Sunday 23 December 2018

Syahdu


Cuaca pagi tadi di Pekalongan terpantau mendung merata. Sinar matahari yang biasanya jam 05.00 WIB sudah mulai menampakan jati dirinya, hari ini sepertinya masih bermalas- malasan. Untung saja hari ini bukan hari Senin, jadi masih ada alasan untuk nambah lagi waktu "aras-arasen" melakukan pekerjaan. Kalau anak jaman now itu bilang, "Lagi mager, malas gerak", karena ada benarnya manusia bukan seperti robot, fluktuatif bisa rajin dan juga berpotensi malas. 

Syahdu, ya begitulah cara sederhana menikmati cuaca mendung. Kata syahdu sering saya baca di time line media sosial. Ternyata ada juga kebiasaan lain yang sudah mendarah daging dari kakek nenek saya. Apabila sudah satu dua tetesan air telah jatuh, yang sering saya dengar yaitu "urug-urug udano sing gedi". Kemesraan antara masyarakat kita dengan gejala cuaca dimusim hujan sudah berkomunikasi dan berinteraksi secara verbal. 

Kata syahdu, menurut saya hanya akhir-akhir ini saja terdengar. Setidaknya almarhum ayah saya juga tidak mewariskan kebiasaan yang mengatakan, "Mendunge syahdu", sama sekali tidak. Menurut saya ungkapan kebiasaan ini terjadi setelah tahun 2010 kata syahdu itu mewabah bebarengan gencarnya kepemilikan akun facebook hampir 130 juta baik yang real maupun abal-abal. 

Saya sedikit mengernyitkan dahi mencari tahu korelasi syahdu dan mendung. Bahkan penggunaan kata syahdu menurut saya kata yang jarang digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Kata syahdu lebih dekat dengan karya puisi. Tak lain lirik lagu berjudul syahdu karya Bang Haji Rhoma Irama tertulis "Bila kamu di sisiku hati terasa syahdu". Saya lebih percaya bahwa syahdu yang sering diucapkan oleh masyarakat erat kaitannya memaknai lagu yang dinyanyikan oleh Bang Haji Rhoma Irama. 

Bang haji memang pantas dijuluki "The King of Dhangdut", betapa lagu yang dibawanya merupakan karyanya sendiri. Kata syahdu pada lirik tersebut bisa ditafsirkan dengan suatu keadaan ternyaman yang tiada tara dan tidak ingin beranjak dari situasi tersebut. Seperti nyamannya cuaca mendung saat sekarang. Juga bisa berpotensi stagnan tidak beranjak dari hal yang membuatnya nyaman. Kalau nyaman di tempat tidur susah beranjak. Jika sudah di rumah enggan pergi keluar dan berbagai fragmen lain yang dialami masing-masing orang. Kemungkinan kebiasaan ini akan berlanjut ketika dimusim panas. Bisa jadi nanti ketika matahari bagaikan di atas kepala ada yang mengatakan, "Panasnya terlalu....", dengan nada khasnya Bang Haji Rhoma Irama.

No comments:

Post a Comment