Selain
nasi megono, ternyata nasi goreng sering diburu orang di malam hari. Tidak di
sana sini, kegemaran menu yang sudah menjadi kebiasaan. Di Wiradesa sendiri
pemandangan pedagang nasi goreng menjamur di tiap 1 kilometer ruas jalan hampir
ada pedagang yang mangkal di emperan toko atau menyewa halaman rumah untuk
dijadikan tenda bongkar pasang sebagai tempat berdagangnya.
Sebenarnya
ada benda khas yang terdapat di pedagang nasi goreng. Benda ini menurut saya
hal esensi, dimana tidak dijumpai oleh pedagang lainnya. Bisa dibilang sudah
ciri khasnya (trade mark). Yaitu lampu petromak yang dinyalakan berdekatan
dengan tempat penggorengan beserta alat bunyi wajan yang diketuk berkali-kali.
Lampu
petromak ini berwarna kuning terang. Sebagai bahan bakarnya berupa minyak
tanah. Kemudian sebagai pengetahuan bahwa ternyata ada teknik khusus untuk
menyalakannya. Yaitu dengan menggunakan cairan spiritus sebagai pemantik api
pada lampu pijarnya. Agar nyalanya lebih terang dibantu dengan gas yang dipompa
bersama bahan bakarnya. Menurut saya teknik ini perlu waktu mempelajari dan
tidak semua orang bisa menyalakannya.
Penggunaan
lampu petromak bagi pedagang nasi goreng keliling masih digunakan. Namun,
keadaan ini tidak berlaku bagi pedagang yang mangkal. Mereka lebih praktis
menggunakan lampu listrik yang disalurkan melalui tuan pemilik kiosnya.
Bagi saya
ada keasyikan tersendiri menikmati nasi goreng keliling yang masih menggunakan
lampu petromak. Sedikitnya ada nuansa jadul bahwa dahulu sebelum listrik
menjangkau ke daerah, lampu petromak ini menjadi penerang nomor 1. Memang bagi
para pedagang nasi goreng selain mempunyai kemampuan memasak yang diacungi
jempol. Juga mereka dituntut harus mampu memecahkan masalah kecil, diantaranya
apabila kain kasa lampu petromak tiba-tiba terbakar. Mereka harus lebih tanggap
memperbaikinya. Tapi setahu saya hal demikian jarang terjadi. Saya percaya
mereka lebih mahir dalam hal penerangan khususnya di lampu petromak. Tentunya
masih menjaga ciri khasnya meski lampu LED kian merajalela.
No comments:
Post a Comment