Saturday, 27 April 2019

Jangan Berurat Dahi

Entah sebelum usia 40 tahun, sebaiknya tidak terlalu berurat dahi membicarakan politik kaum senja. Sedikit dibuat ala kadarnya, dengan sedikit rileks sembari guyonan. 

Ya begitulah, baiknya menekuni pekerjaan yang bisa membuatmu ahli dan bisa membuatmu bergembira. Syukur, syukur bisa menciptakan lapangan pekerjaan untuk tetangga sebelah rumah atau orang lain yang sedang membutuhkan.

Paling tidak bisa memberikan kontribusi bahwa kaum muda bisa turut andil membangun generasi yang tidak terlalu nyadong pada negara.

Dagelan Dunia Maya

Justru seseorang yang tidak bermedia sosial adalah mereka yang jauh lebih menikmati hidup dengan kegiatan dan pekerjaan yang nyata.
Hal terkecil sebagaimana tidurnya orang yang tidak bermedia sosial tidaklah begitu gamang saat beranjak dari tidurnya. Lalu, simaklah kebiasaan terbesar dari sekian yang dilakukan setelah beranjak tidur. Salah satunya yaitu melihat notifikasi media sosial yang menyita waktu yang lebih layak untuk kegiatan di dunia nyata.
Seseorang yang tidak bermedia sosial meskipun minim sekali pengetahuan, jiwanya jauh lebih bersih dari pemberitaan yang seharusnya tidak layak dikonsumsi baginya.
Langkah, win win solusionnya adalah mereview kembali kebiasaan pengguna dengan seseorang yang tidak bermedia sosial. Kemudian atur ritme kebiasaan itu dan perbanyaklah kegiatan bukan di dunia maya.
Sebagai contoh jalan bareng Mbak Luna Maya....hehehe....

Mlaku-mlaku Opo Pit-pitan


Pagi di sebuah warung megono perempatan kampung,
"Duh...sirahku mumet nopo yo, ?", tanya Lek Mardi.

"Walah, kuwi paling kurang duit, Lek!", jawab Lek Karyo sambil menyeruput teh manis.
"Duit, kuwi akeh ya biso kurang. Nek syukur yo biso cukup lek", jawab bijak Lek Mardi.
"Terus...piye?opo kurang piknik?", tambah semakin penasaran aja Lek Karyo.
"Wah, nembe aku lungo luar kota ziaroh Jawa Madura, kurang piye leh piknik?", cecar Lek Mardi.
"Anu...Lek, sampeyan kurang olah raga palingan, tak mat-matke sampeyan tambah lemu gerake kurang makane gampang masuk anginan", jawab Lek Karyo dengan pasrah.
"Nah...Kuwi aku ora tau olah raga babar blas. Awake aras-arasen ngge olah raga", sambut Lek Mardi sedang tempe goreng di meja sudah hampir ludes disantap.
"Olah raga kuwi angger niat, Lek. Sampeyan biso mlaku-mlaku utowo mlayu-mlayu, gratis ora mbayar".
"Aku kok isin ya nek koyo ngunu, dewean koyok wong ilang", jawab Lek Mardi dengan nada sedikit menyangkal.
"Nek ngunu...olah ragane pit-pitan Lek, dadi ora ketok olah raga. Malah koyok miripe ngge wisata keno. Akeh lek saiki wong pit-pitan, piye saranku tokcer tho?"
"Nah kuwi.....masalahe aku ora duwe pit Lek, dadi tambah mumet ra! piye wes?", timpal Lek Mardi.
"Paling gampang, ngene Lek. Sampeyan mlaku-mlaku karo nuntun motor ben awake ngringet."
"Wah....gel ayah-ayah bae saranmu, Lek...aku sing edan tho lek...wong motor biso ditumpaki malah diken nuntun", jawab Lek Mardi sambil umbas-umbis.

Obat Kuat

Seorang pria bertubuh kekar itu bertanya kepada mbak penjaga toko obat milik Lek Karyo.
Menggunakan kaos singlet pria bertubuh atheis (baca: atletis), itu berkata,
"Mbak, obat kuatnya ada?", tanya pria itu.
"Oh...ada om, oiya betewe om nya kuat berapa kilo?"
Merasa aneh, pria tersebut menanyakan kembali kepada mbaknya.
"Maksudnya mbak, saya kuat di berapa jam gitu?"
Kemudian mbaknya tersadar dari mlongonya melihat otot yang methekol di lengannya, lalu mbaknya berkata,
"Iy...iyyaa...ann...nnu ...om maksudku tangannya om itu kuat angkat barbel berapa kilo?",tanya mbaknya penuh ketakutan.
Sembari menyodorkan 2 strip obat kuat itu, mukanya mbak mlotrok tak keruan.

Pameran Buku

Setidaknya tiga kali dalam setahun, Pekalongan sebagai salah satu ajang pameran buku. Bulan April ini bertepatan dengan HUT Kota Pekalongan dan juga hari buku Internasional, pameran buku resmi di buka pada tanggal 24 hingga 30 April 2019 di GOR Jatayu Pekalongan.

Sebagai rasa syukur yang tiada tara. Alhamdulillah, tadi siang saya turut menyambangi pameran yang cukup memukau dibarengi acara fashion show bagi anak-anak. Ada pemandangan menarik siang tadi. Selain anak-anak yang didandani mirip Srikandi cilik dan mirip RA Kartini, tak luput dari ibu-ibu yang menghantarkan juga ada yang tak kalah menarik penampilannya. Setalah waktu cat walk dari panitia dihentikan, para hadirin yang datang turut bertepuk tangan sebagai apresiasi rasa percaya diri bagi peserta lomba.

Di dalam gedung Jetayu Pekalongan, juga tersedia aneka buku bacaan yang sangat bermanfaat. Terutama bagi pertumbuhan pola berpikir generasi yang akan datang. Kegiatan positif ini menurut saya harus di dukung oleh semua pihak. Terutama agar para orang tua juga turut mengenalkan kebiasaan membaca bagi anak-anaknya.

Rasa khawatir terhadap harga buku yang tersedia, tidaklah perlu dihiraukan. Untuk bacaan anak-anak berkisar harga 5-10 ribu rupiah bisa didapatkan. Harga ini lebih murah dari kuota internet yang berisi 1,5 giga. Sedangkan, harga buku lainnya berpatokan 20 ribu rupiah yang harga normalnya berkisar 40 ribu rupiah, sangat murah bukan? Ya, agar kita turut mendukung Indonesia lebih giat membaca.
Ayo, datang ke Pekalongan.

Celana Kolor


Setelah salam selesai, Lek Dasrun bergegas keluar masjid melepas baju koko serta pecinya. Hanya menggunakan celana kolor dan kaos dalam. 

Beliau berlari menuju tengah jalan raya depan masjid. Kalau engga terbiasa melihat tingkahnya, sepertinya ini adalah hal aneh yang tak lazim dilakukan.

Sembari berdiri di tengah jalan, ia membunyikan peluit berkali-kali. Siang yang lumayan panas itu, bisa membuat kulitnya yang hitam legam kembali terlihat berkilau tumbuh peluh keringat mulai bercucuran.

Jalur depan masjid tempat Lek Dasrun tinggal adalah jalur paling ramai. Tepat depan masjid tersebut merupakan perempatan jalan menuju pasar tradisional. Segala kegiatan ekonomi masyarakat pasar bertumpah ruah menjadi kesatuan tak terpisahkan. 

"Prit....prit....prit...sek Bu, mandek sek tho, ojo kesusu!",tangan Lek Dasrun memberikan aba-aba. Seketika itu juga, ibu-ibu membawa tas berisi sayur dari pasar berhenti. Kemudian menyusul pengguna jalan di belakangnya.

Dari arah berlawanan terdapat truk besar yang membawa material beton proyek pembangunan jembatan. Meski truk besar tersebut diberi pengawalan khusus menggunakan kendaraan roda dua. Sepertinya masih kerepotan. Kehadiran Lek Dasrun cukup membantu pengawalan. Minimal menghalau pengguna jalan untuk minggir seketika itu juga.

Setelah truk proyek tersebut lewat, giliran tugas Lek Dasrun mengamankan jamaah sholat Jumat yang barusan keluar dari masjid. Satu persatu jamaah yang menggunakan motor berderet di bahu jalan menanti keadaan aman menyebrang.
Tangan Lek Dasrun membawa pentungan parkir dan peluit masih menempel di mulutnya.
"Prit...prit...priiiiiiitt......Ayo nyebrang....ati...ati...lhur ...", nada suara Lek Dasrun sedikit agak keras.
Namun, karena suasana lalu lalang jalan ramai sekali para jamaah tidak sempat menanggapi ujaran dari Lek Dasrun. Sudah hampir setengah jam Lek Dasrun berada di tengah jalan, hingga suasana jamaah sholat Jumat telah sepi.

Di samping kedai bakul es degan itu, Lek Karyo telah duduk menunggu acara nyebrang-menyebrang sembari nyeruput es degan khas Brebes yang terkenal segar yang tak sepi dari pembelinya itu. Tiba-tiba dari mulut Lek Karyo terucap,
"Ayo...Lek Dasrun rene sek...nge es degan ben biso kuat menghadapi kenyataan", tangan Lek Karyo memberi isyarat ke Lek Dasrun agar segera menghampirinya.
Lek Dasrun kemudian berjalan menepi menghampiri Lek Karyo.
"Lenggah kene sek tho, Lek....!"
"Jan, panase ora umum", kata Lek Dasrun.
"Lha.. sampeyan kuwi aneh, Wes bener-bener anggo klambi koko malah dicopot, saiki ming angge kolor", tanya Lek Karyo keheranan.
"Iyoo lek....koyo ngene iki aku mergo duweni penyakit seneng di alem karo wong liyo"
"Lha...maksude piye Kang Dasrun?", tanya Lek Karyo penasaran.
"Aku kuwi saben dinone tukang ngresiki mesjid, alhamdulillah hampir sholat 5 wektuku ora tau telat. Aku ora pengen dipuji. Di songko, aku kuwi wong apik. Padahal aku seh akeh dosane", jawab Lek Dasrun sembari mengaduk es degan di meja depannya.
"Hubungane sampeyan karo nyopot klambi cuma anggo celono kolor kepriye, Lek?" tanya Lek Mardi yang masih belum sampai atas jawabannya itu.
"Nah...Kuwi, nek aku nyebrang-nyebrangke cuma angge celono kolor, ben wong liyo kuwi nyongko aku ora sholat Jumat.", jawab Lek Dasrun.

"Ooo....ngunu tho, Lek Dasrun?", Lek Karyo manggut-manggut.
"Oh...lha iyo...aku tekane sholat telat pas rokaat pertama sak wise alfatihah, mergo aku ngenteni jamaah terakhir sing meh nyebrang neng mesjid. Aku wes duweni katresnan melas karo wong sing meh ngibadah. Ora tego. Banjur ngunu aku bar salam, mau aku langsung bae neng dalan ngamanke dalan ben ora macet", jelas Lek Dasrun sambil menikmati serutan buah kelapa muda yang rasanya istimewa itu.

"Lha kuwi...emang biso nggawe ati sampeyan nyaman Lek?" ,tanya kembali Lek Karyo sambil mengernyitkan dahi.
"Yo saben manungso duweni kelemahan masing-masing Lek Karyo. Lha aku kelemahan sing paling gedhe yoiku seneng di alem karo wong, aku ngindari sing koyo ngunu", tukas Lek Karyo.
"Aku salut karo sampeyan Lek Dasrun.. jossh tenan....biso nyimpen amale sampeyan", timpal Lek Karyo.
"Huaaaassyyyememm .....aku Iki meh ngindari di alem, malah tetep bae Lek ... Ketemu sampeyan maraki dadi perkoro wae..Wes aku tak balek neng masjid ben aja akeh tambah ngrasani wong", jawab Lek Dasrun tersenyum sedikit penyesalan.
Lek Dasrun mengambil baju koko dan pecinya menuju ke masjid sembari bergumam dan Lek Karyo terkekeh mendengarnya.

Sunday, 21 April 2019

Bebas Rahasia


Semisal tali kutang tiba-tiba putus, bisa dirasakan betapa benda yang mengisinya bisa bergerak bebas. Ke kanan kiri, bisa pula naik turun, atas bawah dan sebagainya. Sebatas nilai bergeraknya menjadi hal yang masih tertutup dan menjadi rahasia pemiliknya akan aman saja. Layaknya bebasnya pemilu di Indonesia menganut asas bebas namun masih tetap dalam norma kerahasiaan pemegang hak pilih.

Saya kira terputusnya tali kutang tersebut tidak serta-merta tiba-tiba. Ada yang sengaja melepasnya setiap ajang 5 tahunan. Bentuk pesta yang konon menganut ajang kebebasan. Yaitu ajang bebas berpendapat yang dijamin konstitusi memberikan suara demi memilih arah kebijakan yang pas menurut suara terbanyak. Keadaan ini telah berulang dalam sejarah sebagai pembedanya yaitu sistem teknis cara memilihnya. 

Perspektif lain bagi peserta kontestan pemimpin juga diberikan hak berkampanye. Beriklan menyampaikan visi misinya turut mengisi ruang kerja bagi penentu kebijakan konon yang berhubungan dengan pemerintahan. Program kerjanya tidak sendiri. Terdapat mobil penggerak yang disebut dengan partai pengusung dan segenap blantik-blantik suara yang kerap hilir mudik meminta sumbangan dalam hal apapun. 

Saya terima kasih atas lepasnya tali kutang tersebut. Saya menyambut kebahagiaan ekspresi bukan sebagai pemilih. Namun, pemberian hak memilih atas sesuatu yang telah dipilih sebelumnya oleh beberapa kelompok partai pengusung. 

Rasa terima kasih saya terus mengalir tiada tara. Saya tidak kerepotan mencari figur tokoh orang baik. Bahkan tidak perlu menelusuri dari sepak terjang hingga cara bermain sepak takraw di lapangan. 

"Lha wong saya tidak menyebut orang baik saja, para calon pemimpin tersebut sudah selfi menunjukan tokoh pemimpin yang adil, sederhana, tokoh perubahan kaum milenial, peduli wong cilik, ngayomi, sederhana, suka menabung, rajin menjahit dan seterusnya...."

Semuanya saya menanggapi sesuatu dengan cara luar biasa. Memikat hati seorang pemilih. Para calon pemimpin ini pun telah mencapai serangkaian proses uji tulis, kesehatan hingga kejiwaan agar sesuai dalam konteks peraturan yang disarankan dan semuanya tidaklah instan.

Saya lebih berpesan jika tali kutang tersebut sudah dilepas. Kemudian dari isinya lebih berkecendongan ke salah satu sisi hendaknya tidak diumbar. Lebih eloknya dibiarkan bebas bergerak. Namun masih tertutup rahasia bahkan bisa juga dihiasi dalam busana syar'i agar sama sekali orang lain tidak mengetahui.

Sampah Foto Kopi


Ada banyak tulisan dari jasa penggandaan dokumen atau foto kopi. Dalam buku paket mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP saya dulu ada beberapa bagian yang mengulas jenis penulisan. Di antaranya adalah photo copy, foto copy dan foto kopi maka tatanan sesuai EYD yaitu dengan penulisan foto kopi. Namun, ragam tulisan dipakai sehari-hari bebas semua tulisan dipakai. Asalkan calon pengguna jasanya mengerti tanda bahwa kios tersebut bisa melayani foto kopi dan segala tambahan beberapa penyedia alat-alat tulis lainnya.

Saya belum pernah melihat imaji kratifnya pengusaha foto kopi yang sedikit "mbanyol" dengan memberikan simbol kamera dan kopi. Bahwa ada dua klausa kegiatan memfoto dan kopi. Bisa pula ini sebagai nilai plus dengan fasilitas ngopi sembari menunggu proses foto kopi berjalan. Mungkin karena foto kopi ini jasa yang berbau sedikit formal. Jadi tulisannya tidak sesantai di warung kopi atau warung yang hanya ada lampu 5 Watt yang justru terlihat agak remang-remang.

Sekitaran kampus usaha foto kopian menjamur. Bisa dipastikan dimana ada gula pasti ada semut. Tapi sebenarnya bukan gulanya yang disukai semut melainkan rasa manisnya. Begitu pula para pengusaha foto kopi tidak terpancang pada kampusnya melainkan interaksi simbiosis mutualisme antara para civitas warga kampus dengan penyedia jasa foto kopian. Pemandangan lain di Kantor SAMSAT yang para pengusaha foto kopian ini sudah hapal mengenai jumlah lembaran BPKB yang akan difoto kopi berikut persyaratan lainnya.

Ada beberapa simbol kreatifitas para penyedia jasa foto kopian. Beberapa kertas hasil foto kopi yang masuk dalam kategori "reject" tidak terpakai yang sengaja dikumpulkan. Hingga mencapai ketebalan tertentu mereka memanfaatkan sisi kertas yang kosong dibuat sebagai nota pembelian. Selain itu bungkus dari kertas foto kopian ada yang berinisiatif dijadikan tas tenteng yang unik cukup buat wadah pengguna jasa foto kopian mereka. Saya kira para pelanggan lain juga merasa senang atas pelayanan dengan memberikan fasilitas tas yang cukup sederhana penuh kreatifitas.

Andaikan mereka tidak berpikir lebih kreatif maka sampah kertasnya bisa merepotkan orang banyak. Pertama merepotkan dirinya sendiri dengan membuangnya ke tempat sampah. Tidak hanya sampai disitu. Sampah kertas tersebut harus menunggu lama dijemput para petugas kebersihan. Dari tempat sampah harus membopong ke truk bak sampah. Kemudian harus di antar ke tempat pembuangan sementara hingga ke tempat pembuangan akhir. Betapa repot dan memakan waktu yang lama.

Pola-pola kreatifitas demikian sejatinya sudah diterapkan dalam pendidikan Sekolah Dasar. Dari dulu ada mata pelajaran muatan lokal yang di dalamnya ada unsur kerajinan tangan dan kesenian. Hendaknya setiap orang yang telah mengenyam pendidikan setelahnya bisa merepresentasikan kemampuan itu. Agar masalah sampah sepenuhnya, tidak hanya ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah. Melainkan diri kita sebagai manusia turut bisa memperhatikan lingkungan sekitarnya.


Keloloden Informasi


Memahami istilah keloloden sering dipakai masyarakat pesisir pantai utara. Wa bil khusus wong Pekalongan, keloloden biasanya disebabkan jika makanan berada di antara rongga mulut dan kerongkongan. Reaksi kejadian keloloden ingin sekali segera dikeluarkan (dimuntahkan ) bahkan terdapat rasa kurang nyaman dengan ditandai mata berair. 

Bentuk makanannya panjang dan lunak seperti sayur kangkung, sawi, kacang panjang dan sebagainya seringnya sebagai penyebab keloloden. Pemicunya yaitu kurang kontrol disaat proses mengunyah makanan yang terlalu singkat. Jadi keadaan makanan belum dikunyah sepenuhnya. Apalagi ketika makan tergesa-gesa dan dibarengi dengan ngobrol. Lebih berat lagi jika makan sembari debat argumentasi pemilu 2019. Saya kira hal itu bisa auto keloloden secara siginifikan.

Analogi keloloden sama halnya menelan informasi yang sulit membedakan masih tahap wacana atau akan segera direalisasikan. Seperti cerita Abu Nawas mengumpulkan segenap masyarakat bahwa dirinya sebentar lagi akan terbang dengan segenap kemampuannya. Mendengar hal demikian masyarakat begitu percayanya menunggu aksinya di tengah sabana. Di atas panggung Abu Nawas telah siap dan masyarakat lainnya menanti pertunjukan akrobatik yang dinantikannya.

Dengan suara lantang Abu Nawas berkata, "Hadirin saya ini sebentar lagi akan terbang", ucapnya. Beberapa menit kemudian Abu Nawas tidak bergerak sama sekali dari posisi berdirinya.
Hingga terjadi pada salah satu penontonnya bertanya, "Dari tadi masih di situ, kapan terbangnya Abu Nawas?".
Saat setelah nya beliau menjawab,"Lho, saya ini kan hanya bilang baru akan terbang, berarti kan bukan terbang, ya posisinya seperti ini",jawab Abu Nawas.

"Huuuu....Howalah...dalah...!!!Abu Nawas ini memang orang aneh, kitanya saja yang terlalu bersemangat percaya omongannya", penonton pulang penuh kecewa.

Dari berbagai informasi yang beredar dari media elektronik pembaca seharusnya memerlukan beberapa jarak sebelum diterimanya. Ada pendekatan yang bisa digunakan misalnya "common sense" melalui nalar realita yang berada dalam ruang pikiran kita. Bukan hanya melalui naluri hati yang tanpa batas ingin selalu melampiaskan turut berkomentar bahkan membagikannya ke khalayak. Ada identifikasi pertimbangan informasi yang bersifat independen dan berimbang. Adakalanya informasi sekedar opini publik yang setiap orang boleh menggutarakan pendapatnya. Ada batasan efek manfaat serta mudhorotnya dari dampak informasi itu dan sebagainya.

Menunggu klarifikasi agaknya bisa lebih bisa memperbesar resolusi pandang terhadap masalah atau peristiwa yang terjadi. Meski berjalannya lamban, klarifikasi bukan sebab dari jawaban informasi yang bergulir. Semakin berbeda esensi klarifikasi dengan informasi, bukan menambah jernih melainkan berpotensi mencari pembelaan lain apabila tetap tidak sependapat dengan nalar klarifikasi. Keloden informasi ini layaknya keloloden makanan jika sudah masuk, ketika dimuntahkan maka tidak mungkin dimakan lagi.


Pulanglah Sejenak Kawan


Sedang membaca cerita kasmarannya seorang pemilih kandidat presiden. Sepanjang diary cerita memberikan semangat berkobar agar tetap menjadikan panutan pemimpin yang paling baik dan memberikan perubahan.

Sedianya tiap harinya ingin selalu menjadi sorotan publik melalui media sosial. Memperlihatkan kemesraan itu agar khalayak turut serta memberikan apllause syukur-syukur mempunyai pandangan yang sama, sepaham dan bisa turut mensukseskan agenda pemerintahannya.

Sedang untuk sekedar mengingatkan pulang sejenak ke tempat asalnya, mereka masih terlalu dini beranjak. Masih enggan beranjak bahwa mentari sore sebentar lagi akan berganti malam. Entah sampai kapan kemesraan ini, berharap agar cepatlah berlalu. Agar jiwa-jiwa yang tenang bisa tetap berproses pada tugasnya masing-masing secara wajar.

Pulanglah sejenak kawan, agar menikmati posisimu sebenarnya.

Bilik Rahasia


Makna istilah bebas dan rahasia salah satunya berarti bahwa bebas memilih tanpa ikatan apapun. Sedang sifat kerahasiaan memilih terlahir mulia, tidak ada seseorang pun yang mengetahuinya.

Sebagai seseorang yang dipilih, diperbolehkan mengenalkan visi dan misi programnya melalui kampanyenya. Sepatutnya pengenalan ini diberikan kepada yang belum mengetahui program serta kebijakan ke depan. Sedang sekarang yang terjadi adalah para calon pemimpin memberikan pengenalan program yang sudah dari awal sebagai pendukungnya.

Dari sini sebenarnya fungsi kampanye sebagai sisi netralitas bagi calon pemilih tidak ada. Yang terjadi pendoktrian buta yang kerap menjadi pembenaran atas segala perbedaan.
Salah satu ukuran keberhasilan kampanye bagi pemilih yaitu membandingkan dari analisa pribadi. Yang terus mempelajari segala hal calon pemimpin. Sedangkan hasilnya ditransformasikan dalam kerahasiaan ruang bilik yang sebenarnya. 

Sekarang berbeda, belum sampai di bilik sudah telanjang di berbagai media sosial. Lalu menyebutnya sebagai kaum yang berpendidikan.

Tutup Pentil


Lebih baik sampeyan langsung ambil wudhu dulu sebelum membaca tulisan ini. Mengenai foto bisa saja sebagai pendukung atau sebagai petunjuk jalan pikiran yang ternyata ada alternatif lain dari sisi yang berbeda. Meski sekedar dari cara melafalkan yang juga berarti berbeda pula maknanya.

Tutup pentil, di baca dengan huruf "e" dibaca seperti cabe memiliki fungsi melindungi lubang angin pada ban baik kendaraan bermotor atau alat transportasi lain yang beroda angin.

Umumnya tutup pentil berwarna hitam. Ada beberapa bagian pada pentil, diantaranya yaitu, sil karet, peer dan tonjolan berbahan dari logam. Keadaan ini akan cukup riskan apabila dibiarkan terbuka. Terdapat faktor resiko kecelakaan berkendara apabila sil dari pentil ini tertusuk dan anginnya tiba-tiba keluar. Sehingga mengatasi kemungkinan tersebut setiap pentil harus disertai dengan tutup yang selalu dijaga keberadaannya.

Terkadang diperjalanan ada juga yang suka perhatian terhadap barang mungil ini. "Mbak sudah pakai tutup pentil?"
"Aduh...pak, mbok dilihat sendiri tho dibawahku ini"
Entah siapapun yang bertanya masalah tutup pentil itu.
Selamat sore dan semoga lidah sampeyan tidak kesandung dalam membacanya.

Secangkir Kopi di Perempatan


Di kedai kopi dan kacang hijau milik Mas Shodikin Muhamad biasanya para ojek offline ini sering berkumpul. Sembari menunggu penumpang, mereka duduk-duduk menikmati kopi hitam atau bubur kacang hijau sebagai penghangat badan. Tidak hanya itu, jaket tebal juga kupluk penutup kepala turut disematkan di atas kepalanya.

Memang sangat strategis, daerah perempatan Wiradesa ini. Selain sebagai pusat turunnya bus dari Jakarta pada malam hari, juga sebagai titik berangkat ke Jakarta ke esokan harinya. Biasanya para kaum pekerja dari kota pun tak jarang juga mampir sembari istirahat sejenak sebelum menuju ke rumah tujuan, Kajen, Peninggaran ataupun Kandangserang.

Bagi kaum nokturnal seperti saya, kopi pahit dan beberapa roti jadul cukup bisa menikmati hilir mudik bus, truk dan suasana kebut-kebutan raja jalanan Pantura. Tidak hanya itu, iringan lagu Bung Rhoma Irama tak luput dari kedai yang buka hingga dini hari, ya ternyata Pekalongan juga cukup eksotis di malam hari.




Aking


Selama masih bisa dimanfaatkan maka gunakanlah barang tersebut, janganlah dibuang. Kiranya itu, orang kampung saya sering mengajarkan kebaikan untuk lebih berhati-hati menggunakan hasil bumi, padi misalnya.
Ketika panen tiba, dalam masyarakat Jawa ada istilah kegiatan "ngasag", yang berarti mencari sisa-sisa panen yang tidak lolos sortiran. Proses tersebut dilakukan pada petani memisahkan tangkai dan butiran padi yang disebut dengan istilah "nggepyok". 

Umumnya kegiatan "ngasag" dilakukan bagi masyarakat yang belum mempunyai sawah sendiri. Mereka berduyun-duyun turut riang gembira meraskan keberkahan panen yang luar biasa. Interaksi tersebut sebagai bentuk rasa syukur atas hasil bumi, dari hal yang tidak terpakai pun tetap dimanfaatkan agar tidak terbuang sia-sia.

Di kampung saya, Pak Kiai yang tidak sering mengatakan kata bid'ah sering memberikan wejangan sederhana sarat makna. Melalui tutur katanya sangat arif dan berkesan beliau pernah berpesan agar ketika makan jangan pernah meninggalkan sebutir nasi sekalipun. Karena bisa jadi kaberkahan nilai rasa syukur terjadi terletak di butir terakhir nasi yang kita makan.

"Lalu bagaimana dengan nasi yang masih sisa, namun keadaannya tidak layak dimakan?".
Orang kampung jika ada sisa nasi yang tak layak dimakan, selain dimanfaatkan oleh hewan unggas biasanya dijemur hingga kering. Proses penjemuran tersebut di atas "tampah" terbuat dari anyaman bambu hingga kering. Cara ini, dapat ditempuh agar nasi tidak cepat-cepat masuk ke tempat sampah. Hasil proses pengeringan nasi ini sering disebut dengan nasi aking. 


Setelah nasi aking terkumpul, dapat dijual yang dihargai dalam satuan kilogram. Ada beberapa warung tetangga yang bersedia membelinya dan menjualnya kembali sebagai bahan campuran makanan ternak. Hingga saat ini harga pasaran per kilo nasi aking mencapai Rp.3000 rupiah. Kadang masyarakat tidak mengambil tunai hasil penjualan nasi aking tersebut. Setidaknya sebagai tambah-tambah uang belanja saat membeli barang lainnya.
Pemandangan ini, semoga masih tetap ada di kampung yang mewarisi ketelatenan turun-temurun. Tidak hanya mewariskan harta benda melainkan pola-pola menghargai bentuk proses panjang pengolahan padi yang kerap dipandang sebelah mata.

Menyapa

Pagi ini, kepada bapak-bapak Gojek yang berderet di tepi trotoar. Seorang mahasiswa sedang mengendarai motor kemudian melambatkan kecepatannya.

Layaknya berjalan kaki, badannya merunduk dan tangannya menjulur ke bawah. Sambil tersenyum mahasiswa itu lalu menyapa, "Monggo pak sedoyo,... nuwun Sewu..."

Seketika itu, bapak-bapak Gojek menghentikan percakapannya, lalu membalas sapaannya dengan tersenyum, "Iyaa...mas...Monggo..." Dari responnya mereka agak terkaget dan sedikit tercengang. 

Ya, dari sekian yang melewati deretan itu hanya dia melakukan hal sederhana tapi menyisihkan kekaguman yang luar biasa.

Di era mahasiswa sekarang, masih terselip menyisakan seseorang yang melestarikan budaya tata krama yang hampir terkikis dan hampir dilupakan.

About Pemilu


Pah...mbok jangan serangan fajar...malam ini ajah, mumpung anak-anak sudah tidur".
#seranganfajar
#headlinegrupwhatsapp


"Melihat karakteristik tinta pemilu berwarna birunya pekat dan susah dihilangkan secara langsung dengan air.
Tanpa ragu menunggu fatwa dari MUI bahwa cairan tinta pemilu tidak sah untuk wudhu".
Karena, jika demikian sah diizinkan jumlah tintanya harus lebih banyak dan tidak hanya mukanya, tangan dan kakinya biru semua".
"Ora sah tintane nek ngge wudhu. Nek tintane ngge wudhu raine biru kabeh"...😁tukas simbah menjawab pertanyaan itu dari cucunya.
#tintapemilu
#ayonyoblos


Remaja yang baru pertama kali nyoblos dalam pemilu itu bertanya kepada petugas pencelupan tinta di akhir prosesi pemilihan.
"Mbak, setelah nyoblos ini boleh minum es dan makan gorengan apa engga mbak?", tanya remaja seumuran SMA, layaknya bertanya kepada dokter.
"Boleh aja mas, asal jarimu engga dibuat sebagai sendoknya", jawab mbak itu sembari ketawa.
#ayonyoblos
#tintapemilu


"Kira-kira nanti setelah jam 1 siang kan ada quick count dan real count. Apa bedanya dari istilah itu ya Pak?", tanya pemuda desa yang sedang memperhatikan prosesi pencoblosan.
"Kalau quick count itu tanpa foreplay mas, kalau real count itu natural dan penuh penghayatan", jawab petugas pemilu itu yang rambutnya memutih dan cukup senior soal pencoblosan.
"Waduh...saya roaming pak, belum saatnya".
#ayonyoblos
#pemilu2019


Yang bikin ngekek sendiri yaitu ketika melihat hidung seseorang yang semula baik-baik saja. Kini tiba-tiba berwarna biru.
Usut punya usut kejadian itu berawal ketika dia lupa, disaat "ngupil". Tenyata jari manis yang digunakan bekas tinta bukti peserta pemilu.
"Owalah, mbak untung tintanya warna biru, kalau tintanya berwarna merah dikira pakai gincu meleber hingga ke hidung" hehehe....
#pemilu2019
#kemenanganindonesia


Di depan pintu keluar TPS terjadi percakapan ringan,
"Kowe nyoblos sopo, Kang mau?" tanya Lek Sumadi penuh penasaran.
"Anu Lek... aku kok rodok keder...mau tho, barang wes kertase tak buka, tak woco jenenge calon-calon pemimpin. Gelare dowi...dowi...Ono sing Ir, SH, SE, M.M., M.Pd. lan sak piturute. Batinku, wong saiki kok pinter-pinter Yoh!", jawab Kang Suparto.
"Lha terus kepriye pilih sopo Kang To?" tanya Lek Sumardi masih penasaran.
"Lhaaa kuwi masalahae, Lek Di. Aku kok lali, mau barang wes tak delok kertase langsung tak lempit langsung tak lebokke kotak suara".
"Aku lali, surate durung tak coblos", jawab Kang Parto penuh penyesalan.
"Yo wes ngene Kang, sesuk teko neng TPS maneh Yo Kang, teko luweh gasik ben sopo reti biso luweh sepi ben cepet diundang", saran Lek Sumadi.
"Owalah...saran sing apik kuwi, kan eman-eman yo mau kertase durung dicoblos", jawab Kang Parto mengiyakan saran itu.
#pemilu2019
#kemenanganindonesia