Gowes itu olah raga cenderung
lebih asyik. Bagi mereka yang belum merasakannya akan bertanya-tanya.
Kalau pas ketemu yang orang
belum dikenal di jalan seringnya bertanya,
"Apa engga capek ngontel terus mas?"
"Apa engga capek ngontel terus mas?"
Saya hanya bisa senyum
"nyengir", kemudian ambil botol air mineral lalu saya minum,
glek..glek..glek.
Paling jawaban saya atas
pertanyaan itu bisa membuat si penanya itu terenyuh banter-banternya lalu
berkata, "Oh...ya sudah mas nanti masnya hati-hati ya di jalan."
Batinku itu kok pertanyaanya
tidak menghunus tajam seperti pertanyaan yang dilontarkan oleh Mbak Najwa
Shihab. Sekali lagi bikin ngocok perut kemekelen pengen ketawa sendiri.
"Lha wong, sama-sama
sedang istirahat kok ditanya capek apa engga?",
Ada hal lagi pertanyaan
basa-basi kontemporer,
"Gowesmu paling jauh itu sampai mana mas?"
"Gowesmu paling jauh itu sampai mana mas?"
Pertanyaan yang seakan mengukur
jauh tentang pengalaman atau jarak terbang seorang pesepeda. Seharusnya ini
tidak penting, karena motivasi bertanya itu bisa membuat ketakjuban yang orang
awam lebih melongo lagi, kalau dijawab dengan jujur. Padahal, dari gestur
tubuhnya bobot pertanyaan itu sekedar "speak-speak zero" mencairkan
suasana.
Dari beberapa keadaan itu, saya
kembali ingat atas perkataan dari Guru Bahasa Indonesia, "Untuk sekedar
bertanya ternyata lebih sulit dari menjawabnya".
No comments:
Post a Comment