Teringat memilih
salah satu sekar macapat yang kala itu menjadi persyaratan EBTA di Madrasah
Ibtidaiyyah. Bukan berarti bingung memilih karena sudah mengenal namun
kesemuanya sekar belum pernah diajarkan. Sedangkan persyaratan itu harus tetap
dilaksanakan, yah...memang program tetap harus dijalankan.
Orang tua menjadi
tumpuhan dengan berbagai cara. Pocung menjadi saran pertama yang paling mudah
bagi siswa kelas 6, kata orang tua. Kebetulan mempunyai kaset pita yang berisi
kumpulan sekar macapat.
Ternyata benar tidak
ada 30 menit sekar itu bisa "nyanthel" ditelinga. Tahap ujian pun
alhamdulillah dilalui dengan lancar. Meski kala itu hanya sekedar menghafal
laras selendronya.
Meski telah berlalu,
PR itu terasa masih belum juga terselesaikan yaitu mengambil makna dan pesan
dari sekar tersebut. Belum lama ini Mbah Nun dan Bapak Iman Budhi Santosa
menggelar antologi esai beliau-beliau inilah sebagai sumur ilmu bagi kehidupan.
Maka sepatutnya harus "ngangsu kawruh" kehidupan dari beliau.
Salam Takzim.
No comments:
Post a Comment