Anak gembala dari sisi konsep kultural Jawa
yang disebut cah angon, menurut Mas Agus Sulistyo “Cah angon
merupakan sebuah konsep kepemimpinan (leadership) kultural Jawa yang unik.
Pernah Anda melihat cah angon kerbau berada di depan?pasti berada di bagian
belakang. Sementara konsep kepemimpinan modern berada di depan”, papar beliau.
Dari sinilah kepemimpinan kultural Jawa lebih ke konsep ngemong atau angon
minimal angon selah yaitu mengerti karakter. Bagi cah angon cara pencapaiannya dengan cara penghayatan yaitu mengenal
karakter hewan yang di angonnya. Artinya memang jiwa kepemimpinan haruslah
mempunyai kelebihan, akan tetapi atas kelebihan tersebut tidak serta merta
menghilangkan eksistensi dari sesuatu yang dipimpinnya. Berbeda dengan konsep
kepemimpinan moderen yang cenderung berada di depan sehingga menjadi pusat
kekuasaan. Hal ini akan muncul dan melahirkan diktator otoratorian perintah
yang mengatas nama kekuasaan.
Harmonisasi cah angon yang lekat dengan alam
mempunyai peran besar terhadap perilaku (attitude) jiwa kepemimpinannya. Maka
cara cah angon dalam menuntun, mengingatkan, memerintah hewan selalu
memperhatikan laras yang berarti berjalan berdasarkan dari keinginannya tanpa
adanya paksaan. Keadaan tersebut menjadikan cah angon menyadarkan hewan agar
mengerti ibrahnya. Dari sini terdapat nilai substansial dari kepemimpinan agar
tidak mengedepankan keinginan diri sendiri tapi dirinya memahami betul yang
dipimpinnya kemudian bisa mengakomodasi dan mengarahkan sesuai dengan fitrahnya
yang kemudian dihormati.
No comments:
Post a Comment