11
Thursday, 31 August 2017
Sunday, 27 August 2017
Privatisasi Pertemanan di Facebook
Jumlah teman, di akun
faceebook saya mencapai 2000 an pertemanan. Di sadari ataupun tidak, hanya 30%
yang pernah mengenal sebagai teman seperjuangan sekolah, teman bermain dan teman
bersepeda. Sisanya adalah teman yang hanya saling bertatap mata melalui foto
unggahan, atau sering disebut teman dari dunia maya.
Privasi pemilik akun
mempunyai otoritas subyektif, ada yang menerima semua permintaan pertemanan, terlebih
lagi ada yang menerima permintaan pertemanan dari semua orang asalkan mempunyai
kesamaan (mutual friend) dan ada juga
yang hanya menerima permintaan pertemanan dari teman yang sudah saling
mengenal.
Ada kelebihan dan
kekurangannya masing-masing dari pengambilan keputusan pertemanan di akun facebook.
Bagi yang menerima semua permintaan pertemanan tentunya postingan status, foto
maupun video sudah konsekuensinya selalu hadir memberikan warna di beranda.
Namun karena itu ada batasan emosional yaitu kedekatan antara pertemanan di
dunia maya dengan pertemanan sesungguhnya. Berkomentar tidak sedekat dengan
kedekatan pertemanan sebenarnya, itu salah satu kekurangan yang sering dialami
para pengguna akun. Maka facebook pun memfasilitasi ikon tanggapan dari tiap
postingan yaitu rasa suka (like), sedih (sad), tertawa dan apresiasi (super).
Fungsi tersebut sebagai respon singkat apabila enggan berkomentar.
Beda halnya dari
pemilik akun yang membatasi pertemanannya dengan yang mengenalnya saja. Maka
jumlah teman di facebook memang jumlah teman secara realnya. Maka batasan yang
hadir adalah etika moral secara umum di dunia maya. Saking sudah mengenalnya
maka tidak jarang mereka saling sahut berkomentar dengan sedikit nada guyon mempererat pertemanannya.
Pilihan dari
privatisasi pertemanan di facebook tidak lain hanya mendekatkan yang jauh,
mengenalkan yang belum kenal, menebarkan kebaikan dan filtrasi terhadap ancaman
devide et empera yang bisa memberikan
dampak perpecahan, tentunya itu semua menjadi PR tersendiri bagi kita
Hobi Bersepeda dan Media Sosial
Menekuni hobi dalam rangkaian komunitas di media sosial ada
hal banyak manfaatnya. Di antaranya
menambah informasi mengenai hobi tersebut. Apalagi bagi newbie (pemula) semangatnya masih
memuncak maka hunting pengetahuan
sana-sini bisa diperoleh tanpa harus cari literatur di mesin google. Sisi
originalitasnya pun bisa langsung didapatkan dari pengalaman secara langsung
dari penghobi.
Hiruk pikuk hobi,
rasa bosan, ingin menambah koleksi ataupun sebagainya tidak jauh dari
penjualan. Maka wadah media sosial juga sebagai tempat jual beli online yang
kurun waktu sepuluh tahun ini sudah dikenal oleh publik baik yang harus
dieksekusi dengan COD ataupun kirim-kirim melalui ekspedisi.
Saya merasa bukan
sebagai pengamat sosial masyarakat namun lebih sebagai pelaku penghobi sepeda.
Sejak tahun 2012 hingga sekarang industri sepeda sudah mulai tampak
perkembangannya. Meski data-data yang saya suguhkan tidak bersifat kuantitatif,
dapat saya gambarkan bahwa pabrik lokal saja misalkan polygon hampir tiap tahun
mengeluarkan seri sepeda dalam satu kelas. Artinya pengembangan teknologi dari
bahan material ataupun komponennya menyesuaikan tren internasional.
Komunitas otomotif
tidak kalah gairahnya, diantara komunitas kendaraan antik, sport, motor gede,
atauapun keluaran mutakhir sudah mempunyai wadah tersendiri dalam dunia maya.
Yang dapat diambil dari komunitas tersebut yaitu vendor dapat mudah mengerti
kebutuhan pasar sekaligus sebagai ajang mendobrak media pemasaran secara tidak
langsung.
Media sosial sudah
seperti sisi lain dari dunia nyata. Kerena sisi yang berkebalikan dengan
sendirinya pengguna akun bisa bertemu ke dunia nyata. Dari kesamaan hobi
membentuk komunitas kecil hingga besar yang mempunyai satu hobi yang sama.
Friday, 18 August 2017
Blogger itu...???
Bagi blogger mengisi
deretan tulisan harian menjadi kewajiban yang mendekati fardhu a’in. Artinya
sesuatu hal yang apabila ditinggalkan akan mempengaruhi eksistensinya sebagai
blogger. Hitungan per klik per hari harus mencapai berapa ratus atau bahkan
ribuan jumlah pengunjung menyebabkan ratingnya naik sehingga pendapatannya pun
bertambah. Tipe blogger ini pemburu dollar yang memanfaatkan google adsense
sebagai kontribusi karyanya.
Ada lagi yang memilih
blog sebagai pengembangan diri atau mengeksplor kemampuan berfikir, serta
menuliskan kembali ide-ide, berbagi pengalaman, mengajak ataupun lainya
bersifat non profit. Lebih singkatnya blogger tersebut tidak mendaftarkan
melalui adsense atau sudah keburu frustasi dari sekian pengajuan, berkali-kali
pula mengalami penolakan. Para kumpulan user blog patah hati ini akhrinya harus
meniti kata demi kata tanpa profit apapun yang disediakan oleh google.
Lalu
tipe apa yang mendasari saya sebagai seorang blogger?
Lebih pantasnya tipe
nomor 2 pemilihan blog sebagai ajang saling memberikan informasi, pengalaman
atau hal-hal yang bersifat sebagai laporan kegiatan. Non profit artinya tidak
mementingkan kontribusi karya yang dipublikasikan ke ranah publik.
Apa
yang motivasi menjadi seorang blogger?
Semua itu tidak
terlepas dari beberapa inspirasi tokoh orang-orang besar yang terlahir dari
seorang wartawan. Pak Karni Ilyas misalnya, presenter Indonesian Lawyer Club yang mendapatkan julukan wartawan senior,
Pak Dahlan Iskan, yang pernah memegang peranan penting di Jawa Pos, serta yang
lebih esensi seorang sastra dan juga pernah berada pada keluarga besar harian
Kedaulatan Rakyat yaitu Mbah Nun (Emha Ainun Nadjib). Beliau-beliau ini
beberapa tokoh yang selalu membuat semangat untuk belajar tanpa henti. Bahkan
Mbah Nun pernah berpesan, “Jadilah botol kosong saat bertemu dengan orang lain,
dengan demikian maka akan mudah belajar dari pengalaman orang lain”.
Apa
tujuan utama mempunyai blog?
Agar ketika meninggal
anak serta keturunan saya mengerti buah karya yang bisa dinikmati secara
online. Bisa lebih mudah mengakses tanpa harus kehilangan bukti fisik hard copy. Selain itu harapan besar bisa
mencontoh sedikit kebisaan yang tidak lebih dari celotehan kata yang tidak
penting namun bertanggung jawab atas kedaulatan hasil pemikirannya sendiri.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan ketika telah mempunyai blog?
Komitmen, kata yang enteng mudah dilakukan kalau dengan rasa
cinta. Karena itu cinta dapat mengutarakan segenap ide-ide ataupun narasi,
mengetahui batasan konsumsi SARA, ujaran kebenciian dan lain sebagainya. Yang
diperlukan adalah nilai cinta kasih kepada sesama. Mengisinya tiap minggu agar
hunian kamar blog tidak kosong tanpa deretan kata yang berjejer.
Virus
blogger yang sering kambuh, benarkah itu terjadi?
Saya merasakan ada
titik kejenuhan saat harus berlama-lama di depan komputer menuliskan minimal
400 kata untuk menghasilkan satu prosa. Belum lagi dengan target yang akan
dibidik sesuai sasaran kalau sudah mendekati deadline kualitas sering dipertaruhkan. Lalu semuanya ada satu
penyebab yaitu virus malas telah menjalar. Maka kembali lagi terhadap motivasi
pertama bergabung dalam kebiasaan nge-blog dengan demikian semangat mengisi
aktifitas blog akan muncul kembali.
Saya sudah merasa
cukup beberapa kata yang telah saya susun beberapa paragraf di atas. Secara langsung saya meyakini bahwa siapa
saja kalau ingin mencoba kegiatan seorang blogger itu menyenangkan. Ada
tantangan layaknya seorang redaktur harus mempublikasikan berita ke masyarakat
umum, itu miniaturnya ada dalam aktifitas seorang blogger.
Thursday, 17 August 2017
Postingan Politik di Media Sosial
Di era serba
digital baik informasi yang menyangkut perkembangan informasi, hiburan serta
komunikasi terpaku pada peralatan canggih yang bernama smartphone. Ponsel nan
sekaligus disematkan akses internet memudahkan menghubungkan dalam jejaring
(keterkaitan) personal menjadi ruang publik yang bersifat maya yang tidak
bertemu secara langsung. Media sosial menjadi sarana komunikasi bersama mengetahui
segala macam yang di unggah menjadi konsumsi bersama tanpa hal batasan apapun
apabila memang fasilitas privasi tidak diaktifkan oleh pemilik akun tersebut.
Saya
termasuk salah satunya pengguna media sosial aktif. Jejaring pertemanan bernama
facebook kerap saya kunjungi. Privasi tentang pekerjaan sudah saya aktifkan
sehingga tidak semua menemukan informasi pekerjaan yang sedang saya jalani. Alasannya
cukup simpel area pekerjaan tidak semuanya dapat dikonsumsi oleh publik.
Menilik
lebih lama lagi yaitu sekitar tahun 2006
saya telah resmi memiliki sebuah akun akun facebook. Alhamdulillah akun saya
ini awet hingga sekarang meski tanpa diformalin. Memang, saat pertama
menuliskan profil di kolom akun pekerjaan, lengkap sekali. Terlibat demam
eksistensi diri, itu pasti. Meski kala itu status pekerjaannya masih berstatus
sebagai pelajar atau mahasiswa, Entah korelasinya bagaimana antara pekerja,
pelajar atau mahasiswa statusnya disamakan. Biarlah darah alay sedikit mengalir
betapa komplitnya data-data tersebut saya sajikan layaknya mengisi Surat Izin
Mengemudi.
Bertambahnya
teman di dunia maya seiring dengan kegemaran saya bersepeda. Latar belakang
dari berbagai strata tidak menyulutkan niatan bersepeda. Akhir pekan menjelang
sore hari bermunculan unggahan foto bersepeda. Awalnya asyik-asyik saja,
keadaan itu tidak bertahan berlangsul lama. Faktor x adalah penyebabnya. Yaitu keadaan
politik merebak di media sosial yang menimbulkan kerancuan nasional dan para
goweser pun turut memberikan berbagai
pandangan atau lebih seringnya membagikan berbagai informasi tokoh
pendukungnya. Layaknya juru kampanye berorasi membanggakan jagonya bertarung di
atas meja perpolitikan.
Bersitegang
mempertahankan argumen jalan pembelaan buta terhadap pilihannya. Dampak
horisontal pun terjadi tidak dapat dipungkiri. Akhirnya semuanya berbeda
pendapat satu sama lain. Memberikan statemen saling meyakinkan kebenaran yang
sebenarnya tidak sepenuhya benar. Atau membela yang tidak sepatutnya dibela. Postingan-postingan
tersebut rawan oleh praktik adu domba devide
et empera. Sedangkan perdebatan tersebut tidak ada batasan, moderator atau
arah perdebatan menuju simpulan yang tercapai, umpatan kasar kerap itu terjadi.
Menghidar
dari ranah politik jalan aman agar keadaan psikologi mempunyai ritme teratur.
Postingan yang memberikan kemanfaatan bagi orang lain. Membuat seseorang lebih
bersemangat, tersenyum bahkan bisa memberikan tawa bagi mereka yang sedang
mencari sedikit hiburan di media sosial.
Mendefinisikan Nilai Pahlawan
Di antara kemeriahan menjelang HUT
Kemerdekaan RI ke-72 kegiatan maiyah Suluk Pesisiran digelar pada tanggal 12
Agustus 2017 di Pendopo Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Acara yang juga
dihadiri oleh penggiat Maiyah Gambang Safa’at, jamaah Suluk Pesisiran, kelompok
Duror Al Musthofa dari Medono, grup sholawatan El Fata dan Lintang Kerti dari
Pekalongan. Beberapa deretan nara sumber
yang akan membahas tema maiyahan yaitu dari tokoh sejarahwan Pekalongan Pak
Dirhamsyah, budayawan Pak Suwito dan dari kalangan tim penulis sejarah Mas Agus
Sulistyo beserta Mas Tifyani.
Tema kepahlawanan didaulat menjadi
sesuatu yang akan dibahas lebih lanjut dalam sesi diskusi bersama penggiat Gambang
Syafaat Mas Muhajir beserta Gus Aniq dan yang tidak kalah menariknya ada tamu
spesial yaitu Pak Budi Maryono yang jauh-jauh dari Semarang untuk menyempatkan
diri membaca cerpen di edisi maiyah kali ini.
Membuka tema maiyah Mas Agus Sulistyo
membabarkan mengenai paradigma pemahaman pahlawan sering dipahami dari luar
mengenai sosok yang telah berjasa dan berjuang tanpa pamrih. Namun apakah benar
demikian keadaannya dalam sifat-sifat tersebut bisa semua lolos tanpa niat
kepamrihan?. Bahasan ini setikdaknya membuka diskusi lebih lanjut agar setiap
sesi berlalu penuh hangat kebersamaan.
Mas Muhajir pelan-pelan merespon
kepahlawanan yang lebih menitikberatkan kepada sifat yaitu rela berkorban,
memberikan kemanfaatan, berjiwa besar dan lain sebagainya. Sedangkan juga istilah
yang berkembang yaitu pemahlawanan,
yang memang sengaja mengangkat seseorang yang dipahlawankan. Biasanya untuk
jenis ini bergantung sekali dengan kekuasaan pemerintah yang menentukan pantas
atau tidaknya menjadi seorang pahlawan.
Di sela-sela
pembukaan acara maiyahan Gus Anik menuturkan bahwa akhir-akhir ini dari sisi lokal maupun secara
global yang sengaja ingin memunculkan pahlawan sesuai dengan sejarah dari
perspektif realitas daerahnya masing-masing. Seperti di Pekalongan sendiri
sedang digagas mengenai sejarah pahlawan yang yang pertama membabat alas hingga
menjadi beradaban hingga sekarang. Justru ini sosok pertapaan pahlawan yang
selama ini berjasa masih terus bersembunyi yang sering disebut dengan local hero.
Bahasan lebih mendalam
ketika Pak Suwito mulai memberikan prespektif mengenai sejarah yaitu sejarah hanya
dimiliki oleh seorang pemenang sedangkan sesorang yang kalah maka tidak
mempunyai sejarah. Beliau juga mengingatkan bahwa selama ini kita mengenal
pahlawan dari dunia pendidikan baik itu benar-benar pahlawan atau seseorang
yang dipahlawankan. Dari seluruh penjabaran di atas ternyata sangat sulit untuk
mendefinisikan kriteria seorang pahlawan. Bagi beliau seorang pahlawan adalah
seseorang yang tidak tampak yaitu rakyat kecil. Pejuang-pejuang yang gugur dan
tidak diketahui siapa sebenarnya. Pahlawan-pahlawan tersebut menjadi narasi
besar proses kemerdekaan bangsa kita.
Pada sesi diskusi maiyahan keadaan
semakin hangat oleh beberapa respon dan pertanyaan dari jamaah. Pandu misalnya,
“Sebenarnya kriteria apa yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang pahlawan?”,
tutur pemuda yang berasal dari Pekalongan.
Mengenai pembahasan local hero Ardi pemuda berasal dari
Kertijayan bertanya, “Bagaimana solusi penyematan kepada pahlawan lokal yang
berasal dari masyarakat?”.
Merujuk kepada sumber sejarah, maka
Galuh menanyakan, “Apabila ada 2 pendapat sejarah berbeda yang membenarkan
sejarah itu siapa?”, tanya Pemuda yang berasal dari Kraton Pekalongan.
Sebelum jawaban disajikan oleh nara
sumber maka Pak Budi Maryono berdiri di depan jamaah maiyah kemudian membacakan
cerpen yang bertemakan tentang kerakusan sosok tikus yang suka berada di bawah
meja, sela-sela kertas, di balik kantor yang membabi buta berlarian terus
menerus. Kemudian jamaah maiyah terpukau atas ekspresi pembawaan Pak Budi
Maryono bercertia saat anak tikusnya harus menangis setelah kepergian bapak
tikus menuju istirahatnya terakhir. Memang beliau sangat mahir membacakan
cerpen di muka publik, hingga idiom tikus kantor turut diceritakan sebagai
seorang koruptor yang meninggal dengan penuh kealpaan .
Menanggapi
beberapa pertanyaan dari jamaah sedikit demi sedikit nara sumber memberikan
jawaban. Menurut Pak Suwito, segala macam persyaratan untuk dikategorikan
sebagai pahlawan sesuai birokrasi pemerintahan harus sesuai dengan kriteria Dinas
Sosial. Tata urutannya harus melakukan pengajuan terlebih dahulu ke biodata
maupun bukti-bukti mengenai dasar sebagai pahlawan ke Dinas Sosial. Bersama
pihak terkait maka akan dilakukan pengkajian yang kemudian akan ditentukan layak
atau tidaknya disematkan tanda sebagai pahlawan. Tapi menurut beliau yang
terpenting adalah bahwa semua pahlawan adalah rakyat Indonesia yang bermandi
keringat memperjuangkan kepentingan bersama, tegasnya.
Penyematan pahlawan yang diberikan
kepada seseorang bukan hanya sebagai unsur prestasi, apresiasi ataupun pemujaan
melainkan untuk suatu kepentingan. Seperti kegalauannya Muh.Yamin tokoh
nasional yang kala itu masih krisis percaya diri maka waktu itu mencari
inspirasi yaitu Patih Gajah Mada dan kemudian mencari data-data mengenai
sejarahynya beliau. Atas kejadian tersebut yang dapat kita ambil yaitu membakar
jiwa nasionalisme maka perlu mengingatkan kepada rakyat bahwa sesungguhnya kita
berasal dari kerajaan besar yaitu Majapahit. Maka diperlukan sosok pahlawan
untuk kepentingan tersebut. Sehingga makna serta definisi pahlawan mempunyai
multi tujuan. Mas Agus Sulistiyo juga tidak lupa mengingatkan kepada seluruh
jamaah maiyah, “Setiap diri mempunyai nilai potensi untuk menjadi pahlawan.
Sisi positif manusia mempunyai nilai yang dapat bergerak bermanfaat untuk orang lain”, hal itu
diungkapkannya dipenutup sesi bicaranya.
Mengenai apabila ada dua pendapat yang
berbeda mengenai fakta sejarah menurut Pak Tifyani, “Dalam sejarah tidak ada
kebenaran mutlak, ketidakmutlakan itulah yang sebetulnya yang benar”. jawabnya.
Peerbedaan dalam tafsir sejarah adalah hal yang lumrah terjadi. Ada sudut
pandang yang mendasari sejarah itu diangkat. Maka sisi lain pun bisa terjadi
misalnya siapa yang dominan pada pemerintahan tersebut maka golongangnnya akan
diusulkan sebagai pahlawannya.
Pada puncak
acara diskusi diambil oleh Pak Dirhamsyah dengan memberikan warning atas fenomena yang terjadi atas pembelokan
sejarah yang akhir-akhir ini terjadi dan mungkin akan mengancam generasi
berikutnya. Setelah Perang Diponegoro Belanda yang ingin membelokkan pemikiran
nenek moyang di Nusantara yang sangat kontradiksi atas kejadian sebenarnya
seperti sejarah versi mereka memutarbalikkan sifat Ken Arok. Selain itu beliau
juga menceritakan secara singkat mengenai sejarah leluhur Pekalongan. Sekedar
informasi di akhir sesi bicaranya beliau mengatakan, “Apabila Anda ingin
belajar sejarah maka bukti bukunya beserta catatan lontarnya Wali Songo yang ada di museum Ferarra
di Itali”, ungkap beliau. Kemudian ada beberapa jamaah maiyah yang merasa sedih
mendengarkan bukti-bukti tersebut untuk mencari celah menjajah bangsa
Indonesia.
Acara maiyah ditutup
dengan sholawatan Duh Gusti yang
dilanjutkan berdoa bersama yang dipimpin oleh Gus Aniq dari Penggiat Maiyah
Gambang Syafa’at Semarang. Tidak lupa pula, tradisi bersalaman seluruh jamaah
kepada nara sumber terus berlangsung sebagai
tanda penghujung acara maiyahan.
Monday, 7 August 2017
Spirit of Ndleming
Menilik
lebih lanjut tentang alasan saya belajar ndleming
berawal dari pertemanan saya dengan salah satu dosen sastra di Pekalongan
yaitu Pak Ribut Achwandi dengan gaya
khas santai, selow, apa adanya, tidak
dibuat-buat menyikapi hidup boleh jadi ada keberuntungan yang berpihak pada
kehidupan saya. Bagaimana itu bisa terjadi? Setiap tengah malam menjelang subuh
beliau berada di depan laptop menuliskan segala macam dlemingan-nya. Baru pagi harinya, saya baca sebagai pelengkap
mengawali aktifitas saya. Ini lebih patut dibandingkan duduk di depan tv
sembari nonton berita infotaimen kasus penyebab perceraian dikalangan artis
yang tidak ada gregetnya malah membuat saya merasa nafsu sarapan saya berkurang.
Dlemingan bersifat tidak kaku seperti
gaya pakem motivator nasional. Bahkan beliau terkadang mengambil kebiasaan antara
orang waras dan orang gila. Melalui dlemingan-nya
“Jangan sekali-kali mengaku waras, karena orang waras itu tidak butuh pengakuan. Juga jangan sekali-kali berusaha
mati-matian membuktikan kewarasanmu, karena bisa jadi ketika kau sedang
berusaha membuktikannya malah membuatmu
lebih tidak waras dibandingkan orang yang tidak waras”, demikian contoh dlemingan-nya beliau dengan mengambil
analogi manusia waras sebagai obyeknya.
Ada
pula yang mengambil dari kebiasaan orang gila, “Mengaku gila boleh-boleh saja asalkan tidak benaran gila . Sebab,
kalau beneran gila lalu ngaku gila, itu namanya kewarasan yang tersamar”. Dari
deskripsi 2 contoh perbedaan karakter waras dan gila sama halnya, baik dan
buruk, adil dan memihak yang apabila diterapkan esensi obyek maka juga akan
berlaku nasihat. Misalnya apabila waras diganti dengan baik maka akan berlaku,
“Jangan mengaku baik karena kebaikan tidak butuh pengakuan. Juga jangan sekali-kali berusaha mati-matian membuktikan kebaikan
karena bisa jadi ketika kau sedang berusaha
membuktikannya malah jauh membuatmu lebih tidak baik dibandingkan orang
yang tidak baik”.
Jauh
dari pengalaman saya memahami bahasa kiasan yang ditorehkan oleh seorang Dosen
Bahasa Indonesia yang secara keilmuannya telah mumpuni. Sepatutnya saya
bersyukur bisa mengenal beliau berbagai pengalaman telah saya serap nilai-nilai
pesan yang disampaikan. Menarik memang belajar bahasa bagi yang ingin menikmati
makna tiap kata yang dirangkai dalam bentuk kalimat hingga paragraf per
paragraf. Semoga bisa bermanfaat untuk semuanya, Amin.
Cakue
Dari sejumlah
pedagang cakue dan bolang-baling di Pekalongan lebih seringnya gerobaknya
berwarna hijau. Rasa ingin tahu pun tak dapat dihindari sedang pada pagi ini
ada kesempatan "ngobrol singkat" bareng ibu pedagang cakue di
pertigaan Gandarum Kajen Kabupaten Pekalongan.
"Bu...ten nopo kok gerobak cakue niku biasanipun warnane ijo?", tanyaku sambil buka helm.
"Waduh mas, kulo kok mboten ngertos kok saged ngaten nggeh?", jawab ibu seakan sudah tak mengerti jawaban sebenarnya.
"Nggeh mpun bu...mboten nopo.. wong mboten medal ten Ujian Nasional kok", ucapku sedikit senyum, nada menghibur.
Konon cakue berasal dari daratan china. You Tiao adalah nama umum Cakhwe dalam Bahasa Tionghoa dan sebenarnya diambil dari dialek Zhejiang. Sedangkan dalam dialek Hokkian disebut Cakhwe (wikipedia).
Berbahan dari tepung terigu dan berbagai campuran bahan makanan lainnya membuat lebih rasa gurih saat dinikmati hangat saat setelah digoreng. Ini menyebabkan kue soulmetnya yaitu bolang-baling berasa manis sengaja didaulat sebagai pelengkap rasa menjelang pagi sebagai pendamping sarapan.
Rasanya aku ingin menyapa teman-teman semuanya wa bil khusus kepada orang Jawa Timuran dengan ucapan, "Ini Cak,..kue". Sebagai ucapan rasa penasaran lagi, "Mengapa 5 dari 6 pedagang cakue di Pekalongan berasal dari Blitar?". Betapa heterogen kian masyarakat di daerah Pekalongan dan aku pun bersyukur sedikit bersua dengan mereka.
"Bu...ten nopo kok gerobak cakue niku biasanipun warnane ijo?", tanyaku sambil buka helm.
"Waduh mas, kulo kok mboten ngertos kok saged ngaten nggeh?", jawab ibu seakan sudah tak mengerti jawaban sebenarnya.
"Nggeh mpun bu...mboten nopo.. wong mboten medal ten Ujian Nasional kok", ucapku sedikit senyum, nada menghibur.
Konon cakue berasal dari daratan china. You Tiao adalah nama umum Cakhwe dalam Bahasa Tionghoa dan sebenarnya diambil dari dialek Zhejiang. Sedangkan dalam dialek Hokkian disebut Cakhwe (wikipedia).
Berbahan dari tepung terigu dan berbagai campuran bahan makanan lainnya membuat lebih rasa gurih saat dinikmati hangat saat setelah digoreng. Ini menyebabkan kue soulmetnya yaitu bolang-baling berasa manis sengaja didaulat sebagai pelengkap rasa menjelang pagi sebagai pendamping sarapan.
Rasanya aku ingin menyapa teman-teman semuanya wa bil khusus kepada orang Jawa Timuran dengan ucapan, "Ini Cak,..kue". Sebagai ucapan rasa penasaran lagi, "Mengapa 5 dari 6 pedagang cakue di Pekalongan berasal dari Blitar?". Betapa heterogen kian masyarakat di daerah Pekalongan dan aku pun bersyukur sedikit bersua dengan mereka.
v
Friday, 4 August 2017
Sedikit Dampak dari Copas
Kalau hidup banyakin copas, susah dan bahagianya akan berjalan demikian, sering baperan dan mudah tersinggungan. #dleming #anyaran
Kalimat di atas saya posting pertama di saat saya mencoba belajar ndleming di wall facebook yang saya unggah pada 3 Agustus 2017. Tidak lupa pada akhir kalimatnya saya perjelas dengan tanda pagar (hastag) yang juga berfokus pada status anyaran (amatiran) saya belajar ndleming yang ternyata tidak mudah menghasilkan sebuah kesimpulan, inspirasi, nada guyon, atau motivasi yang bisa bermanfaat terutama bagi yang penulisnya.
Dleming bagi saya perkataan dengan tidak serius, singkat, padat, mempunyai bobot kesimpulan dari minimal satu kalimat yang seringnya dibuat sedikit guyon atau menyatiri dari fenomena yang marak terjadi. Ini tentunya hanya sebatas definisi subyektif sangat tidak layak dipaksaan kebenarannya secara publik dan tidak ada gunanya pula mempertentangkan bersama kusir sampai tiada habisnya.
Hidup banyak copas, berasal dari kata copy paste yang dalam bahasa Indonesia berarti salin kemudian tempel. Ada dua makna yang dapat saya ambil dari dua kata tersebut. Pertama bagi pengguna media sosial aktif copas dapat berkenaan dengan penyampaian berita yang secara jarak pandang pengetahuan, resolusi masalah, realitas kejadian, serta sudut pandang sebagai analisis kesimpulan, penyampaian berimbang atau independen masih diragukan keberadaanya. Semua itu tidak lepas dari penguasaan media dari pihak berkepentingan yang berusaha memanfaatkan keadaan bahkan memperkeruh masalah yang terjadi di negara kita. Dampak dari informasi yang berkembang, menimbulkan rasa kebenaran meningkat drastis atas gagasan yang diutarakan dalam berita tersebut. Fanatik yang berlebihan kemudian di blow up ke khalayak dapat memungkinkan terjedi geseken yang membuat orang jadi terbawa perasaan (baper) dan mudah tersinggungan menyikapi perbedaan pendapat.
Kedua dari makna copas bisa berarti sikap latah individual seseorang menyalin (mencontoh) kebiasaan, gaya hidup, serta cara berfikir kemudian diterapkan dalam hidupnya tanpa berusaha melakukan filtrasi keadaan. Bahwa tidak semua ukuran baju orang lain akan sesuai dengan postur tubuh kita bahkan modelnya pun juga demikian. Kebiasaan bangsa lain yang jelas sangat berbeda dengan kebiasaan bangsa kita. Kebanggaan dengan dalih kesetaraan cara hidup malah turut berbangga, meniru agar kesamaan kegemaran bisa sejajar dengan bangsa lain. Meskipun ada beberapa kebiasaan yang dapat mengganggu norma bahkan hukum sekalipun bisa diterjang. Seperti gaya hidup hedonis melalui tayangan sinetron dengan mempertontonkan kemewahan yang secara langsung tersimpan dalam ruang batas penyimpanan pikiran agar bisa merasakan kenikmatan orang lain yang secara finansial jauh berbeda. Maka akan lahir secara prematur kebiasaan bergaya hidup mewah yang kini sudah dapat dirasakan dari manjamurnya bisnis keuangan yang menjanjikan bunga murah angsurannya.
Pada akhirnya makna copas tidak serta merta menyangkut dalam aspek teknologi informasi melainkan segala macam usaha meniru kebiasaan orang lain atau lebih luas bangsa lain tanpa melakukan filtrasi. Semua itu bergantung penguasaan hidup, asalkan kita lebih pintar menyeleksi segala macam undangan copas, semoga demikian.
Motor Tua, "Gak Ada Matinya!"
Motor tua tidak ada matinya, itulah
tekad komunitas para Komunitas Granderist Wiradesa yang tidak henti-hentinya
mengadakan acara rutinan motoran bareng sperti pada Minggu 30 Juli 2017. Bertolak
dari Wiradesa Kabupaten Pekalongan menuju ke Obyek Wisata Baturraden Purwokerto
Jawa Tengah. Acara tersebut diikuti oleh 11
peserta yang mengendarai motor Honda Astrea Grand dengan berbagai jenis
dan tahun pembuatannya.
Acara dibuka oleh tokoh
masyarakat Desa Kauman Wiradesa H. Juneka Kharisman yang turut serta memberikan
doa agar selama perjalanan berjalan lancar dan selamat sampai tujuan. Adapun
jalur pemberangkatan dari Wiradesa melewati jalur alternatif Comal menuju
Pemalang melalui Desa Ampelgading yang berujung hingga Paduraksa. Kemudian
perjalanan dilanjutkan menuju Kecamatan Bantarbolang hingga Perbatasan
Kabupaten Pemalang tepatnya di Belik sebagai titik transit pertama istirahat.
Rombongan menyempatkan diri membeli perbekalan air mineral yang tidak lama
kemudian dilanjutkan menuju Kabupaten Purbalingga dan berakhir di Obyek Wisata
Baturraden.
Tampak kebersamaan pemilik
sepeda motor Honda Astrea Grand memuncak pada saat menikmati alunan musik lokal
tradisional di wahana hiburan Obyek Wisata Baturraden. Tak sedikit dari mereka
yang menyempatkan berjoged bersama sembari meregangkan otot saat setelah
perjalanan. Selain itu diantara momen
yang tak lama di tempat wisata mereka juga menyempatkan diri berfoto ria dan
tak lupa mereka membeli oleh-oleh cindera mata khas Baturraden.
Sangat antusias rupanya
kegiatan positif ini sebagai cara berekreasi bersama tentunya bisa menjalin
keakraban antar anggota yang mempunyai latar belakang profesi yang
berbeda-beda. Rombongan bergegas pulang setelah keadaan cuaca mulai hujan sekitar
pukul dua siang. Menurut Musalafan koordinator perjalanan “Kegiatan serupa rencananya akan diadakan
kembali pada bulan Oktober 2017 dengan agenda destinasi wisata Yogyakarta”,
ungkapnya saat sebelum rombongan memulai perjalanan pulang.
Tuesday, 1 August 2017
Nilai Kebersamaan Salim Salaman
Di
antara meriahnya suasana Hari Raya Idul Fitri 1438 H Majlis Masyarakat Maiyah
Suluk Pesisiran merangkainya dalam sebuah nilai-nilai kebersamaan dengan
mengambil tema Salim Salaman. Bertempat di Aula Pendopo Kecamatan Kedungwuni
Pekalongan kegiatan maiyah rutinan dihadiri oleh segenap penggiat Maiyah Suluk
Pesisiran, Bhaurekso Kendal dan juga sedulur Maiyah Pemalang. Acara dimulai
pada pukul 21.30 dengan diiringi grup Sholawatan Lintang Kerti dari Kecamatan
Wonopringgo Kabupaten Pekalongan.
Mengawali
acara maiyahan Mas Eko Suprihan kembali mengingatkan bahwa edisi Maiyah Suluk
Pesisiran kali ini adalah yang ke-20 artinya kegiatan rutinan ini sudah hampir
2 tahun berjalan. Kemudian dalam mukadimah acara Gus Muhib memaparkan
bahwasanya, “Salim salaman di masyarakat Pekalongan selalu identik dengan Hari
Raya Idul Fitri”, tegasnya. Namun beliau juga mempertanyakan kepada jamaah,
“Mengapa tradisi tersebut tidak dilakukan setiap hari?”, tentunya ini sebagai
sesuatu yang menarik dibahas lebih lanjut bersama narasumber Gus Asep, Kang
Ribut, Pak Suryo dan sedulur-sedulur penggiat maiyah lainnya.
Masih
mengenai beberapa hal yang menjadi tambahan kaidah-kaidah mengenai salim
salaman yaitu menurut Mas Eko Suprihan dalam paparannya mengatakan, “Adapun
salim ada proses kontak batin minimal antara dua individu manusia yang saling
mengingatkan”. Selain itu beliau juga memberikan pengertian, “Dari situlah akan
muncul sifat saling menyelamatkan manusia satu dengan lainnya”. Tidak berhenti
sampai disini ternyata salim salaman diperlukan kekuatan untuk meruntuhkan ego
dari sifat fitrah manusia, paparnya. Samakin banyak poin-poin yang ditambahkan
oleh moderator maka jamaah yang hadir sudah mulai terbuka mengenai pandangan nilai-nilai salim salaman
Perlahan
respon jamaah maiyah yang hadir mulai bermunculan. Dimulai dari Robi yang menanyakan,
“Apa sih sebenarnya perbedaan salim dan salaman?”, tanya pemuda yang diketahui
barasal Kraton Pekalongan. Lain halnya apa yang oleh dirasakan Budi yang menanyakan,
“Sebenarnya tujuan dari salaman itu apa?”, tegasnya dalam sesi diskusi kepada
jama’ah maiyah. Ternyata ada juga yang merespon baik, “Saya berharap bahwa
kegiatan rutinan Maiyah Suluk Pesisiran ini bisa keliling dari satu daerah ke
daerah lain misalnya di Kecamatan Bandar tempat tinggal saya”, ucap Yogi salah
satu jamaiyah yang sudah 2 kali ini mengikuti Maiyah Suluk Pesisiran.
Menanggapi
beberapa pertanyaan dari jamaah maiyah Gus Asep menerangkan mengenai kepasrahan
manusia kepada Allah SWT. Seberapapun kekuatan yang terdapat dalam diri manusia
pada titik baliknya sebenarnya manusia adalah makhluk lemah. Dari sini
penyadaran mengenai kepasrahan mengakui kesalahan harus dimiliki sebagai dasar
saling memaafkan satu sama lain.
Menurut
Pak Suryo, nilai yang dapat diambil dari kegiatan salim dan salaman yaitu dengan menyentuh
tangan dapat menunjukkan kesetaraan (saling menghargai) tanpa memandang status
sosial. Kemudain atas bertautnya tangan tidak hanya bersentuhan secara fisik
akan tetapi pertautan hati (rohani). Di sela-sela acara tersebut beliau juga
mengingatkan bahwa salim dan salaman tidak hanya pertautan antar manusia
melainkan ke seluruh alam berupa rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan.
Sebagai
praktisi pendidikan Kang Ribut memberikan sedikit wacana sebelum salim salaman
kepada orang lain maka alangkah baiknya menyalami diri sendiri. Kadang kita
meminta maaf kepada diri sendiri. Artinya pada setiap manusia hendaknya
mengerti tentang sesuatu yang menjadi hak dan kewajibannya. Terkadang manusia
pun tidak tahu bahwa sebenarnya tubuhnya perlu beberapa istirahat namun tetap
saja bandel menganggap sesuatunya bisa bertahan. Seperti halnya sedikit
pengalaman beliau ketika akan merasa sakit maka yang dilakukan hanya istirahat
total atau membangun pikiran positif dengan demikian maka tubuh akan timbul
sistem imunitas alami meski pada fase tertentu membutuhkan tindakan disiplinilmu kesehatan.
Menanggapi tema maiyahan salim salaman Mas Joko
selaku penggiat maiyah di Pekalongan, beliau memaparkan budaya salim salaman
bangsa Indonesia sudah ada dalam zaman
nenek moyang. Ada berbagai konteks salim, konteks salim sesama manusia, alam,
suku, bangsa dan masih banyak lagi perspektif lainnya. Selain itu juga Mas Joko
menekankan pada dasarnya maiyah itu menikmati proses bukan menanti hasil oleh
karena itu salim salaman memaiyahkan hati kita. Jangan kira permaafan itu hanya
manusia melainkan ada rangkaian permaafan kepada Allah SWT. Salim salaman
berupa permaafan adalah sifat kebaikan yang penting dimiliki manusia.
Memuncaki
acara maiyahan diisi oleh penampilan lagu-lagu kebangsaan oleh Suma Budhaya
yang membawakan judul lagu Rayuan Sunda Kelapa, Indonesia Pusaka dan juga tak
kalah menariknya lagu Sing Keri Cokot Boyo syarat akan pesan religinya. Kemudian
di puncak acara Lintang Kerti mengiringi alunan dizikir Duh Gusti dan Shohubul Baiti yang
dilanjutkan dengan saling bersalim salaman seluruh jamaah maiyahan.
.
Subscribe to:
Posts (Atom)