Wednesday, 31 January 2018

Cantelan

Orang di kampung saya sering menyebutnya cantelan. Kalau orang yang sudah pernah merasakan keju ayam berbalut saus tomat, "rada ingah-ingih", menyebut cantelan. Lebih nyaman menyebut kapstok, karena istilah dari bahasa Belanda ini sudah menyatu dalam bahasa nasional kita, kata serapan.

Seringnya cantelan ini berfungsi sebagai tempat menggantungkan pakaian di dinding. Meskipun sudah sesuai fungsinya pada kalangan tertentu meyakini, justru dengan adanya cantelan ruangan jadi semakin banyak nyamuknya. "Lho, kok bisa?"

Setelah beraktifitas, keringat yang berasal pori-pori kulit bisa meresap melalui pakaian. Singkat cerita beberapa pakaian yang berada di cantelan sudah tidak kering lagi. Artinya pakaian yang menggantung di dinding berpotensi meningkatkan kelembapan yang bagi nyamuk, ini sangat disukai. Di sela-sela pakaian nyamuk seringnya kongkow bareng serta melakukan hal-hal yang diinginkan. Apalagi pakaian yang berwarna gelap, mereka tidak kentara. Nyawa nyamuk bisa lepas ancaman dari manusia.

Berbeda dengan keadaan lain, menurut saya, fungsi cantelan dapat berfungsi dengan baik. Salah satunya di kamar mandi. Tentunya sangat melelahkan apabila fasilitas kamar mandi atau toilet tidak dilengkapi dengan cantelan. Mau menaruh pakaian harus mikir lagi. Mau di pegang susah, mau ditaruh tempat lain pun tidak ada. Sedang pada momen tertentu ada yang lebih darurat, perut mulas tanda-tanda hajat untuk segera ditunaikan, panik tidak keruan.

Cantelan juga selalu menitipkan pesan moral bagi manusia. Salah satunya agar mereka tetap "eling lan waspodo" bagi pemilik pakaian. Seluruh jenis pakaian dari sisi harga berpapun atau berhubungan dengan sebuah profesi tidak ubahnya akan dipakai selamanya. Jika telah sampai waktunya akan digantung tidak mempunyai digdaya apapun sedang pemiliknya sudah dipanggil oleh Kuasa-Nya. Cantelanpun tengah mengajak berdiskusi dengan manusia.



No comments:

Post a Comment