Sebuah jalan penghubung antara
Kelurahan Tembalang dan Banyumanik Semarang Selatan merupakan jalan bersejarah
mengenang asam manis, pahit getir bersama teman seperjuangan. Langkahku dimulai
dari Pekalongan hari Kamis siang menggunakan kereta api menuju Kota Atlas yaitu
Semarang. Alhamdulillah perjalanan begitu singkat yang kemudian sampai Stasiun
Besar Poncol Semarang Romi telah siap menjemput menuju rumahnya.
Bertempat tinggal di perumahan sekitar daerah Meteseh saya pun
beristirahan sejenak, sedangkan Romi memilih langsung mandi agar bisa
mengefisienkan waktu lebih bisa bertemu bareng lebih awal. Rumah baru dengan
desain minimalis memberikan kenyamanan tersendiri meski hanya singgah sebentar
menuju ke Tembalang. Menjelang magrib saya dan Romi langsung menuju ke
Tembalang sedangkan waktu sepertinya memasuki adzan magrib. Masjid Kampus Undip
piihan pertama sebagai tempat menunaikan sholat magrib. Hampir seluruh jamaah
berstatus sebagai mahasiswa, memang disini sebagai pusat pendidikan di
Semarang. Semenjak Undip Peleburan berpindah ke Kampus Undip Tembalang, jumlah
mahasiswa bertambah lebih banyak.
Sholat magrib sudah selesai saya dan
Romi berpindah menuju masjid Kampus Poltekkes yang terletak di Kompleks Kampus
I di Jalan Tirto Agung Pedalangan Banyumanik Semarang. Suasana memasuki kawasan
Tirto Agung ternyata banyak perubahan yang begitu signifikan. Bangunan-bangunan
baru atau masih dalam proses pembuatan, telah bermunculan. Lahan depan rumah di
pinggiran jalan disulap menjadi beberapa pertokoan yang digunakan untuk usaha
baik kuliner, perdagangan ataupun jasa lainnya. Sangat jauh berbeda dengan pemandangan dahulu,
yang bisa melihat secara langsung bentuk rumah disekitar pinggir jalan sekaran
keadaraan rumah berada dibelakang toko atau bahkan digusur keseluruhan.
Kompleks Kampus I Poltekes Semarang
tidak luput dari bangunan-bangunan baru dan lagi pula malam itu masih ada
proses pembangunan. Sebuah sinar lampu proyek menyinari prosesi pengecoran
gedung saat saya sedang duduk di teras Masjid sambil mennggu Zaki dari kegiatan
pelatihan di kampus. Obrolan ringan dengan Romi terus terlontar beberapa topik
mengenai kabar kedaan kehamilan istrinya, tentunya saya sangat bergembira mendengar kabar tersebut.
Yah...sebentar lagi akan dipanggil layaknya om, oleh keponakan baru.
Selang beberapa menit berlalu
bayang-bayang postur tubuh Zaki dari Guest
House Kampus mulai terlihat. Ketika itu memang suasana disekitar masjid
tidak begitu terang adanya, jadi sangat tidak bisa memastikan kebenaran yang
melintas sebelum benar-benar sampai di bawah lampu penerangan. Tidak lama
kemudian Dodok datang menghampiri kita dengan membawa sepeda motornya dari
Magelang.
Kumandang memasuki waktu Isya mulai
terdengar pembicaraan antara saya, Rom, Dodoki dan Zaki ditangguhkan. Setelah usai
sholat berjamaah keakraban pembicaraan dilanjutkan yang ternyata keadaan perut
Dodok sudah menunjukkan rasa laparnya. Keputusan makan malam bersama sangatlah
tepat agar kondisi perut bisa turut mendukung dari sekedar bincang-bincang
bersama.
Warung makan Spesial Sambal Tirto
Agung menjadi tempat nongkrong asyik berkumpul bersama. Ada sedikit kenangan
lama semasa kuliah dulu. Saking terlalu takutnya terhadap harga menu di Warung
SS ini saya sama sekali belum pernah memasukinya bahkan mencicipi aneka
hidangan menu sambal didalamnya. Alhasil baru setelah bekerja saya ketagihan
dengan menunya dan rasa takut berubah menjadi kewajiban, terasa kurang lengkap
jika ke kampus belum mampir kesana.
Hari menjelang larut malam kami
beranjak menuju ke Guest House
bertingkat terletak dihalaman belakang kampus. Semua barang-barang dirapikan di
kamarnya Zaki, waktu itu Romi terlihat sangat ngantuk sekali kemudian sebuah
kasur dipilihnya. Berbeda dengan Zaki masih banyak tugas pelatihan yang belum
diselesaikan atau saya dan Dodok memlih keluar dari Guest House mencari kopi agar mata kuat terjaga.
Sampai pulang di lantai 1 masih
terlihat kesibukan peserta pelatihan ternasuk Zaki yang sedang rajin menulis
semua tugas-tugas dari dosen. Tak henti-hentinya Dodok dengan modal sok kenal
dan sok dekat ngobrol dengan peserta lain yang konon beliau salah satu
radiografer di puskesmas daerah Purwodadi. Sementara Romi ternyata telah bangun
dari tidurnya memilih ngobrol bersama kebersamaan terus silih bersautan cerita
pengalaman tentang pekerjaan masing-masing. Namun waktu jualah yang bisa mengalahkan tepat
pukul 02.30 semuanya beranjak ke kamar beristirahat menyiapkan agenda hari
esok.
Keesokan harinya tepatnya hari Sabtu
tanggal 2 September 2016 pagi hari mentari menampakkan sinarnya. Embun pagi
dari lantai 3 Guest House terlalu
segar dinikmati. Langkah ini seakan ingin napak tilas kebiasaan kuliah pagi
menuju kampus seakan bayangan teman-teman selalu ada mengisi keceriaan.
Ya...kuliah pagi sangat membuat semuanya serba tergesa-gesa. Lalu memori itu
terulang kembali seakan nyata. Meski hanya sederhana seakan masa itu ingin
kembali terulang. Semangat teman angkatanku 22 RR semoga kalian senantiasa
diberi Perlindungan dari Allah SWT dan diberi Keberkahan, Amin.
Aamiin.. semoga kekeluargaan angkatan 22 bisa terus terjaga. Semakin banyak anggota baru, bertambah persaudaraan..
ReplyDeletemakasi dona,,,amin...semoga dona sukses yaaa...makasih sudah mampir di blog saya...hehe
Delete