Thursday 31 August 2017

Sunday 27 August 2017

Privatisasi Pertemanan di Facebook

Jumlah teman, di akun faceebook saya mencapai 2000 an pertemanan. Di sadari ataupun tidak, hanya 30% yang pernah mengenal sebagai teman seperjuangan sekolah, teman bermain dan teman bersepeda. Sisanya adalah teman yang hanya saling bertatap mata melalui foto unggahan, atau sering disebut teman dari dunia maya.

Privasi pemilik akun mempunyai otoritas subyektif, ada yang menerima semua permintaan pertemanan, terlebih lagi ada yang menerima permintaan pertemanan dari semua orang asalkan mempunyai kesamaan (mutual friend) dan ada juga yang hanya menerima permintaan pertemanan dari teman yang sudah saling mengenal.

Ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing dari pengambilan keputusan pertemanan di akun facebook. Bagi yang menerima semua permintaan pertemanan tentunya postingan status, foto maupun video sudah konsekuensinya selalu hadir memberikan warna di beranda. Namun karena itu ada batasan emosional yaitu kedekatan antara pertemanan di dunia maya dengan pertemanan sesungguhnya. Berkomentar tidak sedekat dengan kedekatan pertemanan sebenarnya, itu salah satu kekurangan yang sering dialami para pengguna akun. Maka facebook pun memfasilitasi ikon tanggapan dari tiap postingan yaitu rasa suka (like), sedih (sad), tertawa dan apresiasi (super). Fungsi tersebut sebagai respon singkat apabila enggan berkomentar.

Beda halnya dari pemilik akun yang membatasi pertemanannya dengan yang mengenalnya saja. Maka jumlah teman di facebook memang jumlah teman secara realnya. Maka batasan yang hadir adalah etika moral secara umum di dunia maya. Saking sudah mengenalnya maka tidak jarang mereka saling sahut berkomentar dengan sedikit nada guyon mempererat pertemanannya.


Pilihan dari privatisasi pertemanan di facebook tidak lain hanya mendekatkan yang jauh, mengenalkan yang belum kenal, menebarkan kebaikan dan filtrasi terhadap ancaman devide et empera yang bisa memberikan dampak perpecahan, tentunya itu semua menjadi PR tersendiri bagi kita

Hobi Bersepeda dan Media Sosial

Menekuni hobi  dalam rangkaian komunitas di media sosial ada hal banyak manfaatnya. Di antaranya   menambah informasi mengenai hobi tersebut. Apalagi bagi newbie (pemula) semangatnya masih memuncak maka hunting pengetahuan sana-sini bisa diperoleh tanpa harus cari literatur di mesin google. Sisi originalitasnya pun bisa langsung didapatkan dari pengalaman secara langsung dari penghobi.

Hiruk pikuk hobi, rasa bosan, ingin menambah koleksi ataupun sebagainya tidak jauh dari penjualan. Maka wadah media sosial juga sebagai tempat jual beli online yang kurun waktu sepuluh tahun ini sudah dikenal oleh publik baik yang harus dieksekusi dengan COD ataupun kirim-kirim melalui ekspedisi.

Saya merasa bukan sebagai pengamat sosial masyarakat namun lebih sebagai pelaku penghobi sepeda. Sejak tahun 2012 hingga sekarang industri sepeda sudah mulai tampak perkembangannya. Meski data-data yang saya suguhkan tidak bersifat kuantitatif, dapat saya gambarkan bahwa pabrik lokal saja misalkan polygon hampir tiap tahun mengeluarkan seri sepeda dalam satu kelas. Artinya pengembangan teknologi dari bahan material ataupun komponennya menyesuaikan tren internasional.

Komunitas otomotif tidak kalah gairahnya, diantara komunitas kendaraan antik, sport, motor gede, atauapun keluaran mutakhir sudah mempunyai wadah tersendiri dalam dunia maya. Yang dapat diambil dari komunitas tersebut yaitu vendor dapat mudah mengerti kebutuhan pasar sekaligus sebagai ajang mendobrak media pemasaran secara tidak langsung.

Media sosial sudah seperti sisi lain dari dunia nyata. Kerena sisi yang berkebalikan dengan sendirinya pengguna akun bisa bertemu ke dunia nyata. Dari kesamaan hobi membentuk komunitas kecil hingga besar yang mempunyai satu hobi yang sama.

Friday 18 August 2017

Blogger itu...???

Bagi blogger mengisi deretan tulisan harian menjadi kewajiban yang mendekati fardhu a’in. Artinya sesuatu hal yang apabila ditinggalkan akan mempengaruhi eksistensinya sebagai blogger. Hitungan per klik per hari harus mencapai berapa ratus atau bahkan ribuan jumlah pengunjung menyebabkan ratingnya naik sehingga pendapatannya pun bertambah. Tipe blogger ini pemburu dollar yang memanfaatkan google adsense sebagai kontribusi karyanya.

Ada lagi yang memilih blog sebagai pengembangan diri atau mengeksplor kemampuan berfikir, serta menuliskan kembali ide-ide, berbagi pengalaman, mengajak ataupun lainya bersifat non profit. Lebih singkatnya blogger tersebut tidak mendaftarkan melalui adsense atau sudah keburu frustasi dari sekian pengajuan, berkali-kali pula mengalami penolakan. Para kumpulan user blog patah hati ini akhrinya harus meniti kata demi kata tanpa profit apapun yang disediakan oleh google.

Lalu tipe apa yang mendasari saya sebagai seorang blogger?
Lebih pantasnya tipe nomor 2 pemilihan blog sebagai ajang saling memberikan informasi, pengalaman atau hal-hal yang bersifat sebagai laporan kegiatan. Non profit artinya tidak mementingkan kontribusi karya yang dipublikasikan ke ranah publik.

Apa yang motivasi menjadi seorang blogger?
Semua itu tidak terlepas dari beberapa inspirasi tokoh orang-orang besar yang terlahir dari seorang wartawan. Pak Karni Ilyas misalnya, presenter Indonesian Lawyer Club yang mendapatkan julukan wartawan senior, Pak Dahlan Iskan, yang pernah memegang peranan penting di Jawa Pos, serta yang lebih esensi seorang sastra dan juga pernah berada pada keluarga besar harian Kedaulatan Rakyat yaitu Mbah Nun (Emha Ainun Nadjib). Beliau-beliau ini beberapa tokoh yang selalu membuat semangat untuk belajar tanpa henti. Bahkan Mbah Nun pernah berpesan, “Jadilah botol kosong saat bertemu dengan orang lain, dengan demikian maka akan mudah belajar dari pengalaman orang lain”.

Apa tujuan utama mempunyai blog?
Agar ketika meninggal anak serta keturunan saya mengerti buah karya yang bisa dinikmati secara online. Bisa lebih mudah mengakses tanpa harus kehilangan bukti fisik hard copy. Selain itu harapan besar bisa mencontoh sedikit kebisaan yang tidak lebih dari celotehan kata yang tidak penting namun bertanggung jawab atas kedaulatan hasil pemikirannya sendiri.

Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika telah mempunyai blog?
Komitmen, kata yang enteng mudah dilakukan kalau dengan rasa cinta. Karena itu cinta dapat mengutarakan segenap ide-ide ataupun narasi, mengetahui batasan konsumsi SARA, ujaran kebenciian dan lain sebagainya. Yang diperlukan adalah nilai cinta kasih kepada sesama. Mengisinya tiap minggu agar hunian kamar blog tidak kosong tanpa deretan kata yang berjejer.

Virus blogger yang sering kambuh, benarkah itu terjadi?
Saya merasakan ada titik kejenuhan saat harus berlama-lama di depan komputer menuliskan minimal 400 kata untuk menghasilkan satu prosa. Belum lagi dengan target yang akan dibidik sesuai sasaran kalau sudah mendekati deadline kualitas sering dipertaruhkan. Lalu semuanya ada satu penyebab yaitu virus malas telah menjalar. Maka kembali lagi terhadap motivasi pertama bergabung dalam kebiasaan nge-blog dengan demikian semangat mengisi aktifitas blog akan muncul kembali.

Saya sudah merasa cukup beberapa kata yang telah saya susun beberapa paragraf di atas.  Secara langsung saya meyakini bahwa siapa saja kalau ingin mencoba kegiatan seorang blogger itu menyenangkan. Ada tantangan layaknya seorang redaktur harus mempublikasikan berita ke masyarakat umum, itu miniaturnya ada dalam aktifitas seorang blogger.


Thursday 17 August 2017

Postingan Politik di Media Sosial

Di era serba digital baik informasi yang menyangkut perkembangan informasi, hiburan serta komunikasi terpaku pada peralatan canggih yang bernama smartphone. Ponsel nan sekaligus disematkan akses internet memudahkan menghubungkan dalam jejaring (keterkaitan) personal menjadi ruang publik yang bersifat maya yang tidak bertemu secara langsung. Media sosial menjadi sarana komunikasi bersama mengetahui segala macam yang di unggah menjadi konsumsi bersama tanpa hal batasan apapun apabila memang fasilitas privasi tidak diaktifkan oleh pemilik akun tersebut.

Saya termasuk salah satunya pengguna media sosial aktif. Jejaring pertemanan bernama facebook kerap saya kunjungi. Privasi tentang pekerjaan sudah saya aktifkan sehingga tidak semua menemukan informasi pekerjaan yang sedang saya jalani. Alasannya cukup simpel area pekerjaan tidak semuanya dapat dikonsumsi oleh publik.
Menilik lebih lama lagi  yaitu sekitar tahun 2006 saya telah resmi memiliki sebuah akun akun facebook. Alhamdulillah akun saya ini awet hingga sekarang meski tanpa diformalin. Memang, saat pertama menuliskan profil di kolom akun pekerjaan, lengkap sekali. Terlibat demam eksistensi diri, itu pasti. Meski kala itu status pekerjaannya masih berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa, Entah korelasinya bagaimana antara pekerja, pelajar atau mahasiswa statusnya disamakan. Biarlah darah alay sedikit mengalir betapa komplitnya data-data tersebut saya sajikan layaknya mengisi Surat Izin Mengemudi.

Bertambahnya teman di dunia maya seiring dengan kegemaran saya bersepeda. Latar belakang dari berbagai strata tidak menyulutkan niatan bersepeda. Akhir pekan menjelang sore hari bermunculan unggahan foto bersepeda. Awalnya asyik-asyik saja, keadaan itu tidak bertahan berlangsul lama. Faktor x adalah penyebabnya. Yaitu keadaan politik merebak di media sosial yang menimbulkan kerancuan nasional dan para goweser pun turut  memberikan berbagai pandangan atau lebih seringnya membagikan berbagai informasi tokoh pendukungnya. Layaknya juru kampanye berorasi membanggakan jagonya bertarung di atas meja perpolitikan.

Bersitegang mempertahankan argumen jalan pembelaan buta terhadap pilihannya. Dampak horisontal pun terjadi tidak dapat dipungkiri. Akhirnya semuanya berbeda pendapat satu sama lain. Memberikan statemen saling meyakinkan kebenaran yang sebenarnya tidak sepenuhya benar. Atau membela yang tidak sepatutnya dibela. Postingan-postingan tersebut rawan oleh praktik adu domba devide et empera. Sedangkan perdebatan tersebut tidak ada batasan, moderator atau arah perdebatan menuju simpulan yang tercapai, umpatan kasar kerap itu terjadi.

Menghidar dari ranah politik jalan aman agar keadaan psikologi mempunyai ritme teratur. Postingan yang memberikan kemanfaatan bagi orang lain. Membuat seseorang lebih bersemangat, tersenyum bahkan bisa memberikan tawa bagi mereka yang sedang mencari sedikit hiburan di media sosial.

Mendefinisikan Nilai Pahlawan

Di antara kemeriahan menjelang HUT Kemerdekaan RI ke-72 kegiatan maiyah Suluk Pesisiran digelar pada tanggal 12 Agustus 2017 di Pendopo Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Acara yang juga dihadiri oleh penggiat Maiyah Gambang Safa’at, jamaah Suluk Pesisiran, kelompok Duror Al Musthofa dari Medono, grup sholawatan El Fata dan Lintang Kerti dari Pekalongan. Beberapa deretan  nara sumber yang akan membahas tema maiyahan yaitu dari tokoh sejarahwan Pekalongan Pak Dirhamsyah, budayawan Pak Suwito dan dari kalangan tim penulis sejarah Mas Agus Sulistyo beserta Mas Tifyani.

Tema kepahlawanan didaulat menjadi sesuatu yang akan dibahas lebih lanjut dalam sesi diskusi bersama penggiat Gambang Syafaat Mas Muhajir beserta Gus Aniq dan yang tidak kalah menariknya ada tamu spesial yaitu Pak Budi Maryono yang jauh-jauh dari Semarang untuk menyempatkan diri membaca cerpen di edisi maiyah kali ini.

Membuka tema maiyah Mas Agus Sulistyo membabarkan mengenai paradigma pemahaman pahlawan sering dipahami dari luar mengenai sosok yang telah berjasa dan berjuang tanpa pamrih. Namun apakah benar demikian keadaannya dalam sifat-sifat tersebut bisa semua lolos tanpa niat kepamrihan?. Bahasan ini setikdaknya membuka diskusi lebih lanjut agar setiap sesi berlalu penuh hangat kebersamaan.

Mas Muhajir pelan-pelan merespon kepahlawanan yang lebih menitikberatkan kepada sifat yaitu rela berkorban, memberikan kemanfaatan, berjiwa besar dan lain sebagainya. Sedangkan juga istilah yang berkembang yaitu pemahlawanan, yang memang sengaja mengangkat seseorang yang dipahlawankan. Biasanya untuk jenis ini bergantung sekali dengan kekuasaan pemerintah yang menentukan pantas atau tidaknya menjadi seorang pahlawan.

Di sela-sela pembukaan acara maiyahan Gus Anik menuturkan bahwa  akhir-akhir ini dari sisi lokal maupun secara global yang sengaja ingin memunculkan pahlawan sesuai dengan sejarah dari perspektif realitas daerahnya masing-masing. Seperti di Pekalongan sendiri sedang digagas mengenai sejarah pahlawan yang yang pertama membabat alas hingga menjadi beradaban hingga sekarang. Justru ini sosok pertapaan pahlawan yang selama ini berjasa masih terus bersembunyi yang sering disebut dengan local hero.

Bahasan lebih mendalam ketika Pak Suwito mulai memberikan prespektif mengenai sejarah yaitu sejarah hanya dimiliki oleh seorang pemenang sedangkan sesorang yang kalah maka tidak mempunyai sejarah. Beliau juga mengingatkan bahwa selama ini kita mengenal pahlawan dari dunia pendidikan baik itu benar-benar pahlawan atau seseorang yang dipahlawankan. Dari seluruh penjabaran di atas ternyata sangat sulit untuk mendefinisikan kriteria seorang pahlawan. Bagi beliau seorang pahlawan adalah seseorang yang tidak tampak yaitu rakyat kecil. Pejuang-pejuang yang gugur dan tidak diketahui siapa sebenarnya. Pahlawan-pahlawan tersebut menjadi narasi besar proses kemerdekaan bangsa kita.

Pada sesi diskusi maiyahan keadaan semakin hangat oleh beberapa respon dan pertanyaan dari jamaah. Pandu misalnya, “Sebenarnya kriteria apa yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang pahlawan?”, tutur pemuda yang berasal dari Pekalongan.

Mengenai pembahasan local hero Ardi pemuda berasal dari Kertijayan bertanya, “Bagaimana solusi penyematan kepada pahlawan lokal yang berasal dari masyarakat?”.

Merujuk kepada sumber sejarah, maka Galuh menanyakan, “Apabila ada 2 pendapat sejarah berbeda yang membenarkan sejarah itu siapa?”, tanya Pemuda yang berasal dari Kraton Pekalongan.

Sebelum jawaban disajikan oleh nara sumber maka Pak Budi Maryono berdiri di depan jamaah maiyah kemudian membacakan cerpen yang bertemakan tentang kerakusan sosok tikus yang suka berada di bawah meja, sela-sela kertas, di balik kantor yang membabi buta berlarian terus menerus. Kemudian jamaah maiyah terpukau atas ekspresi pembawaan Pak Budi Maryono bercertia saat anak tikusnya harus menangis setelah kepergian bapak tikus menuju istirahatnya terakhir. Memang beliau sangat mahir membacakan cerpen di muka publik, hingga idiom tikus kantor turut diceritakan sebagai seorang koruptor yang meninggal dengan penuh kealpaan .

Menanggapi beberapa pertanyaan dari jamaah sedikit demi sedikit nara sumber memberikan jawaban. Menurut Pak Suwito, segala macam persyaratan untuk dikategorikan sebagai pahlawan sesuai birokrasi pemerintahan harus sesuai dengan kriteria Dinas Sosial. Tata urutannya harus melakukan pengajuan terlebih dahulu ke biodata maupun bukti-bukti mengenai dasar sebagai pahlawan ke Dinas Sosial. Bersama pihak terkait maka akan dilakukan pengkajian yang kemudian akan ditentukan layak atau tidaknya disematkan tanda sebagai pahlawan. Tapi menurut beliau yang terpenting adalah bahwa semua pahlawan adalah rakyat Indonesia yang bermandi keringat memperjuangkan kepentingan bersama, tegasnya.

Penyematan pahlawan yang diberikan kepada seseorang bukan hanya sebagai unsur prestasi, apresiasi ataupun pemujaan melainkan untuk suatu kepentingan. Seperti kegalauannya Muh.Yamin tokoh nasional yang kala itu masih krisis percaya diri maka waktu itu mencari inspirasi yaitu Patih Gajah Mada dan kemudian mencari data-data mengenai sejarahynya beliau. Atas kejadian tersebut yang dapat kita ambil yaitu membakar jiwa nasionalisme maka perlu mengingatkan kepada rakyat bahwa sesungguhnya kita berasal dari kerajaan besar yaitu Majapahit. Maka diperlukan sosok pahlawan untuk kepentingan tersebut. Sehingga makna serta definisi pahlawan mempunyai multi tujuan. Mas Agus Sulistiyo juga tidak lupa mengingatkan kepada seluruh jamaah maiyah, “Setiap diri mempunyai nilai potensi untuk menjadi pahlawan. Sisi positif manusia mempunyai nilai yang dapat  bergerak bermanfaat untuk orang lain”, hal itu diungkapkannya  dipenutup sesi bicaranya.

Mengenai apabila ada dua pendapat yang berbeda mengenai fakta sejarah menurut Pak Tifyani, “Dalam sejarah tidak ada kebenaran mutlak, ketidakmutlakan itulah yang sebetulnya yang benar”. jawabnya. Peerbedaan dalam tafsir sejarah adalah hal yang lumrah terjadi. Ada sudut pandang yang mendasari sejarah itu diangkat. Maka sisi lain pun bisa terjadi misalnya siapa yang dominan pada pemerintahan tersebut maka golongangnnya akan diusulkan sebagai pahlawannya.

Pada puncak acara diskusi diambil oleh Pak Dirhamsyah dengan memberikan warning atas fenomena yang terjadi atas pembelokan sejarah yang akhir-akhir ini terjadi dan mungkin akan mengancam generasi berikutnya. Setelah Perang Diponegoro Belanda yang ingin membelokkan pemikiran nenek moyang di Nusantara yang sangat kontradiksi atas kejadian sebenarnya seperti sejarah versi mereka memutarbalikkan sifat Ken Arok. Selain itu beliau juga menceritakan secara singkat mengenai sejarah leluhur Pekalongan. Sekedar informasi di akhir sesi bicaranya beliau mengatakan, “Apabila Anda ingin belajar sejarah maka bukti bukunya beserta catatan  lontarnya Wali Songo yang ada di museum Ferarra di Itali”, ungkap beliau. Kemudian ada beberapa jamaah maiyah yang merasa sedih mendengarkan bukti-bukti tersebut untuk mencari celah menjajah bangsa Indonesia.


Acara maiyah ditutup dengan sholawatan Duh Gusti yang dilanjutkan berdoa bersama yang dipimpin oleh Gus Aniq dari Penggiat Maiyah Gambang Syafa’at Semarang. Tidak lupa pula, tradisi bersalaman seluruh jamaah kepada nara sumber  terus berlangsung sebagai tanda penghujung acara maiyahan.

Monday 7 August 2017

Spirit of Ndleming

Menilik lebih lanjut tentang alasan saya belajar ndleming berawal dari pertemanan saya dengan salah satu dosen sastra di Pekalongan yaitu Pak Ribut Achwandi dengan gaya khas santai, selow, apa adanya, tidak dibuat-buat menyikapi hidup boleh jadi ada keberuntungan yang berpihak pada kehidupan saya. Bagaimana itu bisa terjadi? Setiap tengah malam menjelang subuh beliau berada di depan laptop menuliskan segala macam dlemingan-nya. Baru pagi harinya, saya baca sebagai pelengkap mengawali aktifitas saya. Ini lebih patut dibandingkan duduk di depan tv sembari nonton berita infotaimen kasus penyebab perceraian dikalangan artis yang tidak ada gregetnya malah membuat saya merasa nafsu sarapan saya berkurang.

Dlemingan bersifat tidak kaku seperti gaya pakem motivator nasional. Bahkan beliau terkadang mengambil kebiasaan antara orang waras dan orang gila. Melalui dlemingan-nya “Jangan sekali-kali mengaku waras, karena orang waras itu tidak butuh pengakuan. Juga jangan sekali-kali berusaha mati-matian membuktikan kewarasanmu, karena bisa jadi ketika kau sedang berusaha  membuktikannya malah membuatmu lebih tidak waras dibandingkan orang yang tidak waras”, demikian contoh dlemingan-nya beliau dengan mengambil analogi manusia waras sebagai obyeknya.

Ada pula yang mengambil dari kebiasaan orang gila, “Mengaku gila boleh-boleh saja asalkan tidak benaran gila . Sebab, kalau beneran gila lalu ngaku gila, itu namanya kewarasan yang tersamar”. Dari deskripsi 2 contoh perbedaan karakter waras dan gila sama halnya, baik dan buruk, adil dan memihak yang apabila diterapkan esensi obyek maka juga akan berlaku nasihat. Misalnya apabila waras diganti dengan baik maka akan berlaku, “Jangan mengaku baik karena kebaikan tidak butuh pengakuan. Juga jangan sekali-kali berusaha mati-matian membuktikan kebaikan karena bisa jadi ketika kau sedang berusaha  membuktikannya malah jauh membuatmu lebih tidak baik dibandingkan orang yang tidak baik”.


Jauh dari pengalaman saya memahami bahasa kiasan yang ditorehkan oleh seorang Dosen Bahasa Indonesia yang secara keilmuannya telah mumpuni. Sepatutnya saya bersyukur bisa mengenal beliau berbagai pengalaman telah saya serap nilai-nilai pesan yang disampaikan. Menarik memang belajar bahasa bagi yang ingin menikmati makna tiap kata yang dirangkai dalam bentuk kalimat hingga paragraf per paragraf. Semoga bisa bermanfaat untuk semuanya, Amin.

Cakue

Dari sejumlah pedagang cakue dan bolang-baling di Pekalongan lebih seringnya gerobaknya berwarna hijau. Rasa ingin tahu pun tak dapat dihindari sedang pada pagi ini ada kesempatan "ngobrol singkat" bareng ibu pedagang cakue di pertigaan Gandarum Kajen Kabupaten Pekalongan.

"Bu...ten nopo kok gerobak cakue niku biasanipun warnane ijo?", tanyaku sambil buka helm.
"Waduh mas, kulo kok mboten ngertos kok saged ngaten nggeh?", jawab ibu seakan sudah tak mengerti jawaban sebenarnya.
"Nggeh mpun bu...mboten nopo.. wong mboten medal ten Ujian Nasional kok", ucapku sedikit senyum, nada menghibur.

Konon cakue berasal dari daratan china. You Tiao adalah nama umum Cakhwe dalam Bahasa Tionghoa dan sebenarnya diambil dari dialek Zhejiang. Sedangkan dalam dialek Hokkian disebut Cakhwe (wikipedia).

Berbahan dari tepung terigu dan berbagai campuran bahan makanan lainnya membuat lebih rasa gurih saat dinikmati hangat saat setelah digoreng. Ini menyebabkan kue soulmetnya yaitu bolang-baling berasa manis sengaja didaulat sebagai pelengkap rasa menjelang pagi sebagai pendamping sarapan.

Rasanya aku ingin menyapa teman-teman semuanya wa bil khusus kepada orang Jawa Timuran dengan ucapan, "Ini Cak,..kue". Sebagai ucapan rasa penasaran lagi, "Mengapa 5 dari 6 pedagang cakue di Pekalongan berasal dari Blitar?". Betapa heterogen kian masyarakat di daerah Pekalongan dan aku pun bersyukur sedikit bersua dengan mereka.

Foto Muhammad Syukron.v


Friday 4 August 2017

Sedikit Dampak dari Copas


Kalau hidup banyakin copas, susah dan bahagianya akan berjalan demikian, sering baperan dan mudah tersinggungan. #dleming #anyaran

Kalimat di atas saya posting pertama di saat saya mencoba belajar ndleming di wall facebook yang saya unggah pada 3 Agustus 2017. Tidak lupa pada akhir kalimatnya saya perjelas dengan tanda pagar (hastag) yang juga berfokus pada status anyaran (amatiran) saya belajar ndleming yang ternyata tidak mudah menghasilkan sebuah kesimpulan, inspirasi, nada guyon, atau motivasi yang bisa bermanfaat terutama bagi yang penulisnya.

Dleming bagi saya perkataan dengan tidak serius, singkat, padat, mempunyai bobot kesimpulan dari minimal satu kalimat yang seringnya dibuat sedikit guyon atau menyatiri dari fenomena yang marak terjadi. Ini tentunya hanya sebatas definisi subyektif sangat tidak layak dipaksaan kebenarannya secara publik dan tidak ada gunanya pula mempertentangkan bersama kusir sampai tiada habisnya.

Hidup banyak copas, berasal dari kata copy paste yang dalam bahasa Indonesia berarti salin kemudian tempel. Ada dua makna yang dapat saya ambil dari dua kata tersebut. Pertama bagi pengguna media sosial aktif copas dapat berkenaan dengan penyampaian berita yang secara jarak pandang pengetahuan, resolusi masalah, realitas kejadian, serta sudut pandang sebagai analisis kesimpulan, penyampaian berimbang atau independen masih diragukan keberadaanya. Semua itu tidak lepas dari penguasaan media dari pihak berkepentingan yang berusaha memanfaatkan keadaan bahkan memperkeruh masalah yang terjadi di negara kita. Dampak dari informasi yang berkembang, menimbulkan rasa kebenaran meningkat drastis atas gagasan yang diutarakan dalam berita tersebut. Fanatik yang berlebihan kemudian di blow up ke khalayak dapat memungkinkan terjedi geseken yang membuat orang jadi terbawa perasaan (baper) dan mudah tersinggungan menyikapi perbedaan pendapat.

Kedua dari makna copas bisa berarti sikap latah individual seseorang menyalin (mencontoh) kebiasaan, gaya hidup, serta cara berfikir kemudian diterapkan dalam hidupnya tanpa berusaha melakukan filtrasi keadaan. Bahwa tidak semua ukuran baju orang lain akan sesuai dengan postur tubuh kita bahkan modelnya pun juga demikian. Kebiasaan bangsa lain yang jelas sangat berbeda dengan kebiasaan bangsa kita. Kebanggaan dengan dalih kesetaraan cara hidup malah turut berbangga, meniru agar kesamaan kegemaran bisa sejajar dengan bangsa lain. Meskipun ada beberapa kebiasaan yang dapat  mengganggu norma bahkan hukum sekalipun bisa diterjang. Seperti gaya hidup hedonis melalui tayangan sinetron dengan mempertontonkan kemewahan yang secara langsung tersimpan dalam ruang batas penyimpanan pikiran agar bisa merasakan kenikmatan orang lain yang secara finansial jauh berbeda. Maka akan lahir secara prematur kebiasaan bergaya hidup mewah yang kini sudah dapat dirasakan dari manjamurnya bisnis keuangan yang menjanjikan bunga murah angsurannya.

Pada akhirnya makna copas tidak serta merta menyangkut dalam aspek teknologi informasi melainkan segala macam usaha meniru kebiasaan orang lain atau lebih luas bangsa lain tanpa melakukan filtrasi. Semua itu bergantung penguasaan hidup, asalkan kita lebih pintar menyeleksi segala macam undangan copas, semoga demikian.

Motor Tua, "Gak Ada Matinya!"

Motor tua tidak ada matinya, itulah tekad komunitas para Komunitas Granderist Wiradesa yang tidak henti-hentinya mengadakan acara rutinan motoran bareng sperti pada Minggu 30 Juli 2017. Bertolak dari Wiradesa Kabupaten Pekalongan menuju ke Obyek Wisata Baturraden Purwokerto Jawa Tengah. Acara tersebut diikuti oleh 11  peserta yang mengendarai motor Honda Astrea Grand dengan berbagai jenis dan tahun pembuatannya.


Acara dibuka oleh tokoh masyarakat Desa Kauman Wiradesa H. Juneka Kharisman yang turut serta memberikan doa agar selama perjalanan berjalan lancar dan selamat sampai tujuan. Adapun jalur pemberangkatan dari Wiradesa melewati jalur alternatif Comal menuju Pemalang melalui Desa Ampelgading yang berujung hingga Paduraksa. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Kecamatan Bantarbolang hingga Perbatasan Kabupaten Pemalang tepatnya di Belik sebagai titik transit pertama istirahat. Rombongan menyempatkan diri membeli perbekalan air mineral yang tidak lama kemudian dilanjutkan menuju Kabupaten Purbalingga dan berakhir di Obyek Wisata Baturraden.

Tampak kebersamaan pemilik sepeda motor Honda Astrea Grand memuncak pada saat menikmati alunan musik lokal tradisional di wahana hiburan Obyek Wisata Baturraden. Tak sedikit dari mereka yang menyempatkan berjoged bersama sembari meregangkan otot saat setelah perjalanan.  Selain itu diantara momen yang tak lama di tempat wisata mereka juga menyempatkan diri berfoto ria dan tak lupa mereka membeli oleh-oleh cindera mata khas Baturraden.

Sangat antusias rupanya kegiatan positif ini sebagai cara berekreasi bersama tentunya bisa menjalin keakraban antar anggota yang mempunyai latar belakang profesi yang berbeda-beda. Rombongan bergegas pulang setelah keadaan cuaca mulai hujan sekitar pukul dua siang. Menurut Musalafan koordinator perjalanan  “Kegiatan serupa rencananya akan diadakan kembali pada bulan Oktober 2017 dengan agenda destinasi wisata Yogyakarta”, ungkapnya saat sebelum rombongan memulai perjalanan pulang.


Tuesday 1 August 2017

Nilai Kebersamaan Salim Salaman

Di antara meriahnya suasana Hari Raya Idul Fitri 1438 H Majlis Masyarakat Maiyah Suluk Pesisiran merangkainya dalam sebuah nilai-nilai kebersamaan dengan mengambil tema Salim Salaman. Bertempat di Aula Pendopo Kecamatan Kedungwuni Pekalongan kegiatan maiyah rutinan dihadiri oleh segenap penggiat Maiyah Suluk Pesisiran, Bhaurekso Kendal dan juga sedulur Maiyah Pemalang. Acara dimulai pada pukul 21.30 dengan diiringi grup Sholawatan Lintang Kerti dari Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan.

Mengawali acara maiyahan Mas Eko Suprihan kembali mengingatkan bahwa edisi Maiyah Suluk Pesisiran kali ini adalah yang ke-20 artinya kegiatan rutinan ini sudah hampir 2 tahun berjalan. Kemudian dalam mukadimah acara Gus Muhib memaparkan bahwasanya, “Salim salaman di masyarakat Pekalongan selalu identik dengan Hari Raya Idul Fitri”, tegasnya. Namun beliau juga mempertanyakan kepada jamaah, “Mengapa tradisi tersebut tidak dilakukan setiap hari?”, tentunya ini sebagai sesuatu yang menarik dibahas lebih lanjut bersama narasumber Gus Asep, Kang Ribut, Pak Suryo dan sedulur-sedulur penggiat maiyah lainnya.

Masih mengenai beberapa hal yang menjadi tambahan kaidah-kaidah mengenai salim salaman yaitu menurut Mas Eko Suprihan dalam paparannya mengatakan, “Adapun salim ada proses kontak batin minimal antara dua individu manusia yang saling mengingatkan”. Selain itu beliau juga memberikan pengertian, “Dari situlah akan muncul sifat saling menyelamatkan manusia satu dengan lainnya”. Tidak berhenti sampai disini ternyata salim salaman diperlukan kekuatan untuk meruntuhkan ego dari sifat fitrah manusia, paparnya. Samakin banyak poin-poin yang ditambahkan oleh moderator maka jamaah yang hadir sudah mulai terbuka  mengenai pandangan  nilai-nilai salim salaman
                       
Perlahan respon jamaah maiyah yang hadir mulai bermunculan. Dimulai dari Robi yang menanyakan, “Apa sih sebenarnya perbedaan salim dan salaman?”, tanya pemuda yang diketahui barasal Kraton Pekalongan. Lain halnya apa yang oleh dirasakan Budi yang menanyakan, “Sebenarnya tujuan dari salaman itu apa?”, tegasnya dalam sesi diskusi kepada jama’ah maiyah. Ternyata ada juga yang merespon baik, “Saya berharap bahwa kegiatan rutinan Maiyah Suluk Pesisiran ini bisa keliling dari satu daerah ke daerah lain misalnya di Kecamatan Bandar tempat tinggal saya”, ucap Yogi salah satu jamaiyah yang sudah 2 kali ini mengikuti Maiyah Suluk Pesisiran.

Menanggapi beberapa pertanyaan dari jamaah maiyah Gus Asep menerangkan mengenai kepasrahan manusia kepada Allah SWT. Seberapapun kekuatan yang terdapat dalam diri manusia pada titik baliknya sebenarnya manusia adalah makhluk lemah. Dari sini penyadaran mengenai kepasrahan mengakui kesalahan harus dimiliki sebagai dasar saling memaafkan satu sama lain.

Menurut Pak Suryo, nilai yang dapat diambil dari kegiatan  salim dan salaman yaitu dengan menyentuh tangan dapat menunjukkan kesetaraan (saling menghargai) tanpa memandang status sosial. Kemudain atas bertautnya tangan tidak hanya bersentuhan secara fisik akan tetapi pertautan hati (rohani). Di sela-sela acara tersebut beliau juga mengingatkan bahwa salim dan salaman tidak hanya pertautan antar manusia melainkan ke seluruh alam berupa rasa syukur atas nikmat  yang Allah SWT berikan.

Sebagai praktisi pendidikan Kang Ribut memberikan sedikit wacana sebelum salim salaman kepada orang lain maka alangkah baiknya menyalami diri sendiri. Kadang kita meminta maaf kepada diri sendiri. Artinya pada setiap manusia hendaknya mengerti tentang sesuatu yang menjadi hak dan kewajibannya. Terkadang manusia pun tidak tahu bahwa sebenarnya tubuhnya perlu beberapa istirahat namun tetap saja bandel menganggap sesuatunya bisa bertahan. Seperti halnya sedikit pengalaman beliau ketika akan merasa sakit maka yang dilakukan hanya istirahat total atau membangun pikiran positif dengan demikian maka tubuh akan timbul sistem imunitas alami meski pada fase tertentu membutuhkan  tindakan disiplinilmu kesehatan.

Menanggapi tema maiyahan salim salaman Mas Joko selaku penggiat maiyah di Pekalongan, beliau memaparkan budaya salim salaman bangsa Indonesia  sudah ada dalam zaman nenek moyang. Ada berbagai konteks salim, konteks salim sesama manusia, alam, suku, bangsa dan masih banyak lagi perspektif lainnya. Selain itu juga Mas Joko menekankan pada dasarnya maiyah itu menikmati proses bukan menanti hasil oleh karena itu salim salaman memaiyahkan hati kita. Jangan kira permaafan itu hanya manusia melainkan ada rangkaian permaafan kepada Allah SWT. Salim salaman berupa permaafan adalah sifat kebaikan yang penting dimiliki manusia.

Memuncaki acara maiyahan diisi oleh penampilan lagu-lagu kebangsaan oleh Suma Budhaya yang membawakan judul lagu Rayuan Sunda Kelapa, Indonesia Pusaka dan juga tak kalah menariknya lagu Sing Keri Cokot Boyo syarat akan pesan religinya. Kemudian di puncak acara Lintang Kerti mengiringi alunan dizikir Duh Gusti dan Shohubul Baiti yang dilanjutkan dengan saling bersalim salaman seluruh jamaah maiyahan.
.