Palang rel
menjadi batas antara pengendara dengan jangkauan laju jalan kereta. Teras rumah
menjadi batas antara ruang tamu dengan halaman. Senja menjadi batas antara
siang dan malam. Rendah hati menjadi batas antara kurang dan paling berlebih.
Semua serba memerlukan batasan.
Hidup dan
kehidupan terus berjalan. Sedang hidupnya manusia adalah deretan waktu
bertambahnya jarum jam yang berputar. Berputarnya jarum menit dan jam hingga
bergantinya tanggal demi tanggal. Semua adalah kumpulan kesempatan yang dimiliki
manusia.
Ada saat
dimensi itu tiba-tiba saja berhenti dimana hidupnya seseorang berganti
dikehidupan lain sebagaimana menjalani proses kehidupan selanjutnya. Hidup
manusia pun ada batasannya.
Kehidupan
bersama semesta dan seisinya pun demikian berjalan berekosistem, berinteraksi,
berkorelasi dan berkesinambungan menemani proses yang tumbuh. Proses dimana
segalanya luluh lantak digantikan dengan kehidupan baru sesuai dengan takdir
dan rencana-Nya. Ternyata dalam kehidupan itu sendiri mempunyai batasannya.
Sesuatu
yang tampak namun tidak berarti nyata adalah hal yang bersifat maya. Segala
sesuatunya dalam ukuran pajang dan lebar. Dunia maya bisa menjadi tanpa batasan
jika sesuatunya sengaja tidak dibatasi. Sekalipun itu juga ada batasannya
ternyata dimensi tersebut tidak patut bisa menjadi ukuran yang presisi.
Sedangkan
hal yang nyata adalah sesuatu yang tampak dalam ukuran dimensi yang sebenarnya.
Dapat diukur melalui indera. Sebagaimana pilihan hidupnya seseorang dengan
membatasi dan menghargai waktu dunia nyatanya ketimbang waktu di dunia mayanya.
No comments:
Post a Comment