Friday 30 December 2016

Selasa Pagi

Pagi yang cerah membuat semangat Idha masih menunggu Hilmi, diteras rumah sembari memegang handphone lalu dipilihnya untuk duduk diatas kursi panjang. Hari ini Idha akan berangkat kerja, rencananya Hilmi akan mengantarkan sampai tempat kerja. Hilmi adalah anak dari bulek Idha  yang kebetulan jarak rumahnya tidak begitu jauh dengannya. Waktu luang Hilmi yang baru lulus SMA memungkinkan sekedar membantu Idha.
Selang beberapa menit Hilmi datang menggunakan motor matik putih, kemudian menghampiri Idha.
“Ayo Mbak, berangkat”,                                
“Iya udah Aku tunggu dari tadi”.
“Maaf Mbak tadi udah bangun pagi, tapi tidur lagi, kesiangan deh”,
“Ya udah nggak apa-apa”.
“Ini Aku Nganter sampai kantor kan?”
“Iyah Hilmi, anter Mbak sampai depan kantor nanti bisa langsung pulang”.
“Oh...Iya mbak”.
Perjalanan dari rumah Idha menuju ke kantornya kurang lebih 15 menit melewati jalur pantura dengan segala kesumpekan suasana kendaraan besar saling berseliweran. Hilmi sudah sampai di depan kantor Idha, saat itu pula Hilmi berpamitan dengan Idha.
“Mbak Idha, udah yah... “,
“Iya Hilmi, hati-hati di jalan ya”.
Waktu mendekati pukul 07.15 pertanda bahwa Idha sudah memasuki jam kerjanya sebagai staf administrasi kantor.

***
Posisi karier Idha di kantor sebagai staf administrasi, namun sementara waktu Idha ditempatkan pada bagian hubungan masyarakat sembari menunggu kesesuaian tugasnya didalam staf administrasi. Dalam kesehariannya melayani masyarakat Idha ditemani oleh rekannya bernama Dewi yang usianya empat tahun lebih muda darinya.
“Pagi Jeng...”, sapa Dewi kepada Idha.
“Berangkat bareng siapa?”
“Bareng Hilmi tadi dianter naik motor”
“Ohh...iya Jeng...”
“Berarti nanti pulangnya dijemput Hilmi juga Jeng?”
“Iya Jeng...lha gimana Jeng ada apa?”
“Gak apa-apa sih...Repot juga ya Jeng kamu gak bisa naik motor”
“Sebenarnya Hilmi itu nanti ada acara juga jadi sekalian jemput aku Jeng”
“Oh begitu...aku kira dia sengaja ke kantor jemput km”
“Ndak juga dia itu sepupu tapi sudah aku anggap adikku sendiri, lagian dia masih nunggu mau masuk kuliah jadi masih banyak waktu luang di rumah”.
“Wah enak ya Jeng...pulangnya ada yang jemput”
“Ya ini sementara saja dijemput kalau Hilmi sudah mulai masuk kuliah aku tetap pulang sendiri”.
“Eh Jeng katanya ada temen satu kantor lho yang satu kampung dengan kamu”
“Masa iya kah? Tau dari mana?”
“Kemarin sih...aku maen-maen ke bagian lain  katanya alamatnya satu kampung sama kamu”
“Terus kalau begitu kenapa emangnya Jeng?”
“Yah kali aja kalau memang pulangnya bisa bareng biar kamu nanti bonceng kan bisa”
“Ah kamu tuh ngaco aja, kenal aja nggak kok”,
“Lha makanya tenang nanti aku kenalin ke kamu”.
“Ndak usah ah...Biarin nanti pulang naik angkot kan di depan juga banyak”
“Bener...niih..kamu gak nyesel?“Tapi nanti coba tak bilangin lah entah kapannya ya”
 Keceriaan Dewi sangat memberikan kenyamanan yang mendasar oleh Idha. Keberadaan Idha yang sangat membutuhkan teman akrab serasa sudah terjawab atas keakraban diruang kerja yang mereka rasakan bersama.
***

No comments:

Post a Comment