Kira-kira
sejak tahun 2014 saya resmi menjadi pengguna akun Buka Lapak (BL). Pertama kali
menggunakan saya masih tunak-tunuk melakukan verifikasi akun. Kebingungan ini
saya biarkan berlarut. Namun, rasa penasaran ini berlanjut ketika virus
bersepeda kian menjalar di sela-sela aktifitas keseharian. Pada akhirnya rasa
tunak-tunuk saya ini harus dilawan demi tawaran racun upgrade sepeda yang
menggiurkan.
Membeli
parts sepeda tidak semua tersedia di tempat saya tinggal. Seiring menjamurnya
komunitas gowes dan bertumbuhnya jual beli online tidak sedikit goweser
menggunakan akun BL. Singkatnya bagi goweser seperti saya, saya merasa aman
ketika bertransaksi menggunakan akun BL. Jika barang tidak sampai tujuan maka
uang akan masih tersimpan dalam saldo dan bisa dicairkan. Tak pelak aplikasi BL
bagi goweser sudah tidak asing dan jujur sangat membantu dalam bertransaksi
jual beli.
Facebook
(FB) dan BL bagi saya dua komposisi seiring sejalan penghobi sepeda. Mengenal lebih
jauh beberapa istilah parts hingga pengetahuan yang sangat mudah dipelajari
berikut ongkos yang diperlukan. Biasanya setelah mengepoin merek parts punya
temen melalui FB sembari ngecek deskripsi barang beserta harganya melalui BL.
Menggunakan
akun BL tidak melulu melakukan transaksi jual beli sepeda. Di kehidupan sehari
saya pernah diminta tolong tetangga saya untuk membelikan dot susu bayi yang
konon di toko offline itu tidak menyediakan. Dot susu tersebut kualitasnya
cukup bagus dan harganya lumayan menekan hampir 2 lembar uang Pak Soekarno
harus saya bayarkan melalui Indomaret dan tetangga saya pun cukup sabar menanti
barang pesanannya datang setelah 3 hari berikutnya.
Di
saat hasil produk buah cokelat menjadi momok tahunan yang digoreng lezat. Ternyata
pagi ini ada kemeriahan lain. Bersama teh panas dan nasi megono saya scrolling
naik turun tak ubahnya berisi beberapa komentar yang sedikit miring terhadap
beberapa insiden dari sebuah kicauan di media sosial. Budaya instan tagar
seakan menjadi pelumas maraknya memberikan komentar #uninstalbukalapak.
Saya
manggut-manggut memahaminya. Bukan berarti sepakat atau menolak memahami apa
yang sebenarnya terjadi. Searching nyari berita yang sedikitnya bisa wow di era
musim tahun politik ini. Kok bisa ya, darah yang seharusnya mengalir lancar
tiba-tiba bisa terpacu deras dari hal yang berujung ajakan. Apakah sudah tidak
ada kesempatan untuk sejenak berpikir, memaafkan, atau mungkin bisa mempelajari
dengan saksama mengenai hasil proses klarifikasi.
Ketidaksetujuan
atas perbedaan pendapat sangat boleh. Lantas dengan memberikan informasi kepada
khalayak medsos bahwa telah meng-uninstall saya kira tidaklah perlu. Biarkan
pengguna mencapai kedaulatannya sendiri. Ada masalah yang seharusnya diuraikan
dari segi prioritas serta urgensinya. Begitu juga ketika menerima informasi.
Jika saja ada peristiwa lain atau di lain frame ada kejadian yang memang benar
terjadi. Bisa kok dipilih dan dipilah sesuai kedaulatan kita. Ada informasi
yang cukup elegan hanya bawa, adapula informasi yang kurang tepat diutarakan,
atau bahkan segala informasi memang harus disimpan tidak dipublikasikan.
Kiranya
tentang keputusan uninstall BL atau tidak, saya lebih tidak menyuruh atau
melarang. Begitu pun sebaliknya bagi orang lain tidak ada kewenangan penuh atas
kedaulatan saya mengatur atau mendikte segala urusan yang bagi saya cukup saya
taruh di ruang belakang gubuk saya.