Sunday, 26 November 2017
Sambel Kecap
Hidup ini sesimpel rasanya
sambel kecap, berasa manis, pedas, asem dan getir, bersatu padu dalam tiap hidangan,
apapun sandingannya. Seperti nasehat dari Mas Sabrang yang kurang lebih,
"Kebahagiaan itu harus diciptakan dari diri sendiri, maka pandai-pandailah
memaknai sekecil apapun bagian hidup kita". Sambel kecap adalah hal paling
simpel dibuat tanpa babibu 5 menit siap saji, bisa tambah enak lagi, tinggal
minta langsung dihidangkan, "Suargo ndunyo
sampean" tegas pakai tanda pentung.
Paling banter tanpa pakai
keblinger yaitu bisa menghindari kolesterol, asam urat dan sebagainya. Sambal
kecap tetap enak saat dicocol dengan tempe goreng layaknya keserasian batik
sarimbit khas Pekalongan, ampuh sebagai pengganjal lapar. Bagi saya, itu sudah
melebihi makan di kentucky yang jargon iklannya sangat membohongi
publik,"...Jagonya Ayam". Orang Indonesia sudah paham bener, kalau
jago ya mesti ayam masa kambing, apalagi kelinci di logo majalah playboy.
Sedikit dari setiap tetes kecap
manis yang terbuat dari kedelai hitam malika masih menyisakan cerita. Setiap
terbit iklan yang pajaknya dihitung 2% sebagai PPh biaya harus dibayarkan oleh
wajib pajak. Artinya untuk memasarkan produknya perusahaan kecap harus tetap
memberikan sumbangsih kepada pembangunan negara. Berarti seandaiya saya makan
sambel kecap, saya tidak berdosa, paling tidak masih berkontribusi secara tidak
langsung dan masih bisa menjadi peserta percontohan masyarakat cinta NKRI harga
mati.
Rasa pedasnya cabai setan yang
tak surut bagi petani untuk menahan nada tinggi para depkolektor saat menagih
angsuran motor miliknya. Harapannya, itu semua tidak terjadi, karena di tiap
hasil panennya mereka terus berdoa agar tetap eksis di bidang cocok tanam
minimal kembali modal dan sisanya untuk membayar angsuran. Lestarinya petani
cabe tergantung dengan jumlah kebutuhan konsumsi dari masyarakat khususnya
dalam negeri, maka berlombalah makan pedas agar komoditas cabe turut naik
signifikan.
Asemnya rasa tomat masih enak
dinikmati, dibandingkan dengan saus tomat yang proses pembuatannya tidak semua
orang mengetahui pastinya. Sambel kecap ini bisa sebagai alternatif pengganti
saus. Konsep sederhananya "Semakin makanan berbeda bentuk dari bahan
awalnya, maka akan semakin enak rasanya, namun bisa jadi tidak selaras dengan
kebutuhan tubuh kita", ini hanya slogan teori yang srugal-srugul dan
jangan sekali-kali dipercaya.
Terakhir menurut saya bawang
merah itu berasa getir. Jadi ingat analogi lirik GETIR, sebuah lagu yang
dibawakan oleh Pas Band feat. Reza Artamevia, "Tlah Kucoba Menghindari
Semua Getiran Mimpi Yang Menghampiri". Seakan kekhawatiran ini juga
dirasakan oleh para petani bawang dari pagi hingga sore petani bawang untuk
menjaga kondisi air saat masa tanamnya. Tanpa lain agar hasil panennya mencapai
target yang diharapkan.
Yah...selain enak sambal kecap
sebagai cerminan ekspresi campur aduk dari masing-masing contoh realitas
kehidupan masyarakat, termasuk saya.
Adik Kelas
Hampir
8 tahun ini, saya tidak bertemu dengan adik kelas yang dulu pernah satu
jurusan waktu kuliah. Lebih enak dipanggil Maya. Jarak terpisah antar pulau
tepatnya Pulau Kalimantan. Penempatan bekerja menjadi alasan yang patut diutarakan
bahwa lulusan dari jurusan kuliah saya tersebar di berbagai daerah. Suatau saat
Maya menghubungi saya melalui whatsapp massanger.
Bersama suami serta anak perempuan tersingkap kebahagiaan keluarga kecil yang
dibangunnya. Melalui foto akun pribadi whatsapp
buah hati itu tersenyum bahagia ini yang membuat aku segera membuka
laptop kemudian menulis beberapa cerita tentangnya.
Dulu
Maya bekerja pada divisi bagian pengelolaan kesehatan.di area pertambangan
lepas. Jadi, meskipun ada tim yang bekerja di lapangan, Maya tetap standby jaga
kandang di kantor bidang kesehatan. Kabar itu saya dapatkan dari beberapa teman
yang juga pernah ikut dalam tim yang sama. Konon masih satu perusahaan outshourching hanya saja beda
penempatannya. Terkadang yang bekerja di perusahaan ini, masuk keluar hutang
adalah hal biasa ditempuh menuju area pertambangan.
Saya
jadi ingat terakhir pas sekitar tahun 2011, waktu itu dia pernah memesan kepada
saya sebuah handycraft berupa canting
khas Pekalongan diletakkam berjejer dibalik kaca pigura, katanya buat oleh-oleh
Pak Bosnya yang dari Australi. Pesanan itu berupa 3 canting yang saya bingkai
rapi dengan kaca. Kemudian aku paketkan, tapi sayang sampai tujian
canting-canting tersebut harus berantakan karena pengiriman yang kurang
bersahabat.
Sewaktu
kuliah, saya mempunyai teman sebut saja namanya Gombloh tentunya ini nama
samaran agar begitu mudah diingat. Gombloh punya pacar namanya Sri yang tak
lain juga temannya Maya satu kelas. Usut punya usut ternyata Maya menyimpan
rasa suka kepada saya. Tidaklah saya merasa GR ataupun terlalu bangga diri
terhadap kabar yang disampaikan oleh Sri yang pernah megutarakan pesan dari
Maya, Saya seakan tidak terjadi apa-apa dan saya sampaikan kita hanya sebatas
pertemanan satu jurusan kuliah.
Saya
juga merasakan dari gerak geriknya Maya saat jalan-jalan bareng Gombloh, Sri,
Kodok, Koko dan Anto di dekat kampus Undip pagi itu. Dari kontrakan kita bertujuh jalan kaki
menuju komplek perumahan sekitaran kampus menuju WIDYA PURAYA atau sering
disebut perpustakaannya Undip. Curi-curi pandang yang diam-diam dilakukan oleh
Maya pun akhirnya ketahuan saat tiba-tiba, saat pandangan itu sama dalam satu
momen saling bertatap, Maya tertunduk menahan senyum.
Kini
Maya telah menikah dengan laki-laki yang saya pun tak kenal jelas jluntrungnya. Saya kira jodohnya itu benar-benar disiapkan
oleh Tuhan sebagai seorang pengayom yang berbudi mulia. Semoga semua anggapan
itu benar menorehkan kebahagiaan untuk mereka.
Antri
Jadi, siang ini"mak jegagik" alias tiba-tiba teringat
Mas Ridho Rhoma yang mengaransemen kembali judul lagu "menunggu"
ciptaan seorang ayah, maestro "dangdut is music of my country"-nya
Indonesia. Musik yang bisa diterima ke aliran pop, malah bisa memberikan nuansa
baru meskipun lirik serta cengkoknya masih melekat erat membalut keseluruhan
lagu yang pernah hits nilainya kala itu. Nilai plus lain adalah kegantengan
beliau meskipun dikembalikan oleh relatifitas publik. Ini menyerobot penilaian
orang awam seperti saya sebagai sosok "good looking" tetap patut ada
pada pria kelahiran 28 tahun silam ini.
Lalu, apa yang bisa diambil dari
kata judul tersebut?
Lebih dipersempit lagi, saya
mengkontradiksikan dengan kejadian "nyelonong" semaunya sendiri,
dengan istilah antri yang seharusnya mudah ditemui oleh semua lapisan
masyarakat.
Bak kemarau panjang, mata air
tersebut tampak sebagai fatamorgana. Krisis nilai mengantri terus merebak,
malah berani merampas bahkan menghardik koridor jalur utama sebagai jalan aturan,
juga termasuk efek dari sebuah tatanan pengakaran kemudian tumbuh subur sebagai
birokrasi hingga sekarang.
Tidak jarang saya mendengar
celoteh ibu-ibu yang konon betah antri di kasir mall lalu bergumam, "Aku
kok ora betah nek kon antri pas wayah perikso neng puskesmas utowo rumah sakit,
mesti suwe".
Demikian pula ada tipikal
bapak-bapak yang gemar mengantri di warung ayu, meski yang melayani
"slundap-slundup", membuat kopi 3 menit, namun guyon colak-coleknya
hingga 15 menit. Seakan memperkuat argumennya, "Ah...bener omongane
sampeyan, nek meh perikso ngentenanane suwe".
Jikalau amnesia itu bukan
kelainan atau penyakit pasti saya setuju perihal itu sebagai kelalaian yang
disengaja, beranalogi dengan cuplikan lagu,"lali tenan opo pancen
nglali", kata Didi Kempot di Stasiun Balapan.
Karena di situasi lain ada respon
yang berbeda, tapi masih dalam fragmen yang sama yaitu mengantri dalam
pelayanan publik. Berlaku pada pelayanan publik di antaranya bank, koperasi
simpan pinjam atau sejenisnya yang berhubungan dengan utang piutang.
Tiap kali bersinggungan dengan
seorang teller, gincu merah, parfum yang tidak ditemui di pasaran, serta kulit
putih khas perawatan krim pagi malam itu benar-benar menghipnotis ruang batas
sadar para khalayak nasabah. Kalau saja saya tidak malu, saya tidak sungkan-sungkan
bertanya, "Mbak, pakai merek parfum apa sih, kok bau parfumnya tidak ada
di etalase Indomaret?".
Semuanya itu adalah hasil dari
tunjangan kecantikan atas tuntutan menarik dihadapan nasabah. Disadari ataupun
tidak semua itu sebagian diambil dari bea pinjaman, benar-benar tidak gratis
dan ternyata efektif membuat para nasabah bisa betah berlama-lama termasuk
dalam ruangan ber-AC.
Tidak berhenti disitu saja,
kesabaran nasabah ternyata masih bertahan. Tatkala harus duduk mengantri
pencairan dana pinjaman. Meski sang manajer bank sedang mengadakan rapat
tertutup dengan bapak direksi. Sekonyong-konyongnya, niatan dari semalam suntuk
menikmati durian runtuh pinjaman bank itu segera terjadi hari ini juga.
Sangat berbeda memang, pada
kondisi serta situasi yang mengharuskan harus mempunyai pandangan yang sama
tentang budaya mengantri. Maka seyogiyanya dalam diri manusia mempunyai jiwa
pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, berkedaulatan penuh dan berkeadilan
sosial. Pada diri manusia mempunyai upaya untuk membenamkan prinsip kemudian
berdaulat penuh atas keputusanya, lalu berniat "Antri adalah
budayaku". Sedangkan, berjiwa keadilan sosial mampu berusaha meletakkan
kesulitan yang sama pada situasi yang berbeda, namun bisa memerankan keadilan
dalam proses yang sama.
Jika orang tersebut benar-benar
ada, sudah selayaknya memegang prisip NKRI harga mati dan pro pancasila serta
Undang Undang Dasar 1945.
Suami Zaman Now
Saya masih mengamati beberapa
sampel tipikal suami ideal idaman para istri. Perhatian, pekerja keras, lemah
lembut, taat beribadah, penurut, baik hati, suka menolong, tidak sombong, suka
menabung dan rajin menjahid. Apabila ada 5 kriteria di atas, cukup Anda sebagai
istri bolehlah senyum-senyum sendiri di balik pintu kamar. Segera urungkan niat
untuk menuntut wajah suami, harus di vermak seperti Lee Min Ho yang konon bikin
"greng", kaum hawa se antero jagad khususnya penggemar drama Korea.
Tidak usah pula suami Anda
dipaksakan untuk menggunakan krim wajah pagi malam, sekedar mengencangkan serta
memutihkan kulit. Kecuali suami Anda seorang esklamud (es klapa muda) eh,
eksmud (eksekutif muda) yang harus bertemu dengan klien bisnis dan penampilan
itu bisa membuat janji proyek segera di acc lalu beberapa hari kemudian
langsung bayaran.
Nyatanya manusia itu tidaklah
sempurna, itulah hipotesis sementara untuk meredam gejolak kesungkanan saya
memulai survei dari setiap pasangan yang terlihat romantis hingga ke media
sosial.
Lalu apa menariknya dari seorang
laki-laki dari pasangan Anda yang disebut sebagai suami?
Laki-laki itu mempunyai habitat
sebagai makhluk luar ruangan dari segala aktifitasnya selain kewajibannya dalam
keluarga. Sejak kanak-kanak laki-laki mempunyai jangkauan bermain lebih jauh
dan lebih ingin tahu hal-hal baru di sekitarnya. Beda dengan perempuan dari
kecil lebih pantas bermain masak-masakan di teras rumah. Karena selama itu
positif tidak lah menjadi alasan untuk terus tumbuh dan berkembang.
Lalu, apakah semuanya itu
berhenti begitu saja?
Menurut saya, itu akan berlanjut
dalam dimensi instrumen serta ruang waktu yang sangat berbeda. Artinya
laki-laki berpotensi mempunyai kecenderungan untuk melestarikan kegemaran
(hobi) dalam rentang waktu yang cukup lama. Bisa jadi, akan bersifat kontinyu
meskipun tetap ada pasang surut durasi "gandrung" terhadap hobinya.
Mengarah ke sisi lain yang tak
kalah pentingnya yaitu biaya, atau orang jawa sering menyebut
"ragad". Saya jadi ingat slogan penyemangat dari penghobi turing
"touring" sepeda motor, "wani ragad, wani turing". Dahi
saya mengkerinyit menafsiri bahwa berjuta-juta biaya modikasi harus sepadan
dengan tekad bulat keberanian turing luar kota bahkan provinsi pantang mundur,
nada tinggi dan berapi-api.
Karena laki-laki lebih suka di
luar ruangan maka segala macam trik cara termasuk "ngibulin" biaya
hobinya, ia masih tetap sebagai juaranya. Di antaranya tips-tips merayu agar
nota kesepakatan dari ibu menteri keuangan bisa segera terealisasikan tanpa
syarat dan keterangan berlaku kepadanya.
Kemudian seperti apa tentang hobi
seorang laki-laki?
Seperti layaknya ketika
anak-anak. Bermain sepeda contohnya mutar-muter meskipun capek tetap saja tidak
bakalan diam. Bisa jadi kecenderungan ini tetap dilestarikan sebagai pesepeda,
pembalap atau lainnya.
Suka merusak mainan atau perabot
rumah tangga. Jangan anggap ini merusak, sisi lain bisa berarti bahwa tingkat
rasa ingin tahunya anak lebih besar. Semua itu bisa berindikasi bahwa hobinya
akan tidak jauh dari otomotif suka memodifikasi kendaraan meskipun pada
akhirnya terima bongkar tidak terima pasang.
Kalau anak suka jalan-jalan
menyusuri desa layaknya SI BOLANG maka bisa jadi akan diteruskan sebagai
seorang traveller bisa melancong ke pelosok negeri, itu nasibnya berpihak,
kalau tidak ya cukup nganter istri berlibur ke mall katanya pahalanya berlipat
ganda.
Patut dicermati lebih dalam
apabila semenjak kecil anak laki-laki Anda menyukai film kartun, robot serta
game baik dari android. Bisa diprediksi hobi nantinya tidak jauh yang namanya
menonton maen game, nonton film kartun dan mengkoleksi robot-robotan hingga
satu almari penuh.
Lalu apa tugas seorang istri atas
fenomena naluri dari seorang suami?
Jawabannya simpel dan tidak harus
mengeluarkan energi terlalu banyak. Tarik nafas dalam-dalam, lalu kecup kening
suami.
InsyaAllah suami akan terus setia
menjalankan amanatnya karena menurutnya selama hobi itu positif maka karaoke
dan club malam akan tetap buka, namun suami Anda tidak akan masuk dalam list
razia satpol Pamong Praja, pada ke esokan hariya.
Terakhir...
Tidak ada hobi murah, kecuali hobi
"ngrasani" yaitu meng-ghibah, mendiskusikan kejelekan orang lain.
Malah apabila hobi tersebut dipelihara dengan baik, maka nominasi sebagai juara
"tukang maido" bisa diraih dari skala rumah tangga membahas hijaunya
rumput hingga selimut tetangga. Sampai sekala nasional ngerumpi bicara
perpolitikan lalu men-share berita yang tak jelas jluntrungnya. Semoga statemen
terakhir tidak terjadi pada suami zaman now seperti Anda.
Friday, 10 November 2017
Bos Pertamini
Entah saya harus belajar bersama
dengan beliau meskipun dimulai dari dini hari sekedar ngobrol ngalor-ngidul tak
jelas jluntrungnya. Kesempatan yang tiap harinya cuma dalam aktifitas membeli
bensin dalam batasan waktu yang singkat. Ini membuat lebih penasaran tentang
keramahan bahkan menjadi motivasi bagi sejawatnya.
"Bang... bensin 1
botol", biasanya pintaku kepada beliau.
"Ohh..ya mas,..meh neng endi kiye Mas?", jawabnya sambil cengingas cengingis membawa botol beserta corong plastik yang ujungnya dikasih selang.
"Ohh..ya mas,..meh neng endi kiye Mas?", jawabnya sambil cengingas cengingis membawa botol beserta corong plastik yang ujungnya dikasih selang.
"Biasa Bang...ngukur
dhalan.."sambil buka masker bales cengengesannya bergaya speak-speak zero
(omong2 kosong) yang saya pun tahu ini hanya sekedar trik SKSD berkepanjangan.
Tanpa diperintah kemudian Bang
Edi menutup tangki bensin dan kemudian beliau bilang, "Uwes mas..."
kemudian berlalu, tanpa menagih uang.
Sebagai pembeli yang budiman,
tentunya juga gak mau ngeluyur bablas begitu saja. Mau tidak mau harus
menyandarkan motor ke samping kemudian memberikan sejumlah uang sebagai alat
pembayaran yang sah menurut undang-undang.
Dialektika singkat tersebut
ternyata membuat pelanggannya bergantian terus mengisi bensin di tokonya hingga
sekarang meski di bombardir sana-sini dengan model bensin menggunakan mesin
pompa PERTAMINI listrik.
Di antara pedagang bensin eceran
yang belum penuh terisi 1 botol, Bang Edi sudah berani spekulasi dengan mengisi
penuh botol bensin tanpa disisakan ruang udara bagian atas. Cara ini dilakukan
sudah 7 tahun berjalan dengan usaha dagang yang beliau tekuni.
Saya terus mengamati polah
tingkah bapak 2 anak ini yang juga mempunyai hobi naik motor Honda Grand Livina
tahun 1996 yang kemarin saja konon baru di ganti lampu LED, tegas beliau dalam
percakapan memodifikasi motor kesayangannya.
Kalau di jadikan sebuah
penelitian kuantitatif hasil pengambilan data telah mengalami masa observasi
selama 7 tahun. Artinya saya bisa menentukan bahwa ada korelasi antara
memberikan sesuatu yang lebih kepada pelanggan terhadap kepuasan pelanggan yang
berkelanjutan. Terlalu jlimet dan teoritis dan itu kalau saya jadikan skripsi
paling cuma di lirik oleh kaum teoritikal dan diberi senyum paksaan.
Upaya beliau kini membuahkan
hasil dari seluruh pedagang bensin eceran hampir 90% sudah meniru hal sepele
yang dilakukan oleh Bang Edi. Satu botol penuh sebagai syarat utama penjual
bensin eceran tanpa ada pengurangan ruang penguapan.
Namun semuanya itu tidak pernah
bisa meniru cara keramahan serta logat SKSD nya yang garing. Cara ini seolah
olah sudah menjadi standar opersionalnya (SOP) dengan menutup kembali tanki
saat setelah melakukan pengisian bensin. Menurut saya sampai saat ini hanya
Bang Edi yang bisa melakukannya.
Thursday, 9 November 2017
Meniti Adrenaline Jalur Sepeda Desa Rogoselo Kecamatan Doro
Reportase Gowes Bareng Portall
Jika
mendengar Desa Rogoselo tentunya sangat
terkenal dengan keindahan alam hutan karet serta ekowisata perairan jernih
sebagai pemasok air bersih di wilayah Pekalongan dan sekitarnya. Desa yang
terletak di Kecamatan Doro Kabupaten Pekalongan ini ternyata juga menyimpan
sisi eksotis lain yaitu mengenai letak geografis dan struktur tanah yang cocok
untuk bersepeda. Dengan melalui tanjakan beraspal yang cukup panjang sekitar 9
km dari Kecamatan Doro para pecinta sepeda yang sering disebut sebagai goweser kerap menjadikan Desa Rogoselo
menjadi tujuan akhir bersepeda.
Seperti
yang dilakukan oleh salah satu komunitas sepeda gunung dari Pekalongan yaitu PORTALL
pada Minggu (5/11) turut menjadikan Desa Rogoselo sebagai destinasi jalur
bersepeda. Dikomandoni langsung oleh Presiden PORTALL yaitu Om Pande Risha dan marshal track (petunjuk jalur hutan) Mas Yayan, rombongan berangkat dari
Warung Jepang (Jembatan Panjang) Karanganyar, sebagai titik kumpul dan breifing awal.
Bukan
PORTALL kalau tidak ngrusuk (trabas
hutan) setiap kali bersepeda baik di
wilayah Pekalongan maupun ketika harus keluar kota mencari tempat-tempat yang
asyik yang dikira cukup menantang. Kali
ini ternyata pihak Om Yayan tengah menyiapkan agenda 2 jenis jalur yaitu ngeroad (aspal) dan ngerusuk menyusuri arah turun hutan karet di Desa Rogoselo.
Dari
titik kumpul menuju lokasi utama tepat di Jembatan Rogoselo kurang lebih 15 km
dengan ngeroad bareng asyiknya
rame-rame. Pemandangan menakjubkan ketika menikmati kayuhan bersama saat
melibas tanjakan yang terus menerus tiada hentinya. Sementara itu peluh
keringat sudah membanjiri diantara pelipis
mengucur deras hingga ke leher.
Sudah
menjadi tabiat kalau goweser itu sangat dekat dengan alam, waa bil khusus ketika alam bawah sadar sudah mengundang untuk
merasakan lapar, maka bergegas respon ini mengatasinya . Salah satunya yaitu Om
Yayan yang nyeletuk ke penduduk
setempat untuk menyempatkan membeli buah rambutan yang sedang tiba dalam masa
panennya. Pada akhirnya goweser lain pun menyantap buah rambutan dengan lahap,
sungguh nikmatnya serasa berbuka puasa.
Tanjakan
demi tanjakan pun ternyata masih terus ada di depan mata untuk menuju di titik start jalur ngrusuk bareng. Ternyata rumus utama dalam bersepeda tetap berlaku,
jika ingin melalui turunan maka harus rela menikmati tanjakan dan sungguh
sangat menguras tenaga. Menurut Mas Alie, salah satu peserta gowes melaporkan
dari pantauan GPS nya total seluruh tanjakan mencapai 18 km dengan full gowes
tanpa ada loadingan dari mobil pick up ataupun
kendaraan pengangkut barang lainnya.
Jalur
tanjakan terakhir berupa makadam yaitu jalanan batu disertai dengan tanah
basah. Samping kanan dan kiri sudah minim sekali sinar cahaya, kelembapan sudah
cukup bisa dirasakan mengalami kenaikan dengan adanya beda komposisi udara
sebelumnya. Disertai gerimis yang mulai turun begitu deras, ban sepeda sudah
selip berkali-kali. Pada akhirnya telah sampailah di pos start jalur turunan. Petugas
marshall menghalau seluruh peserta gowes agar lebih berhati-hati karena jalur
yang akan dilalui sangatlah licin dan bisa menjadi penyebab tergelincir
berjamaah. Struktur tanah layaknya berundak mirip terasering membentuk sebuah
jalur lurus tapi banyak gundukan-gundukan menurun. Lebih mirip track pumping ala dirt jump. Ternyata skil melibas obstacle seperti itu harus dibutuhkan tingkat kecermatan mumpuni
bagi goweser.
Jalur
selanjutnya berupa makadam turunan menghubungkan antara hutan karet satu dengan
posisi hutan dibawahnya yang diantara keduanya disinggahi rumah penduduk. Namun
sebelumnya rombongan peserta gowes sempat menikmati masakan khas kearifan lokal
dengan menyantap makan siang dilanjutkan dengan sholat dhzuhur berjamaah.
Tidak
hanya berhenti sampai disitu, karena sebelum menuju titik finish para goweser juga diajak oleh marshall track untuk mengitari perkebunan sengon yang cukup untuk
sekedar recovery adrenalin setelah di
pacu selama kurang lebih satu 1 jam di dalam hutan karet. Kemudian mengnjak
sore hari pukul 16.00 seluruh goweser mengambil alih untuk segera pulang menuju
rumahnya masing-masing. Kiranya gowes kali ini sebagai pemanasan untuk
perhelatan acara gowes bareng pada tanggal 12 November 2017 di Jalur Susu
Baturraden. <Sy>
Subscribe to:
Posts (Atom)