Thursday, 17 August 2017

Postingan Politik di Media Sosial

Di era serba digital baik informasi yang menyangkut perkembangan informasi, hiburan serta komunikasi terpaku pada peralatan canggih yang bernama smartphone. Ponsel nan sekaligus disematkan akses internet memudahkan menghubungkan dalam jejaring (keterkaitan) personal menjadi ruang publik yang bersifat maya yang tidak bertemu secara langsung. Media sosial menjadi sarana komunikasi bersama mengetahui segala macam yang di unggah menjadi konsumsi bersama tanpa hal batasan apapun apabila memang fasilitas privasi tidak diaktifkan oleh pemilik akun tersebut.

Saya termasuk salah satunya pengguna media sosial aktif. Jejaring pertemanan bernama facebook kerap saya kunjungi. Privasi tentang pekerjaan sudah saya aktifkan sehingga tidak semua menemukan informasi pekerjaan yang sedang saya jalani. Alasannya cukup simpel area pekerjaan tidak semuanya dapat dikonsumsi oleh publik.
Menilik lebih lama lagi  yaitu sekitar tahun 2006 saya telah resmi memiliki sebuah akun akun facebook. Alhamdulillah akun saya ini awet hingga sekarang meski tanpa diformalin. Memang, saat pertama menuliskan profil di kolom akun pekerjaan, lengkap sekali. Terlibat demam eksistensi diri, itu pasti. Meski kala itu status pekerjaannya masih berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa, Entah korelasinya bagaimana antara pekerja, pelajar atau mahasiswa statusnya disamakan. Biarlah darah alay sedikit mengalir betapa komplitnya data-data tersebut saya sajikan layaknya mengisi Surat Izin Mengemudi.

Bertambahnya teman di dunia maya seiring dengan kegemaran saya bersepeda. Latar belakang dari berbagai strata tidak menyulutkan niatan bersepeda. Akhir pekan menjelang sore hari bermunculan unggahan foto bersepeda. Awalnya asyik-asyik saja, keadaan itu tidak bertahan berlangsul lama. Faktor x adalah penyebabnya. Yaitu keadaan politik merebak di media sosial yang menimbulkan kerancuan nasional dan para goweser pun turut  memberikan berbagai pandangan atau lebih seringnya membagikan berbagai informasi tokoh pendukungnya. Layaknya juru kampanye berorasi membanggakan jagonya bertarung di atas meja perpolitikan.

Bersitegang mempertahankan argumen jalan pembelaan buta terhadap pilihannya. Dampak horisontal pun terjadi tidak dapat dipungkiri. Akhirnya semuanya berbeda pendapat satu sama lain. Memberikan statemen saling meyakinkan kebenaran yang sebenarnya tidak sepenuhya benar. Atau membela yang tidak sepatutnya dibela. Postingan-postingan tersebut rawan oleh praktik adu domba devide et empera. Sedangkan perdebatan tersebut tidak ada batasan, moderator atau arah perdebatan menuju simpulan yang tercapai, umpatan kasar kerap itu terjadi.

Menghidar dari ranah politik jalan aman agar keadaan psikologi mempunyai ritme teratur. Postingan yang memberikan kemanfaatan bagi orang lain. Membuat seseorang lebih bersemangat, tersenyum bahkan bisa memberikan tawa bagi mereka yang sedang mencari sedikit hiburan di media sosial.

No comments:

Post a Comment