Hampir
8 tahun ini, saya tidak bertemu dengan adik kelas yang dulu pernah satu
jurusan waktu kuliah. Lebih enak dipanggil Maya. Jarak terpisah antar pulau
tepatnya Pulau Kalimantan. Penempatan bekerja menjadi alasan yang patut diutarakan
bahwa lulusan dari jurusan kuliah saya tersebar di berbagai daerah. Suatau saat
Maya menghubungi saya melalui whatsapp massanger.
Bersama suami serta anak perempuan tersingkap kebahagiaan keluarga kecil yang
dibangunnya. Melalui foto akun pribadi whatsapp
buah hati itu tersenyum bahagia ini yang membuat aku segera membuka
laptop kemudian menulis beberapa cerita tentangnya.
Dulu
Maya bekerja pada divisi bagian pengelolaan kesehatan.di area pertambangan
lepas. Jadi, meskipun ada tim yang bekerja di lapangan, Maya tetap standby jaga
kandang di kantor bidang kesehatan. Kabar itu saya dapatkan dari beberapa teman
yang juga pernah ikut dalam tim yang sama. Konon masih satu perusahaan outshourching hanya saja beda
penempatannya. Terkadang yang bekerja di perusahaan ini, masuk keluar hutang
adalah hal biasa ditempuh menuju area pertambangan.
Saya
jadi ingat terakhir pas sekitar tahun 2011, waktu itu dia pernah memesan kepada
saya sebuah handycraft berupa canting
khas Pekalongan diletakkam berjejer dibalik kaca pigura, katanya buat oleh-oleh
Pak Bosnya yang dari Australi. Pesanan itu berupa 3 canting yang saya bingkai
rapi dengan kaca. Kemudian aku paketkan, tapi sayang sampai tujian
canting-canting tersebut harus berantakan karena pengiriman yang kurang
bersahabat.
Sewaktu
kuliah, saya mempunyai teman sebut saja namanya Gombloh tentunya ini nama
samaran agar begitu mudah diingat. Gombloh punya pacar namanya Sri yang tak
lain juga temannya Maya satu kelas. Usut punya usut ternyata Maya menyimpan
rasa suka kepada saya. Tidaklah saya merasa GR ataupun terlalu bangga diri
terhadap kabar yang disampaikan oleh Sri yang pernah megutarakan pesan dari
Maya, Saya seakan tidak terjadi apa-apa dan saya sampaikan kita hanya sebatas
pertemanan satu jurusan kuliah.
Saya
juga merasakan dari gerak geriknya Maya saat jalan-jalan bareng Gombloh, Sri,
Kodok, Koko dan Anto di dekat kampus Undip pagi itu. Dari kontrakan kita bertujuh jalan kaki
menuju komplek perumahan sekitaran kampus menuju WIDYA PURAYA atau sering
disebut perpustakaannya Undip. Curi-curi pandang yang diam-diam dilakukan oleh
Maya pun akhirnya ketahuan saat tiba-tiba, saat pandangan itu sama dalam satu
momen saling bertatap, Maya tertunduk menahan senyum.
Kini
Maya telah menikah dengan laki-laki yang saya pun tak kenal jelas jluntrungnya. Saya kira jodohnya itu benar-benar disiapkan
oleh Tuhan sebagai seorang pengayom yang berbudi mulia. Semoga semua anggapan
itu benar menorehkan kebahagiaan untuk mereka.
No comments:
Post a Comment