Friday, 10 November 2017

Bos Pertamini

Entah saya harus belajar bersama dengan beliau meskipun dimulai dari dini hari sekedar ngobrol ngalor-ngidul tak jelas jluntrungnya. Kesempatan yang tiap harinya cuma dalam aktifitas membeli bensin dalam batasan waktu yang singkat. Ini membuat lebih penasaran tentang keramahan bahkan menjadi motivasi bagi sejawatnya.

"Bang... bensin 1 botol", biasanya pintaku kepada beliau.
"Ohh..ya mas,..meh neng endi kiye Mas?", jawabnya sambil cengingas cengingis membawa botol beserta corong plastik yang ujungnya dikasih selang.
"Biasa Bang...ngukur dhalan.."sambil buka masker bales cengengesannya bergaya speak-speak zero (omong2 kosong) yang saya pun tahu ini hanya sekedar trik SKSD berkepanjangan.
Tanpa diperintah kemudian Bang Edi menutup tangki bensin dan kemudian beliau bilang, "Uwes mas..." kemudian berlalu, tanpa menagih uang.

Sebagai pembeli yang budiman, tentunya juga gak mau ngeluyur bablas begitu saja. Mau tidak mau harus menyandarkan motor ke samping kemudian memberikan sejumlah uang sebagai alat pembayaran yang sah menurut undang-undang.

Dialektika singkat tersebut ternyata membuat pelanggannya bergantian terus mengisi bensin di tokonya hingga sekarang meski di bombardir sana-sini dengan model bensin menggunakan mesin pompa PERTAMINI listrik.
Di antara pedagang bensin eceran yang belum penuh terisi 1 botol, Bang Edi sudah berani spekulasi dengan mengisi penuh botol bensin tanpa disisakan ruang udara bagian atas. Cara ini dilakukan sudah 7 tahun berjalan dengan usaha dagang yang beliau tekuni.

Saya terus mengamati polah tingkah bapak 2 anak ini yang juga mempunyai hobi naik motor Honda Grand Livina tahun 1996 yang kemarin saja konon baru di ganti lampu LED, tegas beliau dalam percakapan memodifikasi motor kesayangannya.

Kalau di jadikan sebuah penelitian kuantitatif hasil pengambilan data telah mengalami masa observasi selama 7 tahun. Artinya saya bisa menentukan bahwa ada korelasi antara memberikan sesuatu yang lebih kepada pelanggan terhadap kepuasan pelanggan yang berkelanjutan. Terlalu jlimet dan teoritis dan itu kalau saya jadikan skripsi paling cuma di lirik oleh kaum teoritikal dan diberi senyum paksaan.

Upaya beliau kini membuahkan hasil dari seluruh pedagang bensin eceran hampir 90% sudah meniru hal sepele yang dilakukan oleh Bang Edi. Satu botol penuh sebagai syarat utama penjual bensin eceran tanpa ada pengurangan ruang penguapan.

Namun semuanya itu tidak pernah bisa meniru cara keramahan serta logat SKSD nya yang garing. Cara ini seolah olah sudah menjadi standar opersionalnya (SOP) dengan menutup kembali tanki saat setelah melakukan pengisian bensin. Menurut saya sampai saat ini hanya Bang Edi yang bisa melakukannya.


No comments:

Post a Comment