Mendengar
Pokemon langsung teringat kartun Jepang yang menghiasi layar telivisi kurun
tahun silam. Entah karena perkembangan industri teknologi gadget baik hardware
maupun software istilah kartun
Pokemon menjadi ikon permainan di sistem operasi android. Rumor yang terus
melejit dari pemberitaan media elektronik membuat setiap orang merasa ingin
tahu keberadaan game ini.
Pokok men adalah
istilah bahasa jawa khususnya dialek orang Pekalongan mempunyai arti pokoknya
atau ungkapan sebuah keharusan yang mendekati makna memaksa. Tentunya saya
menuliskan judul tersebut ada korelasi nyata antara dua istilah yang ucapannya
hampir sama berbolak-balik.
Demam
permainan Pokemon telah merubah para pengguna gadget lebih antusias mengikuti jejak permainan dimana pun berada.
Ini yang menjadikan alasan saya menulis sekelumit tingkah laku para penikmat
game Pokemon khususnya dari kalangan remaja hingga dewasa. Saya pun hanya merespon
keadaan sosial masyarakat dan tentunya dalam benak saya pun tidak ada rasa latah
ingin mencobanya. Tidak ada alasan apapun menghindarinya karena saya menganggap bahwa hidup ini sudah seperti
permainan.
Secara
teknik permainanannya pengguna harus berpindah tempat untuk memburu monster dalam
permainan Pokemon. Pengguna harus lebih
jeli bejalan disemua titik tempat atau bisa dikatakan bertualang. Ada makna
lain yang dapat diambil sisi positif bahwa permainan ini membuat penggunanya
harus sama-sama bergerak alhasil aktifitas fisikpun juga diperlukan. Antusias
para pengguna dengan berpetualang membuat dirinya menjadi manusia aktif
setidaknya mengeluarkan keringat dari pori-porinya.
Sisi
positif lainnya dengan adanya interaksi sesama pengguna maka tidak jarang
diantara mereka dapat berkenalan ditempat yang sama disebuah petualangan. Fenomena
ini sangat digemari bagi mereka, para remaja yang sedang mencari jati diri
dunia sosialnya.
Pokok men atau
keharusan mungkin dapat diartikan kelatahan sosial yang mencoba rasa
keingintahuannya. Aktualisasi pengguna secara aktif membuat orang lain menilai
secara langsung tentang pertanyaan seputar kegiatan permainan. Setelah itu maka
rasa keingintahuannya meningkat hingga tergerak hatinya mengunduh aplikasi yang
sama. Tidak hanya itu kelatahan sosial ditunjang oleh pemberitaan media sosial nasional
menjadi konsumsi masyarakat dunia maya.
Kelatahan
yang memuncak apabila disuatu tempat menjadi masyarakat pengguna permainan
Pokemon. Seolah mereka menemukan dunia yang sama maka tidaklah salah dalam sebuah koridor penyuka (hobi)
permainan ataupun anime. Namun apabila kelatahan tidak pada tempatnya akan
menimbulkan berbagai masalah baik secara kejiwaan, norma etika maupun
hukum. Ketergantungan gadget berlebihan sudah menjadi masalah
kejiwaan secara sederhana yaitu kegelisahan apabila dalam satu hari tidak
memegang benda yang bernama gadget. Apalagi
ketergantungan dengan permainan secara kejiwaan menjadi manusia yang kurang
bisa bersosialisasi kepada masyarakat bahkan bisa berkecenderungan menjadi
autis. Norma etika pengguna sering diabaikan baik secara secara sadar maupun
tidak, bahwa pengguna tidak bisa membagi waktu dalam kesehariannya. Teorinya akan
menambah deretan kegiatan jadwal tentunya memerukan waktu, Nah...tinggal yang
dikorbankan waktu yang mana? Pekerjaan (tugas) ataupun keluarga (sosial). Norma
hukum telah diberlakukan hukuman tegas bagi pengendara yang dengan sengaja
menggunakan handphone. Selama artikel
terbit belum ada kabar dampak lain dari sisi hukum. Semoga pengguna lebih smart seperti gadgetnya.
Pokemon
menjadi pokok men atau keharusan yang memaksa seharusnya tidak terjadi maka
sebelum terjadi lebih menitikbereatkan prioritas kegiatan yang lebih bermanfaat
akan lebih penting. Masyarakat yang smart
mampu memberikan filter arus global yang sangat memprihatikan.
No comments:
Post a Comment