Nyeri dada terus menusuk dada
kiri Herman tatkala itu sedang berdagang di pasar. Keluhan tersebut terdengar
oleh Pramono teman disebelah lapaknya. Serasa tidak ingin mengambil resiko
dipapahnya Herman ke parkiran sepeda motor bersama Limin juga rekan pedagang
diantarkan ke rumah sakit terdekat. Pramono langsung menghubungi Miyana melalui
telepon genggam milik Herman, namun hanya nada tunggu yang terus terdengar.
Sesampainya rumah saki Herman
mulai melangkah menuju Instalasi Gawat Darurat. Pengecekan rekam jantung dan
sedikit observasi dokter kepada Herman begitu lugas dan mudah dipahami. Botol
infus telah terpasang diatas meja gledek siap
menuju ruang perawatan ICU. Badan Herman terkapar diatas bed dengan berbagai
alat kesehatan yang dipasan didada maupun selang diantara kedua lubang
hidungnya.
Kembali Pramono menghubungi Miyana
melalui telpon genggamnya. Bunyi dering telpon genggam dibalik dompet panjang Miyana.
Tatkala itu Evan masih perjalanan usai mengaji TPA. Sudah menjadi kebiasaan Miyana
sering lupa membawa dompet panjang meski hanya uang yang bisa sebagai penenang
diperjalanan. Begitu pula sore menjelang magrib panggilan 3 kali tidak
terjawab.
Menjelang magrib Miyana baru
bisa berbenah baju yang akan dijadikan bahan bordir sebagai pekerjaan sampingan
sembari menunggu Herman pulang. Waktu itu Miyana baru menyadari belum membuka
hp dari dompetnya. Namun entah karena memang sudah diatur oleh Kuasa Nya
seperempat jam kemudian dompet panjang itu ia raihnya diatas mesin jahit
bertumpukkan kain bordiran.
Begitu kagetnya disaat melihat
5 panggilan tak terjawab dari Pramono sekitar setengah jam yang lalu. Tanpa
basa-basi Miyana menghubungi balik dengan segala kecemasan yang diduga. Mulut
terasa tidak bergetar disaat kabar Herman masuk ke rumah sakit lantaran nyeri
dada sekitar jam 4 sore tadi. Lalu bergegaslah Miyana berganti baju menuju ke
rumah sakit tanpa menghiruakan apapun yang terjadi. Evan dititipkan ke tetangga
sebelah, sementara itu Miyana dengan langkah tergesa-gesa ingin mencari tahu
keadaan suami tercintanya.
Air mata menetes deras disaat
melihat Herman sedang di atas bed kamar ICU dengan alat bantu selang oksigen.
Kehadiran Miyana langsung memeluk dan mendekap erat tubuh Herman sekan ia tak
kuasa melihat keadaan yang sangat kasihan. Saat setelah Miyana datang Dokter
Spesialis Jantung hadir melihat keadaan terkini jantungnya. Tiada kesan lagi
sepertinya memang keadaan jantung Herman harus dipasangi ring kateter
dipembuluh darahnya. Seakan keharusan tersebut memihaknya melakukan rujuk ke
rumah sakit jantung di daerah Jakarta. Ohh...begitu seriusnya penyakit Herman
saat ini. Miyana hanya memasrahkan diri kepada Allah SWT sembari bersiap-siap
merujuk Herman ke Jakarta.
No comments:
Post a Comment