Termasuk cowok yang special edition kalau belum pernah
merasakan hisapan rokok meskipun hanya coba-coba ataupun dipaksa gengsi
menuruti ajakan temen. Ternyata saya bukan bukan salah satu tipe dari cowok
tersebut. Lebih sekedar menuruti rasa gengsi ketika teman telah berani
menunjukan tanda kemachoan dengan menenteng bungkusan rokok filter, apalagi
jenis merek rokok mahal tambahan poin plus konon bila melihatnya.
Tentunya gaya tersebut pada remaja
yang masih belum labil sudah terlalu wah atau menjadi kesuksesan memasuki lingkungan visual bagi kaum menginjak dewasa.
Saya rasakan 2 dari 3 teman saya merasa nyaman sekali dengan mainan barunya waktu
itu. Di bawah pohon rindang sembari duduk ngobrol
ngalor ngidul hisapan rokonya terasa menjiwai puncaknya ketika matanya
sayup seketika itu kepulan asap keluar dari mulutnya, buuull...buull...bull.
Dibalik itu semua ada sedikit
pengorbanan waktu itu teman saya uang sakunya Rp. 800 rupiah harus ia menyisihkan
Rp. 200 rupiah untuk membeli rokok ketengan sebelum sampai ke rumah. Ini
dilakukan agar stabilitas perekonomian pelajar tetap terjaga dan tidak terendus
oleh orang rumah, triknya begitu. Lebih utamanya mengkondisikan agar uang saku
tetap lancar tiap harinya.
Beda dengan saya tentang ajakan baru
tentang merokok, dengan mengambil beberapa uang yang saya sisihkan di balik
kaleng disebelah tumpukan buku. Nominalnya Rp. 100 rupiah biasanya kembalian
dari hasil LKS semacam modul materi dan tugas mata pelajaran atau dari sisa
uang saku yang kebetulan ketinggalan sebelum celana sergam dicuci tinggal
berapa kali membeli buku bisa dihitung jumlahnya.
Waktu yang lain beli rokok filter
biasa saya masih ngekor om saya yang setia dengan jenis rokok
putih dan kembali lagi kalau ditanya kelebihan jenis rokok putih saya harus
bengong kemudian bilang saya tidak tahu. Bungkus rokok isi 12 tersebut
diam-diam aku buka mirip membuka hadiah undian doorprize pelan-pelan bisa
dibilang ini pertama kalinya saya membeli rokok dan berusaha menjadi perokok
sejati. Momen sepi orang tua masih tidak berada di rumah, hati saya terus
merajuk, bergumam semoga kamar ini menjadi tempat menikmati kepulan asap rokok.
Rokok pertama saya ambil dari
bungkusnya korek api saya pantik agar bisa nyala api saat itu pula pelan-pelan
saya tempelkan ke ujung rokok. Terasa canggung sebagai perokok amatiran pertama
kalinya. Kepulan demi kepulan serasa sama dari hisapan kemudian asap menggulung
dikeluarkan. Disaat ingin mencoba menikmati merokok dengan dihisap ke dalam
ruang pernafasan nafas ini tersedak kemudian batuk tak terkendali
berulang-ulang begitu hebatnya. Kok terasa menyiksa ingin menikmati sebatang
rokok yang setiap perokok enggan meninggalkan. Tinggal 11 batang rokok putih
saya sisakan kepada teman beserta impian pula saya berlari dari perokok sejati.
Sumber Foto : google
No comments:
Post a Comment