Energi
terberat manusia itu bisa terjadi ketika harus merasakan kebahagiaan, atas
keberhasilan orang lain. Tentang harta, rumah, kendaraan, perkebunan, istri
cantik serta anak-anak yang telah berhasil dalam keluarganya. Energi itu
terlalu banyak terbuang memikirkan bagaimana harus bisa meniru atas
keberhasilan itu, lalu memperjuangkan.
Dunia
ini terus membuat manusia berjalan linear atas segala macam usaha. Tenaga,
pikiran, tangan serta kaki terus diperdayakan. Perputaran waktu itu
menghasilkan. Jika usaha itu dirasa masih kurang. Lalu diusahakannya kembali
agar semakin bertambah.
Kemudian
manusia itu terlanjur tenggelam dan pada akhirnya lupa. Ternyata masih ada
sebuah tempat yang dahulu bersih tertata rapi oleh Tuhan, kini telah berubah.
Atas usahanya itu kini terasa semakin kotor. Tidak pernah terurus kembali.
Tempat
itu bernama hati.
Hati
yang semakin keras untuk berbahagia. Hati itu masih miskin dan enggan untuk
bisa tersenyum lalu berkata, "Aku bersyukur telah diizinkan Tuhan. Melihat
kebahagiaan hartamu hari ini, aku sungguh sudah bahagia".
No comments:
Post a Comment