Monday, 31 December 2018

Banjir

Tamu agung yang sudah mulai bergerak pelan bersama derasnya hujan terus memasuki daerah pesisiran Pekalongan, dari sore kemarin. Hujan tersebut reda timbul yang dipuncaki petir pada dini hari pukul 01.30 WIB hingga pukul 02.55 WIB cukup membuat saya terjaga. 

Hujan tersebut menambah kesyahduan bersama tetesan air hujan tepat jatuh di samping tempat tidur. Begitu mesranya Tuhan menyampaikan rahmat hingga diantarkan langsung melalui percikan air bocor melalui eternit kamar. Tetesan air hujan semakin cepat mengisi ember hitam hingga separuhnya. Saya terbangun diantara rasa kantuk yang harus dilawan.
Jalan depan gubuk saya sudah tak berbentuk aspal, genangan air sudah mulai meringsek naik diantara remang-remang jarak pandang derasnya air hujan. Rasa was-was pun mulai berdatangan manakala bunyi hujan semakin kencang. Sesekali saya membuka kelambu melihat debit air melebihi lantai depan gubuk atau tidak. Alhamdulillah nya batas tersebut kurang lebih 5 cm artinya jika melebihi itu air bisa mampir ke gubuk saya.

Kabar terus berdatangan melalui media sosial yang pada jam puncak seseorang tertidur lelap. Namun saya percaya banyak juga diantaranya saudara kita yang masih terjaga. Pelayanan umum 24 jam serta berbagai profesi tanggap darurat berikut pewarta turut mereportasekan informasinya melalui akun Facebook setiap jeda menit bergantian. Jalanan pesisir Pekalongan bisa dibilang hampir dipenuhi banjir melanda.

Melihat keadaannya keadaan intensitas hujan bersama banjir yang ditimbulkannya mirip halnyaa yang terjadi pada tahun 2014 silam. Curah hujan tinggi secara terus menerus hampir merata dari Kabupaten Batang, Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang dan Tegal sekitarnya. Sekiranya agenda 5 tahunan tersebut menjadi tanda-tanda alam ada kejadian musim hujan yang luar biasa.

Hujan menyampaikan pesan bahwasanya sifat air tak pernah berubah yaitu mengalir ke tempat yang rendah. Adanya genangan berarti adanya aliran yang tak lancar. Bisa juga semuanya dari ulah saya yang kurang peduli terhadap alam, ya sudah sepatutnya memang, saya harus banyak beristighfar.

No comments:

Post a Comment