Menurut
saya, kata ini mulai berkembang di masyarakat seiring dengan penggunaan kata
yang disingkat melalui pesan singkat atau SMS. Kata otw ini merupakan singkatan
dari istilah "on the way" diambil dari bahasa Inggris yang berarti
sedang di jalan.
Apabila
ditulis secara keseluruhan itu membutuhkan 10 tempat karakter sedangkan hasil
singkatan itu membuahkan 3 karakter, lebih irit pastinya. Memang ejaan berita
SMS mengefisiensi jumlah kata dalam dunia pertelekomunikasian, masyarakat telah
terdidik belajar menyingkat kata dengan sendirinya.
Akhir
tahun ini, rating penggunaan kata tersebut mungkin saja mengalami peningkatan
seiring arus perpindahan mengisi liburan. Status otw di media sosial bermunculan
bersamaan dengan foto seseorang dalam perjalanan. Potret ini sebagai gejala
sosial yang sedemikian lumrah di kalangan masyarakat
.
Sore
itu saat sedang naik motor, saat setelah berhenti, kunci kontak saya pindah ke
posisi "off". Saya menghampiri beberapa teman yang sedang berkumpul
di teras depan rumah. Kepulan rokok pun menjadi mini atmosfer, saya berusaha
tetap menikmati.
"Kok
sampeyan ora otewe mas liburan kok ndek omah wae?", tanya teman saya yang
hobinya membaca, statusnya orang.
"Ora otw, halah...nek mung otewe kuwi rumangsamu aku kerjo esuk, awan, bengi kui ora otewe?",
"Ora otw, halah...nek mung otewe kuwi rumangsamu aku kerjo esuk, awan, bengi kui ora otewe?",
"Oya
ya.. ya.. bener kui yo".
"Lha iyo,....!"
"Lha iyo,....!"
"Wong
durung wayahe tiru, ojo selak kepincut, hobimu kuwi kakean nonton medsos,
makane opo bae men podo koyo liyane",
"Ngunu yoan tho?"
"Ngunu yoan tho?"
"Kudu...iyo!",
"Haaa...haa..", mesam-mesem.
"Haaa...haa..", mesam-mesem.
Respon
skakmat, itu mengalir begitu saja dibarengi ekspresi konyol senyam-senyum
melanjutkan obrolan lain bersama.
Di
waktu lain saya kembali mengingat sepenggal pertanyaan itu dari kejujuran
respon teman saya sebagai dampak dari media sosial. Jarak antara layar
berbentuk kotak yang disebut "smart phone" itu tidak jauh dari mata.
Sedangkan mata dan otak sebagai bentuk realisasi sebab akibat dari sesuatu yang
dilihatnya.
Kiprah
media sosial mempunyai kekerabatan sebagai seorang profil seseorang yang maya.
Sisi aktualisasinya bisa diakses selama 24 jam 7 hari dalam 1 bulan. Pengguna
akun bisa mengunggah status, foto, video serta tautan yang sangat mudah
digunakan. Pelengkap fasilitas lain, yaitu dapat mengunggah video siaran
langsung telah dibenamkan dalam aplikasi tersebut.
Kata
otw pun marak digunakan bersamaan tumbuhnya peradaban generasi millenial media
sosial. Kecakapan fasilitas pengunggahan berupa foto maupun video meyakinkan
informasi yang diunggahnya. Biasanya sebelum pergi buru-buru mengupdate status
"otw...." secara berjenjang. Kemudian saat sampai ke tempat tujuan
kembali mengunggah foto beserta "background" yang tampak pose asyik
bergembira. Apalagi dibarengi kalimat "Indonesia itu indah" layaknya
My Trip My Adventure lunas gembira otw berlibur.
Kebiasaan
otw ini semakin menular apabila layar "smart phone" tersebut di
scrooll ke atas kemudian dijumpai status yang sama, khususnya diwaktu liburan.
Sedangkan posisinya hanya bisa stagnan dalam satu tempat dan tidak ada
perpindahan (mobilitas). Nikmat hidupnya sedikit terkena "masuk
angin", karena tidak bisa melakukan hal yang sama seperti lainnya.
Memaksakan keadaan adalah jalur pintas agar keinginan tersebut terbayarkan,
sama melakukan otw meskipun tak jauh dari tempat semula. Tak lama kemudian
muncul status "Ben podo karo kancane".
Kata
otw pun digunakan sebagai jawaban dari pertanyaan, "Posisi di mana?"
,biasanya melalui SMS. Kejadian ini mungkin Anda pernah mengalaminya disaat
janjian bertemu dengan teman.
Momen
menunggu tersebut bak berada di pertandingan tinju. Petinju yang satu telah
siap bertarung kemudian lawannya masih di luar gedung pertandingan. Sungguh
menunggu itu, membuat waktu semakin bebas terbuang.
Kemungkinan
dari jawaban otw ada yang bersifat realita maupun "proses loby"
klasik agar teman atau lawan janjian sedikit agak lega. Padahal kenyataanya,
memakai sepatu saja belum dilakukan atau lebih ekstrim lagi, sedang berpakaian
pun sudah berani membalas pesan singkat tersebut dengan otw.
Jika
ketangkap basah beranalogi seperti paribahasa sepandai tupai melompat, hape
yang dipegangnya meleset akhirnya bisa jatuh juga. Paribahasa tersebut layak
digunakan untuk tupai jaman sekarang. Apabila tupai tersebut terciduk ketahuan,
otw-nya hanya sebatas bualan lalu berkilah, "Lho aku balesi otw maksudku
Oke Enteni Wae!", owalah tupai semprul.
Foto :google
No comments:
Post a Comment