Dunia nyata dan dunia maya erat kaitannya
seperti permukaan sendok yang berada di atas dan di bawah. Lebih kongkritnya
ruang di dunia maya berada di permukaan bawah sendok. Seseorang bisa berbicara
tanpa raut muka, intonasi serta gestur yang dapat diketahui oleh lawan bicara.
Sedang ketika seseorang berinteraksi langsung menggambarkan pertemuan realnya
manusia saling bertatap, serta mengerti kapasitasnya.
Ada salah satu penggunaan aplikasi interaksi
media sosial percakapan. Setelah penggunaan BlackBerry Massanger (BBM) surut,
aplikasi tersebut telah digantikan dengan aplikasi WhatsApp Massanger (Pesan
WA). Meski hal tersebut terdapat kekurangan yaitu tidak tersedianya notifikasi
persetujuan dari pengguna untuk masuk ke dalam ruang grup diskusi. Jadi ketika
ada orang lain mengundang nomor kita, bisa secara langsung masuk ke dalam grup
tanpa adanya persetujuan diterima,dibiarkan atau ditolak.
Sepertinya hal tersebut sedikit menjadi
penyebab "ewuh pakewuh" untuk tetap berada ataupun harus melipir
keluar ketika nomor kita sudah masuk dalam arena diskusi. Ada yang memang
mempunyai rasa antusias terhadap dibentuknya grup tersebut. Juga sebenarnya ada
yang merasa keberatan dengan alasan berbagai hal. Dari mulai hape sudah terlalu
sering menahan "nge-hang" karena kapasitas memori rendah sampai
ketakutan sering salah kirim gambar berbau pornografi.
Semuanya ada pilihannya, tergantung dari
pihak penggunanya. Ada yang lebih tegas ketika sudah dimasukan dalam grup
langsung keluar tanpa ada pemberitahuan alasan sebelumnya. Tipikal seseorang
yang selektif seringnya memilah. Keadaan ini lebih cenderung menyikapinya
dengan melihat aktivitas grup dengan pertimbangan faedah ataupun un faedah dan
sebagainya. Namun, yang lebih ditekankan adalah tetap berkomunikasi dengan
alasan keluar dari grup dengan cara yang santun dalam beretika media sosial.
Saya memilih lebih sering menjaga perasaan
seseorang. Patutnya kita lebih bersyukur. Karena ketika kita diundang ke dalam
grup berarti kita sebagai tamu agar diajak berkomunikasi dan berdiskusi
bersama. Sedang arahnya menyangkut berbagai hal diantaranya keluarga,
pekerjaan, hobi, komunitas, alumni teman sekolah (bukan alumni 212 ya...hihihi)
ataupun kepentingan lainnya. Meski gambaran ini menyebabkan jumlah grup dalam
WA semakin menjamur dan dibiarkan beberapa suwung tanpa adanya aktivitas
apapun.
Mengenai keaktifan dalam grup saya lebih
memilih hubungan jarak. Semakin saya lebih sering berinteraksi dalam kehidupan
nyata maka akan lebih sering mengikuti perkembangannya. Jarak tersebut dapat
diartikan dengan kedekatan emosional mengenai karakter yang sudah tahu sama
tahu. Mengerti bahwa ada beberapa situasi dimana percakapan yang kita maksud
hanyalah sebagai guyonan dan tidak dianggap serius. Kalaupun ada sedikit
terjadi kesalahpahaman percakapan dalam grup maka akan lebih terurai dalam
kondisi nyata.
Komitmen grup adalah ruang gerak
berinteraksi dan berkomunikasi. Ada sastrawan yang berprinsip bahwa manusia
hidup ketika tangannya bergerak menulis. Bagi saya, mengaktifkan kembali
jalinan komunikasi grup WA adalah pertanda bahwa diri kita masih bisa membuka
hape minimal orang lain mengetahui bahwa nomor WA kita masih aktif. Seperti
grup WA komunitas gowes saya misalnya, ketika tidak ada aktifitas pergowesan
sebisa mungkin saya harus memulainya. Memulainya dengan nge-vlog ala kadarnya
agar mereka juga bisa melihat ekspresi muka saya yang mlotrok
keringetan....haha....hihi....
No comments:
Post a Comment