Selama masih bisa
dimanfaatkan maka gunakanlah barang tersebut, janganlah dibuang. Kiranya itu,
orang kampung saya sering mengajarkan kebaikan untuk lebih berhati-hati
menggunakan hasil bumi, padi misalnya.
Ketika panen tiba, dalam
masyarakat Jawa ada istilah kegiatan "ngasag", yang berarti mencari
sisa-sisa panen yang tidak lolos sortiran. Proses tersebut dilakukan pada
petani memisahkan tangkai dan butiran padi yang disebut dengan istilah
"nggepyok".
Umumnya kegiatan
"ngasag" dilakukan bagi masyarakat yang belum mempunyai sawah
sendiri. Mereka berduyun-duyun turut riang gembira meraskan keberkahan panen
yang luar biasa. Interaksi tersebut sebagai bentuk rasa syukur atas hasil bumi,
dari hal yang tidak terpakai pun tetap dimanfaatkan agar tidak terbuang
sia-sia.
Di kampung saya, Pak Kiai
yang tidak sering mengatakan kata bid'ah sering memberikan wejangan sederhana
sarat makna. Melalui tutur katanya sangat arif dan berkesan beliau pernah
berpesan agar ketika makan jangan pernah meninggalkan sebutir nasi sekalipun.
Karena bisa jadi kaberkahan nilai rasa syukur terjadi terletak di butir
terakhir nasi yang kita makan.
"Lalu bagaimana dengan
nasi yang masih sisa, namun keadaannya tidak layak dimakan?".
Orang kampung jika ada sisa
nasi yang tak layak dimakan, selain dimanfaatkan oleh hewan unggas biasanya
dijemur hingga kering. Proses penjemuran tersebut di atas "tampah"
terbuat dari anyaman bambu hingga kering. Cara ini, dapat ditempuh agar nasi
tidak cepat-cepat masuk ke tempat sampah. Hasil proses pengeringan nasi ini
sering disebut dengan nasi aking.
Setelah nasi aking
terkumpul, dapat dijual yang dihargai dalam satuan kilogram. Ada beberapa
warung tetangga yang bersedia membelinya dan menjualnya kembali sebagai bahan
campuran makanan ternak. Hingga saat ini harga pasaran per kilo nasi aking
mencapai Rp.3000 rupiah. Kadang masyarakat tidak mengambil tunai hasil
penjualan nasi aking tersebut. Setidaknya sebagai tambah-tambah uang belanja
saat membeli barang lainnya.
Pemandangan ini, semoga
masih tetap ada di kampung yang mewarisi ketelatenan turun-temurun. Tidak hanya
mewariskan harta benda melainkan pola-pola menghargai bentuk proses panjang
pengolahan padi yang kerap dipandang sebelah mata.
No comments:
Post a Comment