Bulan April adalah bulan kebaya dari tingkat sekolah dasar
hingga para pegawai kantor turut serta membicarkannya.
Dari macam bahan dan warna kebaya masa kini
disesuaikan dengan keserasian model serta tema
misalkan kebaya klasik hingga kebaya muslimah.
Tergantung dengan kebiasaan yang sering dikenakan oleh pemakainya.
Saya mencoba menelusuri sejarah kebaya dari sebuah ensiklopedi.
Kebaya berasal dari Bahasa Arab, abaya yang berarti pakaian.
Meski masih simpang siur asal kebaya yang saya tahu
kebaya sepertinya hanya ada di daratan melayu khususnya di Indonesia.
Saya pernah membaca mengenai sejarah kerajaan di Nusantara.
Pada zaman kerajaan Hindu Budha budaya berpakaian perempuan
menggunakan kain yang disebut kemben.
Penggunaan pakaian ini, hanya dililitkan dari dada hingga di bawah lutut.
Seiring perkembangannya kemajuan kerajaan yang dipadukan
akulturasi budaya timur tengah, pakaian kemben mulai beralih lebih tertutup
pada bagian dadanya. pada abad ke-18 pakaian kebaya hanya dipakai
oleh keluarga kerajaan. Sangat dinamis perkembangannya
pada abad ke-19 hingga abad ke-20 model kebaya di padukan dengan
variasi busana muslim bagi mereka yang berhijab.
Kebaya dan emansipasi dua hal yang menyatu
dalam sebuah peringatan hari pahlawan.
Emansipasi menurut KBBI berarti pembebasan dari perbudakan
lebih sepesifik proses pelepasan diri para wanita dari kedudukan
sosial ekonomi yang rendah atau dari pengekangan hukum
yang membatasi
kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju.
Kedudukan perempuan dengan laki-laki di Indonesia
telah sejajar dalam apapun. Persamaan hak bidang pendidikan,
kesehatan serta hukum sungguh tidak dibedakan.
Perempuan sangat dilindungi oleh undang-undang keadaan ini
diperoleh dari penghapusan diskriminasi hukum
oleh badan perserikatan dunia.
"Hmmm...mmm hampir tidak ada celah perbedaan diantara keduanya
terlihat berbeda disaat akan masuk ke toilet".
***
Pendidikan perempuan Indonesia semakin tahun semakin maju.
Bertambahnya lembaga pendidikan menyesuaikan
jumlah penduduk Indonesia. Tidak tanggung-tanggung motivasi
kepada para siswa SMA untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi
pun kerap dilakukan demi mengejar masa depan yang menjanjikan.
Alhasil kesempatan sama pun dapat diraih oleh perempuan dan berkompetisi
gender dengan kaum laki-laki.
Kesempatan kerja perempuan dapat di perolehnya disemua lini bidang pekerjaan
menyesuaikan pendidikan yang mereka miliki.
Bidang perbankan hampir semua karyawan didomimasi oleh perempuan.
Frontliner teller dan costumer servis rata-rata diisi oleh kaum perempuan.
Entah karena ketelitian dalam bekerja karena berhubungan dengan kejelian
menghitung nominal uang. Atau karena faktor lain yaitu daya tarik perempuan,
yang dapat memberikan nilai plus sebuah jasa perbankan.
Mungkin jika ditelaah lebih lanjut misalkan ada calon karyawan perbankan
sebagai seorang frontliner laki-laki dan perempuan sama-sama berpenampilan
menarik dan berkemampuan intelegensi sama,
maka yang diajukan sebagai calon pertama adalah seorang perempuan.
Sungguh beruntung perempuan di Indonesia.
Kesetaraan hak dalam pekerjaan membuat perempuan,
menjadikannya kehilangan waktu untuk berbagi bersama keluarga.
Pengaturan waktu untuk bekerja, keluarga dan interaksi sosial
mengharuskan untuk membaginya sebagai prioritas waktu
yang utama. Sudah tidak mengherankan lagi perempuan karier
menjadi cita-cita yang ingin didambakan dimasa duduk di bangku sekolah.
Derajat kemuliaan tertinggi pada perempuan terletak pada
patuhnya ia kepada laki-laki sebagai suaminya.
Sebagaimana seorang laki-laki mengizinkan perempuan untuk bekerja
keluar rumah disana tersimpan tanggung jawab laki-laki
sebagai pemberi izin yang suatu saat nanti
akan dimintakan pertanggung jawabannya.
Meskipun perempuan mempunyai derajat keduniaan yang tinggi
maka ridhonya seorang laki-laki sebagai suaminya
adalah jalan nya untuk meraih Ridho dari Pencipta Nya.
***
Perempuan, kebaya dan emansipasi merupakan kemuliaan
yang dianugerahkan kepada perempuan Indonesia.
Kebaya 21 tonggak awal emansipasi perempuan Indonesia.
Pencapain puncak kesuksesan perempuan Indonesia
tidak terlepas dari pengetahuan tentang hakekat perempuan
ditengah keluarga sebagai istri yang senantiasa patuh terhadap
kebaikan suaminya dan menjadi madrasah bagi anak-anaknya.