Tahun
baru seperti tahun seblumnya hanya berdiam diri diratapi tembok yang selalu
diajak berdiskusi. Tentang rasa dan perasaan, dingin atau kedinginan hal biasa
seperti hal itu layaknya lingsirnya mentari diatas perbatasan jarak samudera
dan langit, semakin mesra kesenderian.
Lain
pula mantan-mantan tahun baru sekitar 12 tahun yang lalu, ramai dan diramaikan.
Tak sendiri ada segerombolan punolawan, pandawa lima serta gatot kaca datang mengajaknya pergi ke
ujung gunung ke arah selatan atau di alun-alun pendopo, terasa meriah.
Tatapan
kosong itu merajuk ke dalam sanubari lalu air mata ini tak hanya keluar melalui
kedalaman hati dibiarkan lalu tetap, disini. Usus dalam perut kembali keluar
lalu diperpanjang sampai ribuan meter, terbuka meskipun saat itu telinga penuh
gunjingan atau pertanyaan klasik yang memburu menusuk dari belakang sampai ke
depan.
Biarkan
Gusti memberikan arah separuh hidup ini akan tampak di tahun 2018, saya
mengamini dan itu semoga.
No comments:
Post a Comment