Mencoba pandangi fajar datang cahaya
redup enggan menyinari sepenuhnya bagi alam semesta. Ibarat manusia yang
beberapa tahun baru lahir mulai belajar berinteraksi keluarga, sosial, alam dan
pendidikan. Kebanyakan masyarakat khususnya mendekati perkotaan di Pulau Jawa
khususnya perkembangan dunia pendidikan menjamur dari berbagai tingkatan.
Kemajuan ilmu dan pengetahuan menorehkan pencapaian tingkatan kualitas
masing-masih orang tua.
Mengingat kurun waktu 20 tahun yang
lalu pendidikan bagi anak-anak dimulai dari taman kanak-kanak. Pembelajaran
anak-anak lebih mengutamakan interaksi sosial kepada sesama temannya beberapa
pengenalan tata basa berupa pengenalan huruf serta pengembangan daya
kreatifitas anak melalui karya seni seperti menggambar dan seni melipat kertas.
Ternyata pada tahun 2000 an hingga
sekarang masih ada pendidikan yang lebih mendasar sebelum masuk ke taman
kanak-kanak. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saya belum bisa mencari latar
belakang yang menjadi penyebab munculnya tren pendidikan pra taman kanak-kanak.
Melihat dengan resolusi pandang yang tidak menjamin terang bahwa PAUD lebih
mendidik anak dari kebiasaan di pagi hari sebagai persiapan memasuki pendidikan
taman kanak-kanak.
“Ahhh......terlalau berat bahasannya...
“.
Lebih baik kita semua mendoakan kelak
senyum keceriaan bocah-bocah polos ini mewarnai kehidupan bangsa Indonesia yang
lebih baik. Harapan terbeasar bagi bangsa terletak pada generasi penerus yang
mempertahankan kelangsungan pembangunan. Bersusahlah mendidik anak lebih
bersungguh-sungguh dan sebaik-baik pendidikan adalah dari keluarga.
Sekolah formal hanya bagi orang yang
mampu, maka berlombalah mendidik anak menjadi pribadi berakhlak baik dan
tangguh menghadapi ujian. Wajib belajar
sudah menjadi agenda pemerintah dari pembebasan uang bulanan sekolah. Saya
mengamati khususnya di daerah pedesaan paling tinggi bersekolah hingga SMK atau
sederajat. Masih dapat dihitung dengan jari jika satu RW ada yang sampai
melanjutkan ke perguruan tinggi. Bagi yang melanjutkan ke perguruan tinggi
biasanya orang tuanya mempunyai wawasan pendidikan seperti berprofesi sebagai
guru, pegawai, kepala desa atau anak dari saudagar pedagang dan tuan tanah
pertanian. Semuanya itu dikembalikan lagi kepada masing-masing orang tua yang
mengasuh putra putrinya. Pendidikan tinggi tidak menjamin berakhlak baik, namun
pendidikan berpengaruh terhadap ilmu dan pengetahuan yang dimiliki seseorang.
Berhentilah berkeyakinan kesuksesan
dinilai dari bentuk dan hasil sebuah pekerjaan. Pandangan kebanyakan masyarakat
Indonesia pada umumnya masih tergolong linear terhadap sesuatu yang dilihatnya.
Makna sukses berkembang dari hasil visual yang dimiliki seseorang. Secara tidak
langsung nilai bekerjanya seseorang bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan
melainkan mengejar status sosial di masyarakat. Sepertinya pekerjaan didesa
begitu rendahnya sehingga masyarakat desa berbondong-bondong keluar kota demi
memperoleh pekerjaan yang layak.
Berusahalah maksimal pencapaiannya
alhamdulillah bersandar bahwa Allah SWT
menempatkan kemuliaan manusia dilandasi dengan rasa syukur mendalam dari
ketentuan yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Seorang petani ridho dengan
keadaan pekerjaannya di desa lalu ia menyadari bahwa kemuliaan petani yang
sesungguhnya tatkala ia menyadari serta mensyukuri apa yang dikerjakan
merupakan perintah sebagaimana memerintahkan ibadah fardhu yang harus diemban
tanggung jawabnya.
Meski sebagai anak desa bolehlah bisa
bermimpi ingin menjadi orang besar. Sebesar apapun kedudukanya berbanggalah
atas didikan masyarakat desa bertenggang rasa, gotong royong, menjunjung tinggi
rasa kejujuran serta mampu bisa menghargai kaum yang lemah. Tetapi jika asa
telah diperjuangkan keringat terus mengucur begitu derasnya, lahan disamping
rumah hanya yang bisa dimanfaatkan lalu tersenyumlah karena keindahan
ciptaan-Nya telah kau dirawat dan
dipergunakan kepada manusia yang membutuhkan.
No comments:
Post a Comment