Sate biasanya terdiri dari potongan
daging dan beberapa lemak hewan baik kambing atau lainnya. Potongan tersebut
ditusuk dengan bilah bambu kemudian dibakar dengan bara arang kayu. Penyajian
sate menurut saya paling cepat diantara makanan olahan daging lainnya. Selain
itu baik bumbu dan cara pengolahannya pun tergolong sangat sederhana. Hanya membutuhkan
irisan bawang merah, lombok dan tomat sebagai bahan dasar bumbu sambal kecapnya
sudah menjadi olahan sate yang memikat lihat.
Lalu daging kambing ataupun lainnya
menurut dasarnya merupakan jenis protein hewani sangat dibutuhkan oleh metabolisme
tubuh manusia pada kondisi yang dibutuhkannya. Sedangkan dalam sate terdapat
lemak yang membuat aroma sate bisa membius menggugah rasa lapar yang begitu
hebatnya. Alhasil dalam satu tusuk sate menurut saya mempunyai kandungan
protein dan lemak.
Salah satu jenis lemak yaitu
kolesterol yang terdiri dari lemak jenuh (Low Density Lipoprotein) dan Lemak
tak jenuh (High Density Lipoprotein). SIngkatnya lemak jenuh (LDL) lebih suka
menempel pada dinding pembuluh darah. Lain halnya dengan Lemak tak jenuh (HDL)
fungsinya bertolak belakang dengan LDL yaitu melarutkan kadar lemak dalam pembuluh
darah.
Sate termasuk kaya jenis lemak jenuh
(LDL) yang pada tingkat penkonsumsian berlebihan dengan sendirinya akan
meningkatkan kadar LDL dalam darah. Lalu takaran apa yang menjadi batasan dalam
pengkonsumsian sate?
Menurut saya tidak sama antara
masing-masing orang. Khususnya pada kalangan tertentu yang sangat sensitif terhadap
kolesterol. Artinya pada orang tertentu apabila sudah mempunyai jumlah LDL
dalam kategori sedang meskipun makan sate 5 tusuk bisa menyebabkan kenaikan
kategori nilai LDL tinggi. Namun apabila kategori LDL manusia itu rendah,
memakan sate 5 tusuk belum ada tanda-tanda mengalamai kenaikan LDL.
Bagaimana cara membatasi makan sate paling
mudah dilakukan?
Sebenarnya secara tanda alamiah sudah
dapat dirasakan oleh masing-masing orang, apabila efek dari pengkonsumsian sate
berlebihan. Diantaranya dengan merasakan peningkatan suhu tubuh dan
merasakan pusing atau dalam bahasa jawa nggliyeng. Keadaan ini menjadi tanda
bahwa tubuh sudah menunjukkan reaksi ketidakstabilan metabolism tubuh akibat
berlebihan zat yang ada didalamnya. Sebaiknya pengkonsumsian sate dihentikan,
jika tanda seperti ini dirasakan.
Apabila lebih spesifik ingin
mengetahui jumlah atau kadar baik LDL dan HDL dalam bentuk nominal harus
dilakukan pengecekan darah di laboratorium pelayanan kesehatan. Nilai tersebut
lebih akurat sebagai dasar penanganan setelah diketahui jika memang terjadi
kenaikan.
Sate dan Kolesterol merupakan dua
sejoli dalam satu paket makanan. Menyebabkan kadar lemak jenuh meningkat apabila
terjadi peningkatan oleh asupan makanan berkolesterol seperti sate. Jumlah
batas aman mengkonsumsi sate bergantung pada dasar kategori kadar lemak jenuh
berbeda tiap orang. Keadaan suhu tubuh bisa menjadi acuan berhenti mengkonsumsi
sate apabila terjadi kenaikan. Berhati-hati akan lebih baik dari pada
berlebihan dalam mengkonsumsi makanan.
foto: google
No comments:
Post a Comment