Saking asyiknya karena semalaman berada di
masjid, Lek Karyo hingga pukul 01.00 WIB dini hari baru masuk rumah.
Menggunakan sarung yang menutupi kepala hingga badannya, Lek Karyo tertidur
pulas di ruang tamu.
Istri Lek Karyo yaitu Lek Lastri sudah mulai
terjaga ketika alarm berbunyi menunjukan pukul 02.30 WIB. Ditemani anak
perempuannya Romlah yang kini sudah duduk di kelas 3 SMP. Mereka menyiapkan
sahur dihari pertama puasa.
Kali ini, Lek Lastri hanya memasak telur
dadar dan menumis tempe. Lantaran jarum jam sudah mendekati pukul 03.30 beliau
masih tidur di depan televisi. Jarak dari dapur hingga ruang tamu hanya 5
langkah. Sambil wira-wiri masak, Lek Lastri berucap membangunkan Lek Karyo.
"Pak....pak...wes
meh jam 04.00 ayo ndang sahur!", sahutnya.
Ucapan tersebut berulang dan Lek Karyo pun
tiada mendengar ucapan Lek Lastri. Tanda pergerakan badan dari tidurnya pun,
belum terlihat. Setelah masakan sudah mulai matang, Lek Lastri sudah menyerah
mencapai titik nadirnya. Kemudian langkah terakhir bagi Lek Lastri yaitu lebih
mendekat ke arah Lek Karyo, kemudian mengusap kepalanya lalu berkata,
"Pak....pak....ayo
sahur...wis meh jam 04.00 kok, selak imsak mengko!", pinta Lastri.
"Hhmmmm.....hmmm....",
Lek Karyo menjawab lirih.
"Pak....ayo...tangi...tangi...tangi...!"
"Tangi piro, Bu?", respon Lek Karyo tiba-tiba reflek.
"Tangi piro, Bu?", respon Lek Karyo tiba-tiba reflek.
"Lha....kok
gene piro?", jawab Lek Lastri kaget.
"Lahh.....jare ibu pengen utang?"
"Lahh.....jare ibu pengen utang?"
"Kok
utang...wong genah tangi.....tangi...kok!"
"Ohh....lha...kuwi...mau
ibu ngomong...Pak tangi....Pak tangi....!,
"Tangi Pak,....Tangi Pak...uduk utang",
"Tangi Pak,....Tangi Pak...uduk utang",
"Owalah...tak
kiro isuk-isuk wes meh jaluk utang...!", jawab Lek Karyo sambil
mesam-mesem.
No comments:
Post a Comment