Tanggal 18 Juli
2016 kemarin ada teman yang kebetulan bekerja di Jepara yang membagikan sebuah
tautan yang berisikan liputan acara halal bi halal. Adapun tema yang angkat
dalam acara tersebut yaitu Halal bi Halal sebagai Wahana Sillaturahim untuk
Membangun dan Memajukan Jepara. Sangat terkesan dengan ide yang digagas oleh
panitia halal bi halal. Betapa sungguh indahnya jalinan silaturahmi antara
keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah yang notabene merupakan
organisasi masyarakat islam yang ruang lingkupnya nasional.
Meskipun saya tidak
secara langsung mengikuti acaranya langsung, saya sangat mengapresiasi kepada
panita halal bi halal bahwa kegiatan tersebut berdampak positif bagi masyarakat
khususnya bagi bangsa dan negara. Seperti yang diketahui bersama bahwa masyarakat
NU dan Muhammadiyah merupakan jumlah dari umat islam di Indonesia yang
mayoritas ada disetiap kota. Kebersamaan diantara keduanya sangat erat
kaitannya dalam pembangunan. Pemerintah hanya fasilitator pembangunan, namun
penggerak modal pembangunan secara mental adalah rakyat Indonesia. Sangatlah
tepat apabila tema acara tersebut bahwa silaturahmi warga NU dan Muhammadiyah
berkaitan untuk membangun dan memajukan Jepara.
Sepatutnya
kebersamaan menjadi prioritas utama dalam menyelesaikan persoalan. Negara yang
masih membenahi sistem tata kenegaraan dan segudang masalah negara biarkan para
petinggi negara menyelesaikan permasalahannya. Namun apakah rakyat hanya
berpangku tangan menunggu serta menikmati hasil pembangunan fisik dari
pemerintah? Sepertinya kurang tepat jika mempunyai persepsi seperti itu.
Tugas rakyat menjadi motor pembangunan negara merupakan aset perkembangan
sebuah negara. Mungkin segala aspek penjajahan perang tergolong sedikit namun
patut diwaspadai terhadap penjajahan motor negara yaitu penjajahan kepada
rakyatnya melalui politik memecah belah yang ditularkan melalui
pemikiran.
Adanya perkembangan
internet (dunia maya) serta politik media dapat secara tidak langsung
membawa kehidupan kearah nyata. Artinya para perusak kebersamaan negara
Indonesia dapat memanfatkan media sosial untuk menyebarkan kebencian antara
kelompok masyarakat baik sesame ormas, agama, ras, suku dan lain sebagainya.
Rakyat harus lebih cerdas dalam menanggapi isu yang belum pasti kebenarannya.
Tugas rakyat dalam
pembangunan mengusahakan keadaan di lingkungan masyarakan lebih terkondisikan
aman, menjaga kerukunan dan ukhuah keislaman yang kondusif. Rasa aman menjadi
cita-cita setiap individu sudah sepantasnya rasa aman harus diusahakan minimal
dengan mencegah hal yang memunculkan keresahan didalam masyarakat. Adapun
keresahan berasal secara fisik maupun secara batin. Keresahan fisik berarti
keresahan yang ditimbulkan oleh ancaman fisik misalnya pencurian, perampokan,
terror bom, penganiayaan, perampasan dan sebagainya. Sedangkan keresahan batin
lebih berasal dari ancaman pemikiran dari kelompok yang dapat mengancam rasa
aman, misalkan kelompok separatis, kelompok yang dapat mengancam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Menjaga kerukunan,
paling mudah dilakukan terhadap tetangga paling dekat dari rumah. Melakukan hal
yang terkecil misalkan saling menjaga etika kesopanan kepada tetangga, tengga
rasa serta berani mengalah demi kepentingan bersama menjadi perbuatan kecil
tapi akan berdampak besar apabila setiap warga masyarakat melakukan hal yang serupa.
Terakhir menjaga ukhuwah keislaman sudah sepantasnya seluruh organisasi
masyarakat islam mengedepankan cita-cita bangsa dengan ikut serta membuat
keadaan yang penuh keakraban dalam berbagai aspek kehidupan.
Saya tidak “gumunan”
(kaget) dengan informasi yang berkaitan dengan silaturahmi antar organisasi
ini, tentunya saya percaya meski tidak diadakan silaturahmi organisasi secara
resmi, saya yakin tiap individu meskipun beda organisasi masyarakat tetap
melaksanakan silaturahmi. Selain sudah menjadi tradisi tiap Hari Raya Idul
Fitri, bahwa momen silaturahmi menjadi alasan ajang untuk bertamu. Tentunya
kebiasaan silaturahmi dalam setiap keluarga besar (bani) juga tidak semua
memiliki organisasi masyarakat yang
sama. Pendek kata, meskipun tidak dilakukan secara formal antar organisasi
masyarakat secara tradisi masyarakat telah melakukan silaturahmi antar individu
maupun keluarga besar (bani).
Halal bi halal
keluarga besar NU dan Muhammadiyah di Jepara patut menjadi contoh disetiap kota
lainnya. Setiap kota mempunyai keangotaan yang cukup banyak dari seluruh yang
aktif maupun sebagai simpatisan. Ditiap kota mungkin jumlah populasi NU paling
banyak daripada Muhammadiyah, terlebih bahwa NU adalah cerminan orang islam di
Indonesia. Kegitan dapat dimulai dari pertemuan antara pemuda dari NU misalnya
IPNU dan IPPNU dengan Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah. Sudah menjadi
tanggung jawab pemuda untuk membangun keutuhan organisasi masyarakat agar lebih
kokoh menjalin komunikasi silaturahmi yang sangat erat. Saya yakin apabila
komunikasi serta silaturahmi yang erat maka tidak akan terjadi prasangka dari
informasi yang sengaja akan merobek rasa persatuan dan kesatuan sebagai umat
islam.
Mengendalikan ego kebenaran
masing-masing dan menyadari bahwa tiap organisasi hanyalah sebagai usaha untuk
meraih Ridho dari Allah SWT. Sudah sepertinya meredam semua perbedaan,
menghormati peraturan rumah tangga tiap organisasi, menganggapnya bahwa
perbedaan adalah rahmat yang harus disyukuri secara bersama-sama. Tantangan ke
depan menjadi tujuan bersama bahwa umat islam harus bersatu menghadapi sebuah
pekerjaan rumah yang luar biasa.
Gelombang hiruk
pikuk arus globalisasi yang merubah seluruh tatanan masyarakat menjadi
matrealisme bahwa seluruh pandangan masyarakat hanya tertuju kepada materi. Tidaklah
salah dari mereka mempunyai pandangan demikian, siaran acara televisi, iklan
sponsor yang mengundang kemewahan dunia membuat manusia lalai akan tujuan
utamanya mereka berada di dunia. Memperbaiki akhlak sebagai bekal kelak di
akherat adalah di cita-cita mulia dari Nabi Muhammad SAW kepada umatnya. Tentunya
beliau akan sangat bahagia apabila cita-cita tersebut dilaksanakan oleh semua
organisasi masyarakat islam tidak terkecuali NU dan Muhammadiyah dengan
melakukan hal terkecil yaitu mengadakan silaturahmi antar organisasi kemudian
di istiqomahkan secara berkelanjutan tentunya suatu saat akan diikuti oleh
organisasi masyarakat lainnya. Apabila silaturahmi ini dilakukan disetiap kota
maka pengurus pusat akan mengikuti tradisi demikian hingga menjadi pertemuan
akbar di tiap tahunnya, semoga kita berharap demikian.
No comments:
Post a Comment