Sunday, 26 November 2017

Adik Kelas

Hampir 8 tahun ini, saya tidak bertemu dengan adik kelas yang dulu pernah satu jurusan waktu kuliah. Lebih enak dipanggil Maya. Jarak terpisah antar pulau tepatnya Pulau Kalimantan. Penempatan bekerja menjadi alasan yang patut diutarakan bahwa lulusan dari jurusan kuliah saya tersebar di berbagai daerah. Suatau saat Maya menghubungi saya melalui whatsapp massanger. Bersama suami serta anak perempuan tersingkap kebahagiaan keluarga kecil yang dibangunnya. Melalui foto akun pribadi whatsapp  buah hati itu tersenyum bahagia ini yang membuat aku segera membuka laptop kemudian menulis beberapa cerita tentangnya.

Dulu Maya bekerja pada divisi bagian pengelolaan kesehatan.di area pertambangan lepas. Jadi, meskipun ada tim yang bekerja di lapangan, Maya tetap standby jaga kandang di kantor bidang kesehatan. Kabar itu saya dapatkan dari beberapa teman yang juga pernah ikut dalam tim yang sama. Konon masih satu perusahaan outshourching hanya saja beda penempatannya. Terkadang yang bekerja di perusahaan ini, masuk keluar hutang adalah hal biasa ditempuh menuju area pertambangan.

Saya jadi ingat terakhir pas sekitar tahun 2011, waktu itu dia pernah memesan kepada saya sebuah handycraft berupa canting khas Pekalongan diletakkam berjejer dibalik kaca pigura, katanya buat oleh-oleh Pak Bosnya yang dari Australi. Pesanan itu berupa 3 canting yang saya bingkai rapi dengan kaca. Kemudian aku paketkan, tapi sayang sampai tujian canting-canting tersebut harus berantakan karena pengiriman yang kurang bersahabat.
Sewaktu kuliah, saya mempunyai teman sebut saja namanya Gombloh tentunya ini nama samaran agar begitu mudah diingat. Gombloh punya pacar namanya Sri yang tak lain juga temannya Maya satu kelas. Usut punya usut ternyata Maya menyimpan rasa suka kepada saya. Tidaklah saya merasa GR ataupun terlalu bangga diri terhadap kabar yang disampaikan oleh Sri yang pernah megutarakan pesan dari Maya, Saya seakan tidak terjadi apa-apa dan saya sampaikan kita hanya sebatas pertemanan satu jurusan kuliah.

Saya juga merasakan dari gerak geriknya Maya saat jalan-jalan bareng Gombloh, Sri, Kodok, Koko dan Anto di dekat kampus Undip pagi itu.  Dari kontrakan kita bertujuh jalan kaki menuju komplek perumahan sekitaran kampus menuju WIDYA PURAYA atau sering disebut perpustakaannya Undip. Curi-curi pandang yang diam-diam dilakukan oleh Maya pun akhirnya ketahuan saat tiba-tiba, saat pandangan itu sama dalam satu momen saling bertatap, Maya tertunduk menahan senyum.

Kini Maya telah menikah dengan laki-laki yang saya pun tak kenal jelas jluntrungnya.  Saya kira jodohnya itu benar-benar disiapkan oleh Tuhan sebagai seorang pengayom yang berbudi mulia. Semoga semua anggapan itu benar menorehkan kebahagiaan untuk mereka.

No comments:

Post a Comment