Monday, 12 September 2016

Sate dan Kolesterol



Sate biasanya terdiri dari potongan daging dan beberapa lemak hewan baik kambing atau lainnya. Potongan tersebut ditusuk dengan bilah bambu kemudian dibakar dengan bara arang kayu. Penyajian sate menurut saya paling cepat diantara makanan olahan daging lainnya. Selain itu baik bumbu dan cara pengolahannya pun tergolong sangat sederhana. Hanya membutuhkan irisan bawang merah, lombok dan tomat sebagai bahan dasar bumbu sambal kecapnya sudah menjadi olahan sate yang memikat lihat.

Lalu daging kambing ataupun lainnya menurut dasarnya merupakan jenis protein hewani sangat dibutuhkan oleh metabolisme tubuh manusia pada kondisi yang dibutuhkannya. Sedangkan dalam sate terdapat lemak yang membuat aroma sate bisa membius menggugah rasa lapar yang begitu hebatnya. Alhasil dalam satu tusuk sate menurut saya mempunyai kandungan protein dan lemak.

Salah satu jenis lemak yaitu kolesterol yang terdiri dari lemak jenuh (Low Density Lipoprotein) dan Lemak tak jenuh (High Density Lipoprotein). SIngkatnya lemak jenuh (LDL) lebih suka menempel pada dinding pembuluh darah. Lain halnya dengan Lemak tak jenuh (HDL) fungsinya bertolak belakang dengan LDL yaitu melarutkan kadar lemak dalam pembuluh darah.

Sate termasuk kaya jenis lemak jenuh (LDL) yang pada tingkat penkonsumsian berlebihan dengan sendirinya akan meningkatkan kadar LDL dalam darah. Lalu takaran apa yang menjadi batasan dalam pengkonsumsian sate?

Menurut saya tidak sama antara masing-masing orang. Khususnya pada kalangan tertentu yang sangat sensitif terhadap kolesterol. Artinya pada orang tertentu apabila sudah mempunyai jumlah LDL dalam kategori sedang meskipun makan sate 5 tusuk bisa menyebabkan kenaikan kategori nilai LDL tinggi. Namun apabila kategori LDL manusia itu rendah, memakan sate 5 tusuk belum ada tanda-tanda mengalamai kenaikan LDL.

Bagaimana cara membatasi makan sate paling mudah dilakukan?
Sebenarnya secara tanda alamiah sudah dapat dirasakan oleh masing-masing orang, apabila efek dari pengkonsumsian sate berlebihan. Diantaranya dengan merasakan peningkatan suhu tubuh dan merasakan  pusing atau dalam bahasa jawa nggliyeng. Keadaan ini menjadi tanda bahwa tubuh sudah menunjukkan reaksi ketidakstabilan metabolism tubuh akibat berlebihan zat yang ada didalamnya. Sebaiknya pengkonsumsian sate dihentikan, jika tanda seperti ini dirasakan.

Apabila lebih spesifik ingin mengetahui jumlah atau kadar baik LDL dan HDL dalam bentuk nominal harus dilakukan pengecekan darah di laboratorium pelayanan kesehatan. Nilai tersebut lebih akurat sebagai dasar penanganan setelah diketahui jika memang terjadi kenaikan.

Sate dan Kolesterol merupakan dua sejoli dalam satu paket makanan. Menyebabkan kadar lemak jenuh meningkat apabila terjadi peningkatan oleh asupan makanan berkolesterol seperti sate. Jumlah batas aman mengkonsumsi sate bergantung pada dasar kategori kadar lemak jenuh berbeda tiap orang. Keadaan suhu tubuh bisa menjadi acuan berhenti mengkonsumsi sate apabila terjadi kenaikan. Berhati-hati akan lebih baik dari pada berlebihan dalam mengkonsumsi makanan.

foto: google 


No comments:

Post a Comment