Ada sebuah pernyataan dari para
ahli bahwa olah raga itu penting sebagai keseimbangan hidup. Persepsi itu
diambil dari sekian sampel dari kehidupan di kota-kota besar dari sisi
sosiologi mempunyai kompleksitas persoalan termasuk kurangnya penyegaran secara
fisik berupa olah raga secara rutin dan teratur.
Kembali saya masih berusaha
mengkomunikasikan makna rutin dan teratur. Sekilas hampir mirip antara rutin
dan teratur. Menurut KBBI rutin berarti hal yang membiasakan dengan pekerjaan
dan teratur berarti diatur dengan baik. Lebih sederhananya bahwa olah raga itu
lebih baik dilakukan secara terus menerus dan mempunyai aturan yang harus
dipenuhi.
Saya pun manggut-manggut atas
korelasi antara kesibukan dan berolah raga. Bisa mengerti keadaan di kota
besar, hari aktif dari pagi hingga malam bisa jadi benar-benar tidak ada waktu
untuk berkomunkasi antar anggota keluarga. Jadi ingat inspirasi iklan teh yang
berseliweran di televisi,"Lebih berani bicara dengan Sari Wangi".
Seakan memberikan ilustrasi betapa takutnya seorang anak berbicara kepada
ayahnya hanya untuk meminta izin bertatap muka secara langsung.
Lalu apa semua orang harus
berolah raga?
Menurut saya kok tidak semua
orang harus rutin berolah raga. Saya pernah berinteraksi kepada seorang petani
saat sedang beristirahat di pinggir sawah. Setelah berbasa-basi ria lalu
munculah pertanyaan sepele,
"Pak, nek seumpami teh manis njenengan tak gantos toyo petak pripun?"
"Walah mas, biso semaput mangke kulo"
"Lha kok saged pak?",
"Lha, nggeh pripun?"
"Tenogo macul kulo saking teh manis niki, jhe!"
"Nek digantos nggeh kulone lemes tho mas".
"Ohh, ngaten pak?", saya sepakat mengiyakan.
"Pak, nek seumpami teh manis njenengan tak gantos toyo petak pripun?"
"Walah mas, biso semaput mangke kulo"
"Lha kok saged pak?",
"Lha, nggeh pripun?"
"Tenogo macul kulo saking teh manis niki, jhe!"
"Nek digantos nggeh kulone lemes tho mas".
"Ohh, ngaten pak?", saya sepakat mengiyakan.
Sembari memasukan rokok Sukun
ke mulutnya kemudian sesekali beliau mengisapnya, lalu...bull...asap rokok
keluar. Terasa nikmat, pagi itu.
Bagi beliau segala macam teori
kelebihan asupan glukosa dalam tubuh kok saya kira tidak berlaku. Dari semenjak
bangun setelah sholat shubuh beliau sudah bercengkrama dengan alam. Tanpa menggunakan
alas kaki naik sepeda, kemudian langsung turun ke sawah "macul"
beberapa meter persegi. Meskipun belum sarapan tenaganya luar biasa. Maka
keseimbangan hidupnya ada pada segelas teh manis bukan lagi dengan olah raga.
Lantas, olah raga itu diperuntukan
untuk siapa dan bagaimana bentuknya?
Lebih hematnya, olah raga
diperuntukan bagi yang membutuhkan. Kalau hari ini merasa sehat dan tidak
membutuhkan olah raga, tidak apa-apa. Kebutuhan berolah raga timbul dari
kesadaran fisik seseorang jika itu ditinggalkan tubuh akan merasa kurang 100%
menjalankan segala macam aktifitasnya. Artinya letak olah raga bukan lagi
sebagai pelengkap tetapi kebutuhan yang harus dipenuhi sebagai kebugaran tubuh
modal memulai aktifitas lainnya.
Bentuk olah raga sangat bervariasi
dari aktifitas ringan seperti jalan kaki hingga menekuni bidang olah raga
tertentu yang sesuai dengan kegemaran masing-masing. Kecocokan dari berolah
raga akan menimbulkan rasa suka, jika itu terjadi maka untuk memulainya pun
akan terasa ringan.
Pencapaian keseimbangan hidup
dalam berolah raga akan lebih mudah dimengerti dan diterima dengan beberapa
keadaan. Di antaranya adalah ada agen (pengajak), sekaligus motivator yang
senantiasa mengingatkan dalam rutinitas berolah raga. Berikutnya pencetus untuk
segera berolah raga yaitu apabila sedikit demi sedikit nikmat kesehatan mulai
berkurang sehingga tahapan ini biasanya paling akhir menuju hidup sehat.
No comments:
Post a Comment