Tuesday 23 May 2017

Hisapan Rokok Putih

Termasuk cowok yang special edition kalau belum pernah merasakan hisapan rokok meskipun hanya coba-coba ataupun dipaksa gengsi menuruti ajakan temen. Ternyata saya bukan bukan salah satu tipe dari cowok tersebut. Lebih sekedar menuruti rasa gengsi ketika teman telah berani menunjukan tanda kemachoan dengan menenteng bungkusan rokok filter, apalagi jenis merek rokok mahal tambahan poin plus konon bila melihatnya.

Tentunya gaya tersebut pada remaja yang masih belum labil sudah terlalu wah atau menjadi kesuksesan memasuki lingkungan visual bagi kaum menginjak dewasa. Saya rasakan 2 dari 3 teman saya merasa nyaman sekali dengan mainan barunya waktu itu. Di bawah pohon rindang sembari duduk ngobrol ngalor ngidul hisapan rokonya terasa menjiwai puncaknya ketika matanya sayup seketika itu kepulan asap keluar dari mulutnya, buuull...buull...bull.

Dibalik itu semua ada sedikit pengorbanan waktu itu teman saya uang sakunya Rp. 800 rupiah harus ia menyisihkan Rp. 200 rupiah untuk membeli rokok ketengan sebelum sampai ke rumah. Ini dilakukan agar stabilitas perekonomian pelajar tetap terjaga dan tidak terendus oleh orang rumah, triknya begitu. Lebih utamanya mengkondisikan agar uang saku tetap lancar tiap harinya.

Beda dengan saya tentang ajakan baru tentang merokok, dengan mengambil beberapa uang yang saya sisihkan di balik kaleng disebelah tumpukan buku. Nominalnya Rp. 100 rupiah biasanya kembalian dari hasil LKS semacam modul materi dan tugas mata pelajaran atau dari sisa uang saku yang kebetulan ketinggalan sebelum celana sergam dicuci tinggal berapa kali membeli buku bisa dihitung jumlahnya.

Waktu yang lain beli rokok filter biasa saya masih ngekor om saya yang setia dengan jenis rokok putih dan kembali lagi kalau ditanya kelebihan jenis rokok putih saya harus bengong kemudian bilang saya tidak tahu. Bungkus rokok isi 12 tersebut diam-diam aku buka mirip membuka hadiah undian doorprize pelan-pelan bisa dibilang ini pertama kalinya saya membeli rokok dan berusaha menjadi perokok sejati. Momen sepi orang tua masih tidak berada di rumah, hati saya terus merajuk, bergumam semoga kamar ini menjadi tempat menikmati kepulan asap rokok.


Rokok pertama saya ambil dari bungkusnya korek api saya pantik agar bisa nyala api saat itu pula pelan-pelan saya tempelkan ke ujung rokok. Terasa canggung sebagai perokok amatiran pertama kalinya. Kepulan demi kepulan serasa sama dari hisapan kemudian asap menggulung dikeluarkan. Disaat ingin mencoba menikmati merokok dengan dihisap ke dalam ruang pernafasan nafas ini tersedak kemudian batuk tak terkendali berulang-ulang begitu hebatnya. Kok terasa menyiksa ingin menikmati sebatang rokok yang setiap perokok enggan meninggalkan. Tinggal 11 batang rokok putih saya sisakan kepada teman beserta impian pula saya berlari dari perokok sejati.
Sumber Foto : google

No comments:

Post a Comment