Saturday, 19 October 2019

Jum'at Hari Pendek


Pagi setelah sarapan di warung megono Mbak Jum. Wajah Lek Karyo mengrenyit merasa aneh. Keganjilan itu saat setelah mendengar Mbah Witro, dukun sunat tersohor di kampung, sedang ngobrol bersama kliennya melalui ponselnya,
"Jum'at itu hari pendek mas jadi saya tidak bisa ke rumahe njenengan", ungkap Mbah Witro.
Setelah obrolan ditutup, Lek Karyo kemudian berseloroh,
"Mbah Wit, kok sampeyan ngatain Jum'at itu hari yang pendek maksudnya bagaimana?",
"Owalah itu Lek Yo....Jum'at itu kan waktunya terpotong untuk sholat Jum'at jadi kayak lebih singkat!", ujar Mbah Wit.
Sembari membetulkan tas kotak perabotan dukun sunat tersebut Mbah Witro mencoba menjelaskan.
"Jadi karena sampeyan mempersiapkan sedemikian rupa menjadi alasan hari itu hari pendek Mbah ?Lho kalau hari biasa emang panjangnya berapa meter?", tanya Lek Karyo.
"Kok jadi tanya ukuran panjangnya berapa?kalau hari biasa kan engga ada perisiapan mandi sebelum ibadah Lek. Jadi lebih simpel,"jawab Mbah Wit.
"Seumpama sampeyan engga mandi apa masih tetap mengatakan hari pendek Mbah?", tanya kembali Lek Karyo.
"Yo masih Lek Karyo, kok kayaknya menarik sekali sepertinya antara hari pendek dan hari panjang. Kayak Mak Erot saja suka menanyakan panjang dan pendek ukuran"
"Kalau hari pendek berarti jamnya engga sampai 24 jam tho Mbah? menurutku sih ini masalah persepsi saja. Kok engga menamakan hari Jum'at sebagai hari istimewa saja. Padahal ini kan sebenarnya urusan kebiasaan orang kantoran agar durasinya lebih bisa slow. Juga sebagai waktu untuk bersantai saja menjelang akhir pekan", jawab Lek Karyo.
"Walah bener juga Yo Lek?", sergah Mbah Wit.
"Bagi pekerja buruh batik malah berharap jika hari Jum'at itu lebih panjang, karena mereka ingin merasa lebih lama menikmati hari liburan", tegas Lek Karyo.
"Owalah ... Begitu tho, kadang saya ini kok suka ikut-ikutan kebiasaan orang kantor ya yang engga tahu juntrungnya", jawab Mbah Tris naik sepeda onthel butut miliknya.

No comments:

Post a Comment