Perokok
itu lebih luwes dalam pergaulan. Hal yang lumrah untuk membuka obrolan bagi
yang baru pertama kali kenal yang ditawarkan bukan profilnya kepribadian.
Melainkan sebungkus rokok yang barusan dibuka kemudian ditaruh di atas meja.
Itu sudah bisa sebagai tolok figur karakteristik seseorang. Ini pembuktian
bahwa kualitas laki-laki atas sisi keterbukaannya.
Sedang
mereka yang tidak merokok terkesan kaku. Canggung mau bawa camilan kok terkesan
kemaruk. Mau membawa permen seringnya kelupaan.
Ini
tentang hal lain perokok dipandang dari kebiasaan etika bersosial kaum
laki-laki. Beda lagi jika dipandang tentang efeknya. Saya kira bagi anti rokok
tulen, tidak akan membuka ruang berpikir jika memang belenggu keluasan itu
memang sedari sudah dibatasi.
Terakhir,
ada yang anti rokok tapi tidak serta membenci perokok karena mereka mau belajar
bahwa rokok bukan hanya asap, melainkan sederet kebijakan, otoritas, perizinan,
peraturan, sponsor, komoditas, tenaga kerja, ciri khas dan kedaulatan
seseorang. Kecendrungan model anti rokok ini, lebih bisa menempatkan diri bukan
menuntut orang lain secara masif.
No comments:
Post a Comment