Wednesday, 31 January 2018

Plat Nomor

Sewaktu saya duduk di kelas 4 MI sebelum pulang sekolah pak guru sering mengadakan tebak-tebakan kode huruf plat nomor kendaraan.

Setelah memastikan semua buku telah dimasukkan ke dalam tas, beliau mengutarakan pertanyaan.
"Kode plat nomor K berasal dari karesidenan mana?", ungkap pak guru yang berdiri di depan pintu kelas.
Seketika itu teman saya menjawab, "Karisedenan Pati, Pak Guru." 

"Jawabannya betul sekali, silakan bisa pulang dahulu." Teman saya bergegas lari membawa tasnya penuh kebahagiaan bisa menjawab pertanyaan dari pak guru.

Aktifitas tersebut berulang. Hingga keadaan ini membuat para murid harus menghafal khususnya kode huruf plat nomor yang berada di Pulau Jawa.

Letak sekolah yang berada di jalur pantura, membuat siswa bisa melihat langsung kode huruf plat nomor kendaraan yang berlalu-lalang di jalur tersebut. Kelebihan itu acap kali saya dan teman-teman juga suka main tebak-tebakan sepulang sekolah. Seakan teori yang terdapat buku cetak kala itu bisa diaplikasikan langsung di lapangan.

Di antara deretan kode huruf plat nomor tersebut, ada 1 kode yang beda karena tidak ada keterangan nama asal daerah plat nomor tersebut dikeluarkan. Sontak teman saya ada yang bertanya mengenai hal tersebut, "Pak guru, kode CC kui asale seko daerah ngendi, Pak? kok ning buku tulisane Corps Consul?"
Kemudian pak guru menjawab, "Pak guru kok belum tahu jawabannya Le, dilewati saja enggak akan jadi pertanyaan kok".

Dengan raut muka belum puas, teman saya hanya bisa memaklumi atas keterbatasan pak guru memberikan jawabannya. 

Mencari pengetahuan kala itu harus banyak membaca beberapa literatur buku cetak yang harus membeli di toko buku. Buku yang di pasok negara tidaklah cukup lengkap memberikan informasi pengetahuan. Tidak seperti sekarang, kode huruf plat nomor kendaraan bisa diakses dalam hitungan detik melalui mesin pencarian google.

Namun, apakah kemudahan fasilitas itu bisa berbanding lurus dengan kualitas pengetahuan pendidikan anak jaman sekarang? Sepertinya perlu dilakukan riset kecil-kecilan dalam bentuk pertanyaan yang sederhana misalnya. 

Saya berharap, mereka seharusnya lebih berpengetahuan tidak sekedar membeo bahkan mengekor dari tontonan yang menjadi tuntunan yang marak terdapat di media sosial bahkan di dunia pertelevisian negara kita, semoga.

No comments:

Post a Comment