Kegiatan Majelis
Maiyah Suluk Pesisiran edisi 11 September 2016 bertempat Pendopo Kecamatan
Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Dari sore hari hingga mendekati pukul 20.00
WIB halaman depan pendopo sudah dipenuhi
parkiran kendaraan bermotor baik penggiat maupun jamaah maiyah yang akan
mengikuti jalannya kegiatan rutinan maiyahan.
Peserta juga dihadiri
dari warga masyarakat Pekalongan yang ingin lebih dekat mengenai kegiatan
Maiyah Suluk Pesisiran, pemerhati budaya Jawa dan Arab, wartawan, mahasiswa,
karyawan, musisi tuna netra dan beberapa sedulur maiyah sekitaran pantura dari
Kabupaten Pemalang dan Kabupaten Kendal. Mereka berbaur menyatu dalam nuansa
atmosfer kebersamaan dengan membahas sebuah tema mengenai Sampah Kejayaan yang
memang sengaja diangkat oleh penggiat Maiyah Suluk Pesisiran.
Acara dibuka dengan
memberikan beberapa pertanyaan oleh pembawa acara kepada jamaah maiyahan
mengenai Sampah Kejayaan. Dalam hal ini mereka diberi kesempatan pikiran untuk
sejenak menanggapi tentang tema yang menjadi dasar kegiatan malam tersebut. Serasa
sudah saat nya ruang maiyah menjadi tempat belajar menyampaikan pemikiran.
Paling tidak forum ini melatih kepercayaan diri masyarakat tampil berbicara di
khalayak umum secara bersama-sama.
Diantara pendapat mereka
dari masyarakat mengemukakan bahwa Sampah Kejayaan berasal dari pelaku budaya
bangsa lain sedanngkan budaya sendiri sama sekali tidak begitu dikenalnya. Ada
pula dari kalangan karyawan yang menanggapi Sampah Kejayaan merupakan imbas
dari pengeksploitasian dari Sumber Daya Alam negara kita dari bangsa lain. Lain
halnya seorang mahasiswa yang berpendapat bahwa Sampah Kejayaan merupakan wujud
penyimpangan sifat negatif manusia atas puncak keberhasilan dunia. Dari contoh
pendapat-pendapat yang dikemukakan.
Disela-sela
penyampaian gagasan teman dari jamaah maiyah ada sedikit intermezo hiburan dari
musisi tuna netra yang sudah dari awal acara telah siap menghibur jamaah
maiyah. Lagu pertama sebagai pembuka
yaitu berjudul Keramat yang dipopulerkan oleh H. Rhoma Irama. Sangat enerjik
sekali permainan gitar akustik dari musisi laki-laki berdarah Jawa Pekalongan
ini.
Menginjak sesi ke
nara sumber selanjutnya pendapat Sampah Kejayaan dari kalangan yaitu Gus
Mansyur. Beliau menjelaskan bahwa pada mula awalnya manusia diberikan keutamaan
dari Allah SWT baik berupa kemampuan berakal, berfikir dan bertindak, namun
kesemuanya itu tidak diimbangi atas kesadaran sebagai mahluk yang seharusnya
kembali atas asalnya. Selain itu manusia lebih bertindak merusak atas anugerah
dari Allah SWT dan menyukai cara berfikir praktis dengan melibatkan kerugian
bagi dirinya sendiri, alam maupun orang lain. Dari sinilah Sampah Kejaayaan
lahir bermunculan menguap ke dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut pemerhati
budaya Jawa dan Arab, Gus Eko makna Sampah Kejayaan kaitannya dengan sejarah
manusia itu sendiri yang telah diajak oleh Allah SWT dengan ucapan Khay’ya alal Faa laah tinya yang armari
menuju kemenangan (kejayaan). Kemudian manusia harus mengucapkan Laa Haula Wa La Quwwata Illa billah yang
bermakna sebagai penyadaran diri bahwa manusia sebenarnya mahluk spiritual yang
diberi karoseri wujud sebagai manusia. Dengan kata lain Laa Haula Wa La Quwwata Illa billah jalan kembali manusia kepada
Allah SWT.
Manusia sekarang ini
kurangnya ada penyadaran cinta kepada Allah SWT. Beridahnya mereka cukup sebatas pengguguran
kewajiban bukan atas penyadaran bahwa manusia adalah ciptaan Allah SWT yang
terus terintegrasi setiap detak langkahnya. Sehingga kejayaan manusia
sesungguhnya dalam arti manusia spiritual kian terkikis oleh bayangan semu
pemahaman secara visual bukan batiniah pengakuan sebagai hamba yang terus
mengamba kepada Allah SWT.
Sampah kejayaan lebih
menitikberatkan kepada pelanggaran yang dilakukan oleh manusia sebagai mahluk
spiritual secara samar dia mengaburkan seluruh sejarah awal dari asalnya.
Penyadaran diri atas ketidakmampuan mahluk mengerdilkan segala pencaipaian yang
diperolehnya bukan atas murni kemampuannya melaikan kekuatan yang Maha Besar
yaitu Allah SWT.
No comments:
Post a Comment