Saturday, 21 September 2019

Batas


Palang rel menjadi batas antara pengendara dengan jangkauan laju jalan kereta. Teras rumah menjadi batas antara ruang tamu dengan halaman. Senja menjadi batas antara siang dan malam. Rendah hati menjadi batas antara kurang dan paling berlebih. Semua serba memerlukan batasan.

Hidup dan kehidupan terus berjalan. Sedang hidupnya manusia adalah deretan waktu bertambahnya jarum jam yang berputar. Berputarnya jarum menit dan jam hingga bergantinya tanggal demi tanggal. Semua adalah kumpulan kesempatan yang dimiliki manusia.

Ada saat dimensi itu tiba-tiba saja berhenti dimana hidupnya seseorang berganti dikehidupan lain sebagaimana menjalani proses kehidupan selanjutnya. Hidup manusia pun ada batasannya.

Kehidupan bersama semesta dan seisinya pun demikian berjalan berekosistem, berinteraksi, berkorelasi dan berkesinambungan menemani proses yang tumbuh. Proses dimana segalanya luluh lantak digantikan dengan kehidupan baru sesuai dengan takdir dan rencana-Nya. Ternyata dalam kehidupan itu sendiri mempunyai batasannya.

Sesuatu yang tampak namun tidak berarti nyata adalah hal yang bersifat maya. Segala sesuatunya dalam ukuran pajang dan lebar. Dunia maya bisa menjadi tanpa batasan jika sesuatunya sengaja tidak dibatasi. Sekalipun itu juga ada batasannya ternyata dimensi tersebut tidak patut bisa menjadi ukuran yang presisi. 

Sedangkan hal yang nyata adalah sesuatu yang tampak dalam ukuran dimensi yang sebenarnya. Dapat diukur melalui indera. Sebagaimana pilihan hidupnya seseorang dengan membatasi dan menghargai waktu dunia nyatanya ketimbang waktu di dunia mayanya.

No comments:

Post a Comment