Saturday 19 October 2019

Makna Cendol Dawet


Lek Karyo masih saja ngetuprus sendiri, sambil membolak-balikan uang koin 500-an.
"Lha iyaa....iyaa...uang segini kok masih bisa beli cendol dawet. Alangkah bahagianya pembeli itu. Di saat uang lima ratusan sebagai uang kembalian. Ini bisa untuk beli cendol dawet",
"Heeey....itu hanya di lagu Lek!", jawab Kang Drakim.
"Nah...kalau saya ini malah menjadi doa Kang!", sergah Lek Karyo.
"Kamu itu aneh-aneh saja Lek Karyo...wong itu lagu malah ini dikatakan doa? samepyan itu mbok yang realistis mikirnya!"
"Oh....itu kan hanya pendapatmu yang belum tahu?"
"Weee...eee...Lha terus bagaimana menurutmu Lek?"
"Nah...penyanyi ini sebenarnya berpesan, bahwa hidup itu tidak serta merta dihargai dengan uang receh 500 an. Mereka masih berharap ada orang baik yang secara cuma-cuma memberi kebaikan tanpa membuat perhitungan laba"
"Ohhh...kok ada benarnya juga Lek?"
"Makanya, hidup itu tidak sebegitu amat dimaknai dari realita Kang. Bisa juga lirik itu adalah nasehat harapan".
"Waaah...wah... berarti saya ini terlalu cepat menyalahkan situasi ya Lek?"
"Sampeyan ngerti sendiri tho, salah satu bentuk esensi doa itu pengharapan bagi kita semua agar bisa lebih baik?"
"Iya bener Lek, uang 500 rupiah membuat saya sadar bahwa hidup tidak selamanya dibatasi oleh angka realistis ada kekuatan maha pembalas di dunia ini ya Lek Karyo?"
"Nah...itu maksudnya Kang Drakim!", jawab Lek Karyo.

No comments:

Post a Comment