Tuesday, 21 May 2019

Lek Karyo dan Susu Soda


Di perjalanan nganter-nganter barang dagangan, Kang Mardi masih asyik nyetir di samping Lek Karyo.
"Wulan poso, es campur kok ngawe-ngawe ning pinggir dalan, Lek", sebut Kang Mardi
"Suuuueeeegggeerr yo...tapi aku ora masalah Kang, aku tetep ora gentar masio ono es campur, es cendol, sop buah kan sak piturute tak lirik wae, aku kuat!"
"Wah sampeyan joss tenan dadi wong Lek Karyo, imanmu ampuh!", puji Kang Mardi.
"Yo mesti, lha wong aku nembe wae nginum soda gembira, wetengku seh mblinding, ora meh nambah Kang",
"Owalah, matamu semplak Lek!"

Thursday, 16 May 2019

Demo


Dari bunyi rem becak yang baru datang,
"Ngreeeekkk...", Lek Karyo melompat dari pos kamling berlari mengejar ke depan kemudian berteriak,
"Woy....Lek Daryono....Kowe bali...Lek!",
"Jebul...kowe Karyo!",sahut Lek Daryono
"Iyo...Lek"
"Kiye aku tandangi, gawananku akeh", Lek Karyo berusaha membantu menurunkan barang bawaannya dari becak.
"Gawanane akeh nemen Lek Dar?"
"Lhah iyo....kan seko Jakarta gowoni oleh-oleh",
"Akeh sing njaluk oleh-oleh tho Lek?"
"Yo...uuuwaaakeh!nek ora digawani malah nesu!"
"Ohh...aku reti ben ora nesu Lek",
"Wahh beres kuwi, mbok aku dikandani",
"Ngene...Lek...sampeyan ora usah lungo... kan akhire ora ngoleh olehi"
"Lha...Kowe iki edan opo gemblung!"
"Lho...Yo bener tho?"
"Lha nek aku ora lungo, sing bayari kowe jogo omahku, sopo?"
"Banjur hubungane opo karo bayaranku?"
"Lungaku kan kerjo neng Jakarta?"
"Owalah kerjo tho?"Lha tak kira demo koyo neng tipi-tipi"
"Aku ora melu demo, ming sing ngompori demo",
"Ohhh....ono kompore tho Lek?", sambil mikir.
"Onolah...biasane neng mburi",
"Kiro-kiro sedino entek pirang tabung gas yo Lek?"
"Ngomong karo kowe angel...Karyo...Karyo....!Kae gugah tukang becake, kedarung turu ngenteni kowe!"

Sop Buntut


Di perjalanan Pekalongan-Jogja, Lek Karyo dan Kang Mardi mampir di Warung Sate Cak Baghor di sekitaran jalur Weleri-Ngadirejo.
Sembari melepas helm, suasana panas mendukung alasan sebagai musafir dadakan. Bagi Lek Karyo, amat susah menjalankan puasa. Mulutnya komat-kamit sambil turun menuju warung sate, lalu ia bergumam,
"Kang Mardi, tenggorokanku kering, bibir pecah-pecah dan susah buang air besar, ayo wayahe....wayahe....teng...teng...teng....banjur madyang!", sambil ndrenges laki-laki kurus itu berkelakar.
"Kok koyo meh iklan larutan penyegar, bae Lek Karyo...!nek lawuhe sate, ora usah kesuwen, aku yo luweh!", tandas Lek Mardi.
"Sate 20 tusuk,Cak!karo sop buntut 2 porsi, teh panas 2, ojo anggo kesuwen, selak luweh", pesan Lek Karyo setelah duduk di kursi panjang.
"Sek Yo, Cak!Iki bojoku seh tuku areng soale nembe buka jhe, warunge, sabar yo, Cak!wong sabar pantatnya lebar".
"Enek tho, hubungan pantat lebar Karo sabar?"
"Wahhh...nembe ngerti sampeyan?titenono nek wong pantate lebar, mesti boros neng kursi. Jagonge kangelan. Karo nahan bokonge jagong masio suwi mesti ditahan, Nah....kuwi mulaine dadi wong sabar, Cak, paham?", jelas Cak Baghor.
Lek Karyo manggut-manggut tapi perutnya tak tertahan,
"Ayo...ndang gawe satene, Cak! Iki aku perjalanan Jogja ndang gawekno!", sergah Lek Karyo sedikit tingkah kelonjotan karena kelaparan.
"Enteni sek tha, Lek Karyo...!masio ora poso, yo kudu sabar ngene iki yo, keadaan ngene iki wes kersane Gusti!", kata Kang Sumardi mengingatkan dengan bijak.
"Rasah komentar Kang Mardi!, Iki sebenere enek tujuane sampeyan tak ajak neng warung sate karo sop buntut, sampeyan ngerti ora?"
"Yo....golek madyang tho, Lek!kareben wareg?",jawab singkat Mardi.
"Lho ...ora mung ngunu!"
"Piye, tho ...?",tanya Kang Mardi.
"Sek...tak takoni, sop buntut enak mergo opone Kang?"
"Mergo bumbu karo buntute kuwi, tho?"
"Sampeyan kok cerdas kang!"
"Bener tho?",tanya Kang Mardi.
"Nah, kuwi mergo sop buntut iku ming burine wae sing di potong, sing di enggo bahan sop, padahal bagian liyane yo sebenere enak juga nggo sayur",
"Omonganmu, sajake serius Lek Karyo, enek pesen opo sekirone sampeyan ngajak aku madyang sate karo sop buntut?"
"Sampeyan kan sering nonton video neng internet, video-video YouTube, kuwi yo akeh durasi ceramah sing dadi sop buntut?"
"Maksude kepriwe Lek Karyo?"
"Nah, kuwi durasi ceramahe dipotong-potong disambungke banjur di engge kepentingan golongane dewe, nganggo judul video kontroversi",
"Ohhh....ngunu, akeh tho sing duweni rencana elek karo penceramahe kuwi?"
"Yo akeh, kan sing digoleki jumlah subscribe karo sing nonton video kuwi, dadi ming ngge golek duwit",suasana hening sejenak tak lama kemudian Cak Baghor membawakan 2 porsi sate dan 2 porsi sop buntut di hadapan Lek Karyo dan Kang Mardi.
"Lha....sak Iki, ayo madyang....sop buntut ala Cak Baghor"
"Wah...wah...Iki judule mukah syariah Lek Karyo, sak durunge madyang ono kultume mbarang", sahut Kang Mardi memulai makan tadi siang.

Bulan Penuh Kegembiraan


Dengan mengenakan sarung apa adanya serta baju batik dan peci hitam agak miring, Lek Karyo terkenal sebagai orang yang paling "nerimonan" di kampungnya.
Semalam beliau tidak tidur keliling kampung, tidak karuan tujuannya. Di saat sholat tarawih tiba, ketika jamaah sedang sujud, Lek Karyo berbenah membetulkan sandal jamaah. Ketika jamaah berdiri dan duduk diantara 2 sujud, beliau mengawasi kendaraan di parkiran. Begitu seterusnya sepertinya tingkah kebaikannya tidak ingin diperlihatkan.
Hari-harinya dipandang aneh bagi sebagian orang. Ada yang menganggapnya gila. Mirisnya keanehan perilaku Lek Karyo sering mendapatkan bully-an bahkan cacian dari anak-anak. Namun, bagi Lek Karyo anak-anak adalah makhluk Tuhan yang belum mencapai tingkat kedewasaan. Maka dengan penuh cinta Lek Karyo meladeni untuk bermain serta tertawa bersama. Bahkan sekedar main petak umpet, dengan kerelaan hati beliau sering mendapat jaga kandang dalam permainan. Lek Karyo mencari anak-anak yang bersembunyi diberbagai tempat dan paling sembrononya tidak sedikit dari anak-anak malah memilih pulang. Sedang Lek Karyo mencarinya hingga larut malam. Namun, bagi Lek Karyo, semua itu sebagai nilai penghambaan kepada Tuhannya. Melayani menuju kegembiraan orang lain, bagi dirinya tidaklah terlalu dipikirkan.
Kemarin sore menjelang buka puasa. Lek Karyo masih di bawah depan pagar masjid. Seperti biasanya Lek Karyo orangnya "wagu dan nyeleneh", semua tetangga sudah berada di dalam masjid mengikuti pengajian sore. Malah beliau memilih berdiri, matanya tertuju ke atas. Sambil mengeja tulisan MMT yang menempel hampir penuh sehalaman masjid selama bulan Ramadan.
"Ramadan Bulan Penuh Kegembiraan"
Kepalanya menengadah terus membaca tulisan, kemudian berhenti diam sejenak. Lanjut membaca ulang kembali dan berulang-ulang. Merasa aneh dengan tingkahnya Lek Karyo. Dari arah dalam masjid tiba-tiba Edo menemuinya. Laki-laki berjenggot dari Jakarta itu yang tak lain mantu dari Kang Mardi menyapanya kemudian berkata,
"Lagi belajar membaca tulisan Lek?"
"Hmmm...."
"Kok...hmm...?bisa baca emangnya?"
"Raaa...maaaa...daaan buuuu...lan peee....nuh keeee...geembiiii...raaan"
"Nah...itu bisa"
"Hey Edo"
"Apa Lek?"
"Ini ide kamu?"
"Iya Lek, memang ide saya biar meriah Ramadannya"
"Masa iya?"
"Ohh....Ya....iya dong, kan tulisan ini baik Lek?"
"Wah itu anggapanmu aja"
"Lho kok?"
"Kamu baru melakukan kebaikan kecil saja sudah bangga"
"Lantas Lek?Itu tulisannya salah begitu?"
"Hahahaha...Edo...Edo..."
"Coba baca pelan-pelan!"
"Ramadan bulan penuh kegembiraan"
"Kamu sudah gembira atas puasa hari ini?"
"Whhho ....hahaaa....gimana tho Lek?Lha jelas gembira hari ini"
"Jujur ...kamu benar gembira?"
"Iya dong...kan puasa bagi orang beriman"
"Oh...kamu merasa beriman kalau kamu sudah puasa?kemudian kamu bergembira?"
"Ya begitu lah Lek, kan hanya saya yang merasakannya"
"Akhh...yang bener?..kamu bergembira hari ini?"
"Serius Lek...saya bergembira hari ini",
"Ini belum waktunya buka lhoh, jangan bohong"
"Iya saya bergembira karena Bulan Ramadan",
"Oh kalau kamu bergembira, saya mau mengusulkan kepada Tuhan agar Ramadannya sepanjang tahun agar puasa terus menerus",
"Oh....ya jangan...Lek!"
"Kok jangan?kan bisa membuatmu bergembira.
"Wah...kok puasa terus Lek?ya...jangan tho!"
"Lho...katanya kamu bergembira kalau puasa?"
"Iya....iyaa...kok saya khawatir kalau puasa sepanjang tahun"
"Kamu gimana sih, gembira apa engga?"
"Emmm....iyaa...."
"Ayoo....jujur....!"
"Yaa....Emmm...."
"Jujur aja lebih enak?"
"Engga bergembira sih Lek, banyak hal dikekangnya"
"Wah.. kamu sudah berbohong pada dirimu sendiri"
"Ohh ...apa iya Lek?terus gimana baiknya?"
"Hmmm....kamu sudah mengakui kalau puasa ini berat dan membuat kamu sebenarnya tidak bergembira?"
"Iyaa mengakui lek"
"Jadi begini, kamu harus mengerti hakikatnya puasa"
"Gimana itu Lek?"
"Meskipun Tuhan memerintahmu untuk puasa, dengan apapun halangannya meskipun sebenarnya kamu tidak bergembira, namun kamu harus mengerti bahwa letak kemuliaan pengabdianmu di sana".
"Ohh...begitu Lek?"
"Mau berdampak susah atau bergembira, jikalau ini sudah perintah maka lakukanlah atas sifat penghambaanmu Kepada-Nya"
"Saya...ini terlalu banyak berbohong pada diri sendiri Lek"
"Wah...memang kamu harus banyak merenung Edo, banyak hal yang tidak sepantasnya merasa berbangga diri"
"Iyaa Lek...betul omonganmu"
"Ayo sudah waktunya buka...saya mau pulang, agar jatah takjil saya diberikan kepada yang berhak", tukas Lek Karyo meninggalkan Edo yang meneruskannya membagikan takjil di masjid dekat rumahnya.
(Terinspirasi Cerita Sufi karya Rusdi Mathari)