoba pandangi fajar datang cahaya redup enggan menyinari sepenuhnya bagi alam semesta. Ibarat manusia yang beberapa tahun baru lahir mulai belajar berinteraksi keluarga, sosial, alam dan pendidikan. Kebanyakan masyarakat khususnya mendekati perkotaan di Pulau Jawa khususnya perkembangan dunia pendidikan menjamur dari berbagai tingkatan. Kemajuan ilmu dan pengetahuan menorehkan pencapaian tingkatan kualitas masing-masih orang tua.

Mengingat kurun waktu 20 tahun yang lalu pendidikan bagi anak-anak dimulai dari taman kanak-kanak. Pembelajaran anak-anak lebih mengutamakan interaksi sosial kepada sesama temannya beberapa pengenalan tata basa berupa pengenalan huruf serta pengembangan daya kreatifitas anak melalui karya seni seperti menggambar dan seni melipat kertas.

Ternyata pada tahun 2000 an hingga sekarang masih ada pendidikan yang lebih mendasar sebelum masuk ke taman kanak-kanak. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saya belum bisa mencari latar belakang yang menjadi penyebab munculnya tren pendidikan pra taman kanak-kanak. Melihat dengan resolusi pandang yang tidak menjamin terang bahwa PAUD lebih mendidik anak dari kebiasaan di pagi hari sebagai persiapan memasuki pendidikan taman kanak-kanak.

“Ahhh......terlalau berat bahasannya... “.
Lebih baik kita semua mendoakan kelak senyum keceriaan bocah-bocah polos ini mewarnai kehidupan bangsa Indonesia yang lebih baik. Harapan terbeasar bagi bangsa terletak pada generasi penerus yang mempertahankan kelangsungan pembangunan. Bersusahlah mendidik anak lebih bersungguh-sungguh dan sebaik-baik pendidikan adalah dari keluarga.

Sekolah formal hanya bagi orang yang mampu, maka berlombalah mendidik anak menjadi pribadi berakhlak baik dan tangguh  menghadapi ujian. Wajib belajar sudah menjadi agenda pemerintah dari pembebasan uang bulanan sekolah. Saya mengamati khususnya di daerah pedesaan paling tinggi bersekolah hingga SMK atau sederajat. Masih dapat dihitung dengan jari jika satu RW ada yang sampai melanjutkan ke perguruan tinggi. Bagi yang melanjutkan ke perguruan tinggi biasanya orang tuanya mempunyai wawasan pendidikan seperti berprofesi sebagai guru, pegawai, kepala desa atau anak dari saudagar pedagang dan tuan tanah pertanian. Semuanya itu dikembalikan lagi kepada masing-masing orang tua yang mengasuh putra putrinya. Pendidikan tinggi tidak menjamin berakhlak baik, namun pendidikan berpengaruh terhadap ilmu dan pengetahuan yang dimiliki seseorang.

Berhentilah berkeyakinan kesuksesan dinilai dari bentuk dan hasil sebuah pekerjaan. Pandangan kebanyakan masyarakat Indonesia pada umumnya masih tergolong linear terhadap sesuatu yang dilihatnya. Makna sukses berkembang dari hasil visual yang dimiliki seseorang. Secara tidak langsung nilai bekerjanya seseorang bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan melainkan mengejar status sosial di masyarakat. Sepertinya pekerjaan didesa begitu rendahnya sehingga masyarakat desa berbondong-bondong keluar kota demi memperoleh pekerjaan yang layak.

Berusahalah maksimal pencapaiannya alhamdulillah bersandar bahwa Allah SWT  menempatkan kemuliaan manusia dilandasi dengan rasa syukur mendalam dari ketentuan yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Seorang petani ridho dengan keadaan pekerjaannya di desa lalu ia menyadari bahwa kemuliaan petani yang sesungguhnya tatkala ia menyadari serta mensyukuri apa yang dikerjakan merupakan perintah sebagaimana memerintahkan ibadah fardhu yang harus diemban tanggung jawabnya.


Meski sebagai anak desa bolehlah bisa bermimpi ingin menjadi orang besar. Sebesar apapun kedudukanya berbanggalah atas didikan masyarakat desa bertenggang rasa, gotong royong, menjunjung tinggi rasa kejujuran serta mampu bisa menghargai kaum yang lemah. Tetapi jika asa telah diperjuangkan keringat terus mengucur begitu derasnya, lahan disamping rumah hanya yang bisa dimanfaatkan lalu tersenyumlah karena keindahan ciptaan-Nya telah  kau dirawat dan dipergunakan kepada manusia yang membutuhkan.


No comments:

Post a Comment