Orang di kampung saya sering
menyebutnya cantelan. Kalau orang yang sudah pernah merasakan keju ayam
berbalut saus tomat, "rada ingah-ingih", menyebut cantelan. Lebih
nyaman menyebut kapstok, karena istilah dari bahasa Belanda ini sudah menyatu
dalam bahasa nasional kita, kata serapan.
Seringnya cantelan ini
berfungsi sebagai tempat menggantungkan pakaian di dinding. Meskipun sudah
sesuai fungsinya pada kalangan tertentu meyakini, justru dengan adanya cantelan
ruangan jadi semakin banyak nyamuknya. "Lho, kok bisa?"
Setelah beraktifitas, keringat
yang berasal pori-pori kulit bisa meresap melalui pakaian. Singkat cerita
beberapa pakaian yang berada di cantelan sudah tidak kering lagi. Artinya
pakaian yang menggantung di dinding berpotensi meningkatkan kelembapan yang
bagi nyamuk, ini sangat disukai. Di sela-sela pakaian nyamuk seringnya kongkow
bareng serta melakukan hal-hal yang diinginkan. Apalagi pakaian yang berwarna
gelap, mereka tidak kentara. Nyawa nyamuk bisa lepas ancaman dari manusia.
Berbeda dengan keadaan lain,
menurut saya, fungsi cantelan dapat berfungsi dengan baik. Salah satunya di
kamar mandi. Tentunya sangat melelahkan apabila fasilitas kamar mandi atau
toilet tidak dilengkapi dengan cantelan. Mau menaruh pakaian harus mikir lagi.
Mau di pegang susah, mau ditaruh tempat lain pun tidak ada. Sedang pada momen
tertentu ada yang lebih darurat, perut mulas tanda-tanda hajat untuk segera
ditunaikan, panik tidak keruan.
Cantelan juga selalu menitipkan
pesan moral bagi manusia. Salah satunya agar mereka tetap "eling lan
waspodo" bagi pemilik pakaian. Seluruh jenis pakaian dari sisi harga
berpapun atau berhubungan dengan sebuah profesi tidak ubahnya akan dipakai
selamanya. Jika telah sampai waktunya akan digantung tidak mempunyai digdaya
apapun sedang pemiliknya sudah dipanggil oleh Kuasa-Nya. Cantelanpun tengah
mengajak berdiskusi dengan manusia.
No comments:
Post a Comment